Fifty Two

23.7K 1.4K 70
                                    

Suasana pagi itu agak sedikit mendung. Sama halnya dg suasana hati Prilly saat ini yg sedari tadi hanya diam dg wajah sendunya.

Saat ini ia sedang duduk disebuah taman. Dg air mancur di hadapannya yg dikelilingi bunga2 indah.

Tatapannya lurus ke depan. Diam dan tanpa ekspresi sama sekali. Ia hanya memikirkan Digo. Menyayangkan kenapa Tristan membawa Digo pergi tanpa memberitahunya terlebih dahulu. Ada segurat kekecewaan di hatinya jika mengingat hal itu. Bahkan Prilly dan Ali sudah berusaha mendatangi rumah Digo. Namun rumah tsb kosong tanpa penghuni.

Ada rasa kehilangan di hati Prilly saat ini. Dan ia hanya bisa menelan kenyataan jika saat ini Digo sudah pergi.

"Apa kamu masih memikirkanya?"

Ucapan Ali memecah lamunan Prilly.

Prilly terdiam sesaat menanggapi ucapan Ali. Kemudian mengangguk lemah. Air matanya sudah membendung dipeluk matany.

"Apa kamu begitu menghawatirkannya??"

Dengan cepat Prilly menatap ke arah Ali. Yang tidak menatapnya itu.

"Bagaimana kamu bisa tanya seperti itu?? Tentu saja aku menghawatirkannya. Dia telah menyelamatkan nyawaku. Jika tidak ada dia mungkin aku yang saat ini sekarat, Li!!!!"

Prilly tidak kuasa lagi menahan airmatanya yg sudah membasahi wajahnya itu.

Ali memejamkan matanya. Tangannya mengepal. Ucapan Prilly rasanya membuat hatinya sakit. Melihat Prilly yg begitu menghawatirkan Digo, seolah Digo adalah orang yang sangat berarti di hidupnya.

Ali berusha menahan amarahnya. Menghilangkan pikiran2 buruk tentang Prilly. Saat ini ia tidak mau lagi kehilangan Prilly.

Perlahan Ali menatap kearah Prilly. Menangkup wajah yg sangat dicintainya itu dan menghapus air mata Prilly dg jari2nya.

"Maafkan aku" ucap Ali dg terus mengusap air mata Prilly "Maafkan aku yg gak bisa melindungi kamu. Selama ini aku terlalu bodoh dan dipermainkan oleh keadaan. Membiarkan kamu di jaga oleh orang lain. Dan jika yg menimpa Digo terjadi padamu. Lebih baik aku mati, dari pada aku harus melihatmu menderita karena kebodohanku. Maafkan aku, sayang. Aku mohon aafkan aku!!!!!!"

Ali menatap wajah Prilly sendu. Ada penyesalan yg terlihat jelas dimatanya. Sebulir air mata lolos dan membasahi pipinya.

Prilly menggeleng dan kemudian segera memeluk kekasihnya itu. Menyandarkan kepala ali di dadanya dan membelai lembut rambut Ali.

"Engga…Demi Tuhan, jangan pernah katakan itu. Kamu sudah lebih dari menjagaku selama ini. Bahkan itu semua tidak akan pernah bisa di gantikan oleh siapapun. Dan saat ini aku hanya....aku..."

"Sttt…"

Ali melepaskan pelukannya dan menempelkan jari telunjukknya pada Prilly.

"Aku tau perasaanmu. Maafkan aku, seharusnya aku tidak membuatmu menangis"

"Engga, Li"
Prilly menggeleng dan menatap mata sendu Ali "Aku…aku hanya…aku hanya takut. Aku takut setelag Digo, kamu juga akan ninggalin aku. Aku takut kamu akan pergi dari aku. Aku takut, Li. Aku takut"

Ali segera memeluk Prilly erat. Yang kini sedang menangis tersedu. Air matanya tumpah, dan terdengar memilukan.

"Itu ga akan pernah terjadi, sayang!!! Gak akan pernah!!! Gak akan....."

Prilly masih sesegukan saat Ali melepas pelukannya.

Kini Ali berdiri dari duduknya. Menghadap ke arah Prilly dan bersimpung di hadapan gadisnya itu.

Prilly terus menatap Ali yang kini sedang menggenggam kedua tangannya.

"Prill, tolong dengerin aku!!" Ali menatap tepat dimanik mata Prilly. Begitu juga dg Prilly yg tak berpaling sedikitpun darinya "Setelah apa yg terjadi pada kita. Yang membuat kita hampir terpisah itu. Tidak ada lagi alasan dariku untuk pergi meninggalkanmu. Bahkan aku ingin menjadikanmu milikku selamanya"

Ali merogoh saku celananya. Dan mengeluarkan sebuah kotak beludru warna merah dari sana.

"Apa kamu ingat. Saat malam aku mengajakmu diner. Dan Lisa mengacaukan semuanya??"

Ali bertanya pada Prilly dg terus menatap gadisnya itu.

Prilly mengingat kembali saat2 itu. Saat dimana Lisa berhasil menjauhkannya dari Ali dg semua dustanya.

Prilly kemudian menggangguki ucapan Ali.

"Ya. Aku ingat" jawab Prilly pelan.

Ali membuka perlahan kotak yg ia pegang dan menunjukan sebuah cincin permata didalamnya.

"Malam itu sesungguhnya aku ingin melamarmu. Menjadikan kamu pendamping dalam hidupku dan ibu dari anak2ku"

Prilly tercengang dan kini menutup mulutnya d sebelah tangan. Air matanya kembali mengalir. Ia tidak percaya dg apa yg diucapkan oleh Ali.

"Dan sekarang. Setelah aku hampir kehilanganmu. Aku tidak akan pernah lagi melepasmu dan membiarkanmu pergi lagi dariku"

Ali menghadapkan kotak cincin tsb pada Prilly.

"Entah waktunya tepat atau tidak. Aku tidak mau menunggu lagi" Ali menatap Prilly yg kini sedang menangis di hadapannya "Prillyzia Adelle Bratajaya, maukah kamu menikah denganku??"

Prilly masih terus menangis. Tapi kini dengan senyum yang merekah dibibirnya. Ia tidak menyangka jika Ali akan melamarnya. Hal yang sangat ia idamkan dari dulu. Tentu saja ia juga ingin bersama Ali selamanya.

Prilly menggangguk pelan.

"Aku mau…aku mau menikah denganmu!!"

Ali langsung tersenyum bahagia. Kemudian memasangkan cincin pada jari manis Prilly yg terlihat cantik dan pas di jarinya.

Ali mengecup punggung tangan Prilly dan dengan cepat memeluk gadis itu erat. Yang juga disambut oleh Prilly.

"Trimakasih, sayang....."

Ali mengecup kening Prilly dan kembali memeluk gadisnya itu.

Jika memang aku ditakdirkan untukmu. Seberat apapun ujian yg kita hadapi, pasti suatu saat aku akan kembali padamu.....

*TAMAT*

………………………………………
Jangan lupa vote dan coment
Udah tamat yakk…ok kalo gt wasalam………

Hahaha…gak ding. Masih ada ekstrapartnya kok...tunggu ajah!! Maaf yak jika endingnya jelek, ga sesuai n terlalu umum, huhu...hayati lelahh

Masih mau ga extra partnya?? Kalo ga ya gpp sih..hehe

Salam ketjup basah
-tixoayu-

My Strawberry ChiliWhere stories live. Discover now