"Yang gue tau mereka dulunya temen SMP."

"Semuanya udah jelas. Makasih, Kak," ucapku sambil tersenyum tipis.

"It's okay."

Setelah dia pergi aku duduk di kursi dekat kolam. Menikmati sejuknya angin yang dapat menenangkanku. Setidaknya aku merasa lebih baik sekarang.

☆♡☆♡☆

"Ve, gue duluan. Ada urusan soalnya," ucapku seraya bangkit dari kursi.

Vexia tersenyum dan mengacungkan jempolnya. "Oke, take care."

Aku mengangguk mantap dan berjalan cepat menuju parkiran. Saat di koridor aku bertemu Kak Rafa yang sedang berjalan santai. Kuberikan senyuman saat kami berpapasan. Tapi, dia tidak mempedulikanku dan tetap menatap lurus ke depan.

Sekali lagi aku merasa kecewa oleh sikapnya. Mungkin ini belum saatnya, besok masih ada waktu dan aku akan mencoba lagi. Aku yakin jika kita terus berusaha, maka akan ada hasilnya.

Setelah sampai di parkiran, aku langsung melajukan mobil. Tadi aku disuruh mama untuk menjemput Audy yang baru pulang dari camping. Aku memang punya adik perempuan yang sekarang kelas 3 SMP.

Kenza Valencia: Dy, gue di depan.

Titania Audy: Oke, Kak.

Aku melihat Audy membawa barang-barangnya yang cukup banyak. Aku pun turun dari mobil dan membantunya memasukkan barang-barang ke bagasi.

"Mau makan nggak?" tanyaku ke Audy.

"Mau banget, Kak," jawabnya sambil menyenderkan kepalanya di jok mobil.

Aku langsung menuju restoran fast food yang tidak terlalu jauh dari sini. Terdengar napas yang teratur di sampingku. Aku menoleh dan ternyata Audy tertidur.

Setelah dua puluh dua menit, kami pun sampai juga. Aku melirik kaca spion sekilas dan mengerjapkan mata. Aku hafal betul warna mobil dan plat nomor itu. Bukankah mobil yang ada di sebelahku ini milik Kak Rafa?

"Dy, bangun." Aku menggoyangkan tubuhnya perlahan.

"Udah nyampe, Kak?" tanyanya masih dengan mata yang menutup.

"Iya, kamu mah tidur mulu," ucapku kesal.

"Biarin. Aku, kan, capek pake banget," balasnya sambil menutup pintu mobil dengan keras.

Aku mengambil sweater di jok belakang dan memakainya untuk menutupi seragam sekolah yang kupakai. Lalu, aku keluar mobil dan berjalan pelan. Audy sudah masuk dan meninggalkanku sendirian.

Dugaanku benar, Kak Rafa ada di sini. Aku memilih tempat duduk yang paling jauh dari jangkauannya agar tidak terlihat olehnya. Tidak lama kemudian Audy datang.

"Kak, ngapain duduk di sini, sih?" protesnya tak terima.

Aku mengerucutkan bibir. "Bawel, deh. Mending kita makan."

Aku mengambil dua potong pizza dan memakan dengan santai. Setelah itu aku meneguk cepat minuman soda hingga bersisa setengah. Sebenarnya aku tidak terlalu lapar. Ini dikarenakan aku ingin menjadi kakak yang baik.

Kuperhatikan saksama dari sini. Terlihat dia sedang memainkan ponselnya. Sepertinya dia sudah selesai makan dari tadi. Tapi, kenapa tidak pulang saja?

"Dy, aku mau bayar dulu."

Audy mengangguk dan melanjutkan makannya yang belum habis. Kalau mau ke kasir, aku harus melewati meja Kak Rafa. Dan aku hanya bisa berharap jika dia tidak mengetahui keberadaanku.

Aku berjalan cepat dan tidak berani melirik ke arah samping. Saat aku melewati meja Kak Rafa, dengan tak terduga dia menahan tanganku sehingga mau tidak mau aku berhenti. Aku tidak berani mengucapkan apa pun.

"Lo cemburu sama Sheren?" tanyanya dingin.

Pertanyaan itu membuatku tersentak. Aku pun memberanikan diri untuk duduk di hadapannya dan menatap tepat di manik matanya.

"Buat apa gue cemburu?" tanyaku balik.

"Lo kan suka sama gue," ucapnya dengan senyuman miring.

Sekarang aku bungkam, tak bisa menyangkal ucapannya itu. Dari mana dia tahu kalau aku menyukainya?

Aku menunduk. "Kata siapa?"

"Katanya Devan."

Sial. Semuanya ketahuan. Sekarang, aku harus bagaimana?

"Suka sebagai Kakak kelas aja kok," ujarku dengan nada meyakinkan.

Dia melirikku sinis dan mengangkat sebelah alisnya tanda tak percaya. "Nggak lebih dari itu?"

Aku menggeleng lemah. Rasanya aku belum bisa jujur tentang perasaanku padanya. Terlalu cepat kalau harus mengungkapkan sekarang.

Setelah itu dia pergi. Meninggalkanku dengan berbagai macam pertanyaan yang mengusik otakku. Aku menuju toilet untuk mencuci mukaku. Lalu, aku baru pergi ke kasir.

Saat kembali ke meja, ternyata Audy baru selesai makan. Dia tadi memang memesan lumayan banyak. Jadi, dia tidak melihatku bersama dengan Kak Rafa tadi.

"Kenapa lama banget, Kak?" tanyanya penasaran.

"Tadi sekalian ke toilet dulu," jawabku apa adanya tanpa memberi tahu kejadian yang sebelumnya.

Audy menarik tanganku. "Ayo, pulang."

Saat perjalanan aku tidak membicarakan apa pun dengan Audy. Dia terlihat serius memainkan game di ponselnya. Hanya ada lagu dari radio yang mengisi kesunyian mobilku.

Setelah melewati kemacetan, akhirnya sampailah juga di rumah tepat pukul lima sore. Aku turun dari mobil tanpa membantu Audy membawa barang-barangnya. Yang aku inginkan sekarang hanyalah sendirian di kamar.

☆♡☆♡☆

Kalo kalian nemu typo tolong ingetin gue ya? Barangkali udah gue koreksi, tapi ada yang kelewatan hehe....

Don't forget to vote and comment, thanks.☺

The Force of First SightWhere stories live. Discover now