#15

89 8 0
                                    

"kamu harus ngomong apa yang sejujurnya kamu rasaiin,walaupun itu mungkin menyakitkan"

(Refrain)

♡♡♡

~Rayya~

Aku pernah berfikir buat apa jatuh cinta jika sebelumnya kita sudah tahu bakal adanya sakit hati. Aku masih duduk didalam kelas, sebenarnya aku ingin sekali pulang, karena hari ini benar-benar membuat aku lelah, selain lelah hati melihat kemesraan Randy dan cewek itu, aku juga merasa lelah karena pertandingan kali ini tim aku gagal, tapi aku urungkan niatku untuk pulang, karena aku tidak mau pulang bersama Randy saat ini ,yang masih menungguku di depan gerbang sekolah.

Suasana sekolah tidak seramai saat tadi pagi, aku melirik kearah sudut pintu gerbang sekolah, lagi-lagi aku menghela nafas panjang saat melihat Randy yang masih duduk di meja guru piket bersama bu Duwi, entah kenapa juga bu Duwi terlihat akrab dengan Randy padahal mereka tidak saling kenal.

Tepukan tepat di bahuku membuat aku tersadar dan memalingkan arah ke orang tersebut, "Ray kamu ngapain ngeliatin orang sampe ngumpet-ngumpet gitu ?"

"Eh bu Renai, ak..u nggak liatin siapa-siapa." Sahutku dengan ucapan terbatah-batah.

"Ohh kamu lihatin cowok yang disana bersama bu Duwi ?" Bu Renai menunjukkan jarinya kearah Randy, "... aduh Rayya kalo kamu suka sama dia itu, kamu harus jadi seperti dia juga, pinter, penurut, kalem, nggak kaya kamu." Ujar bu Renai dengan sedikit memberiku wajah sok perhatian, padahal aku tahu jelas wajah yang dia tunjukan adalah cara dia meledek ku.

Memang bu Renai tuh terkenal sebagai guru yang paling nyebelin. gimana juga aku harus dapet nilai bagus, jika dia yang mengajar, melihat mukanya saja aku sudah malas. Yaa Tuhan.

Aku langsung menelan ludahku dalam-dalam, bagaimana bisa bu Renai meremehkan aku, mentang-mentang aku selalu mendapatkan nilai jelek, tapi seengganya kali ini aku hanya mendapatkan remedial hanya dipelajarannya saja, dan bagaimana bisa bu Renai bilang aku harus menjadi pintar dulu agar mendapatkan Randy.

Hah, bu Renai salah besar, aku nggak perlu kalem ataupun pintar untuk mendapatkan Randy, buktinya saat ini, aku sudah resmi menjadi pacarnya, "sebenarnya dia itu pacar saya bu." Ucapku sambil tertawa di dalam hati saat melihat ekspresi bu Renai berubah percaya gak percaya.

"Hahhaha Rayya..Rayya, kamu jangan banyak menghayal..." ucap bu Renai, sambil tertawa kecil di hadapanku, guru ini memang menyebalkan.
"... ibu juga pernah muda kali, dan ibu pernah mengalami kodisi seperti kamu, naksir sama cowok pintar, walau kenyataanya ibu juga pintar, tapi pada kenyataannya cowok pintar itu belagu. udah, kamu mending move on." Sambung bu Renal, tidak lupa dengan tawaan kecil yang dia tunjukan.

Ingin sekali aku menjawab: dengan sombongnya ibu bilang diri ibu pintar ?, ibu salah besar, cowok pintar itu nggak semuanya belagu, cowok belagu itu hanya cowok yang merasa dirinya pintar.
Semua jawabanku tadi aku telan mentah-mentah, karena aku berfikir, tidak seharusnya juga aku berbicara seperti itu pada bu Renai, "Maaf bu tapi kali ini aku nggak bohong, dia itu pacar aku." Hanya jawaban itu yang aku lontarkan, tapi di dalam hatiku, sebenarnya aku nggak perlu juga memastikan kalau aku memang pacar Randy.

Bu Renai tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, "Randy itu murid ibu juga, saat dia kelas 2 SMA, dan Randy adalah murid kesayangan ibu di SMAN 28." Jawabnya lagi. Kali ini jawaban bu Renai membuat aku terkejut, kenapa dunia ini sempit sekali ?

Cinta Beda RasaWhere stories live. Discover now