"Kemenangan ini untukmu." Ucap seseorang dari arah sampingku hingga aku menghentikan langkahku dan menoleh kearahnya. Nickolas.
Dia tersenyum memandangiku, sedangkan aku, tidak sama sekali merespon ucapannya.

Dengan cepat aku melangkah pergerakan kakiku, hingga aku menabrak seseorang.

"Aduh maaf-maaf." Ucapku.

"Rayya apaan sih, kalo jalan tuh hati-hati, kebiasaan jalan nubruk-nubruk mulu."

"Fadil, pulang yuk ah." Ajakku. ya aku menabrak Fadil, untungnya. saat aku melihat kearah belakang bagusnya Nickolas sudah tidak ada.

"Apaan sih lo, gue harus rapat osis dulu bentar, terus pulangnya gue harus antar Yura dulu, nggak enak Ray, yang bikin sakit Yura kan gue..."

Blablabla~

Entah apa yang Fadil ucapkan, yang jelas aku tidak mendengarkannya, karena pandangan aku masih kearah sudut lapangan dimana Randy masih berdekatan dengan cewek itu.

"... oke Ray." Ucap Fadil sambil menepuk bahuku

"Lo ngomong apaan sih ? Terus gue pulang sama siapa dong ? Kok lo gitu sih."

"Kan gue udah jelasin semua kalo gu.."

Aku langsung memutuskan pembicaraan Fadil, "jadi lo nggak mau pulang bareng gue, yaudah bye !"

aku benci situasi seperti ini, kenapa Fadil juga ikut-ikutan buat aku kesal.

♡♡♡

~Randy~

Kalah ? Yasudah gak apa-apa, kata orang kan kalah sebagian besar dari kesuksesan. Aku dengan tim Rayya juga kalah, bagus deh, jadi jika aku bertemu dengannya, aku nggak perlu merasa malu kalau aku kalah.

"Ran nanti aku boleh nebeng bareng kamu ya pulangnya ?" Tanya Fitria. Dia adalah kapten basket cewek sekaligus teman sekelasku. aku akui dia manis, bukan hanya pintar soal pelajaran tapi dia juga pintar bermain basket.

Tapi jika dibandingkan Rayya, Fitria tidak ada apa-apanya. Entah kenapa, yang jelas Rayya yang terbaik dan selalu yang terbaik.

"Sorry Fit, aku.." tiba-tiba Rayya lewat sambil melihat aku dengan tatapan sinis, "Aya ??" Teriakku.

"Aya ? Siapa Aya ?" Tanya Fitria.

"Emm bentar ya." Sama sekali aku tidak mempedulikan ucapan Fitria, aku segera mengejar Rayya yang lagi menuju pintu gerbang.

"Aya, kamu mau kemana ?" Tanyaku, ini hal yang paling sulit di tebak, saat melihat wajah Rayya yang seperti ini, "kamu kenapa ?" Tanyaku lagi. Tidak ada jawaban sedikitpun dari nya.

"Rayya lo dipanggil bu Renai tuh." Teriak salah satu teman cowok Rayya, entah siapa yang jelas cowok itu terlihat berantakan.

"Eh Rudy emang ada apaan ?" Ujar Rayya, aku yang tidak tahu persoalannya hanya bisa diam dan mendengarkan pembicaraan mereka.

"Remedial, hahaha syukurin lo, pelit sih lo, gue nyontek nggak di kasih, tapi bagusnya lo pelit, dan bagusnya lagi gue nyonteknya sama Nisa, coba kalo sama lo, yang ada gue bernasib sama kaya lo, kena remedial." Cowok itu tertawa terbahak-bahak, seperti kemenangan miliknya, sedangkan Rayya, dia terlihat kesal dan malu, entah kenapa dia malu, setahu aku, pasti dia malu gara-gara aku tahu bahwa dia dapat remedial.

"Diem lo Rudy !!! Yang penting hasil sendiri, dari pada lo." Ucapnya kesal. Aku tidak bisa menahan tawa lagi saat cowok itu benar-benar meledek Rayya dengan menunjukan kertas ulangannya ke Rayya, yang ternyata nilainya lebih besar dari nilai Rayya.

"Yaudah sana temuin guru kamu, aku bakal nunggu kamu sampai pulang." Aku berusaha menyemangatinya, walau aku tahu pasti dia malu dengan nilai matematikanya yang jelek, karena Rayya kan sudah berjanji akan mendapatkan nilai matematika yang bagus untuk menunjukan kepadaku.

"Gak usah ! Pulang aja sana sama selingkuhan kamu, tuh !"

Aku terdiam, apa yang di maksud Rayya selingkuhan aku, jelas-jelas pacarku hanya dia, tidak ada yang lain.

"Ngomong apaan sih kamu ?"

Tidak ada jawaban dari Rayya dia hanya membalas dengan menunjuk tangannya ke arah Fitria yang sedang ngobrol bersama teman-temanku, Rayya langsung pergi begitu saja meninggalkan aku, aku juga nggak mungkin mengejarnya, karena aku tahu sekali di keadaan yang seperti ini, hanya Fadil lah, teman yang tepat untuk di ajak curhat dengannya.

Aku masih membayangkan wajah Rayya yang cemburu, walau aku juga nggak tahu kenapa Rayya sampai bisa cemburu dengan Fitria, tapi aku senang ternyata dia benar menyayangiku.

♡♡♡

~Fadil~

Benar-benar merasa bersalah sudah mengajak Yura bermain hujan, seharusnya gue tahu, besok kan pertandingan dia, dan akhirnya tim Rayya kalah gara-gara Yura, lebih tepatnya gara-gara gue.

"Ray lo kok bisa dapet remedial lagi sih, kan gue udah ngajarin lo sampai mulut gue berbusah, tapi apa hasilnya masih zonk." Ucap gue, entah apa yang ada di pikiran Rayya, kenapa dia benar-benar bodoh di pelajaran matematika, bahkan nilai Yura meningkat pesat dibandingkan nilai Rayya.

Tidak ada jawaban dari Rayya dia hanya melamun sambil memainkan selembaran kertas tugas remedial yang diberikan bu Renai.

"Ray kerjain. lo tuh ya, nggak pernah berubah, katanya mau satu kelas terus sama gue, terus katanya lo mau masuk universitas di London. Kalo nilai lo terus-terusan kaya gini, boro-boro London, universitas indonesia juga lo nggak bisa masuk !"

"Aduh berisik ah, bikin kesel !! lo denger ya belajar itu prinsip, remedial itu nasib, nyontek itu alternatif, sekarang dari pada lo rewel mending gue nyontek tugas lo."

"Lo bilang belajar itu prinsip, yaudah kalo gitu lo harus punya prinsip bagaimana caranya dapet nilai bagus dengan pikiran lo sendiri."

Gue benar-benar aneh, dengan sifat Rayya sehari ini, tadi pagi dia banyak melamun, selesai pertandingan dia ngajak gue pulang padahal saat itu ada Randy, dan sekarang dia malah marah-marah sama gue, padahal apa yang gue ucapkan semua itu, agar membuat dia berfikir soal nilai dia yang sudah seharusnya di perbaiki.

♡♡♡

A/N: mungkin beberapa minggu ini aku nggak melanjutkan cerita ini dulu, kenapa ? Karena apa ya ? entahlah, mungkin aku mau betapa dulu di gunung, buat menjernihkan pikiran. Hahaha sambil nunggu vote dan komentar dari kalian di cerita ini. Hehhe bye bye

Cinta Beda RasaWhere stories live. Discover now