Twenty Two

32.2K 1.3K 19
                                    

Prilly duduk di pantry dg menopang dagu. Melihat Ali yg tengah memasak makan malam untu dirinya. Prilly tersenyum. Kekasihnya itu selalu membuatnya terpesona. Bahkan meskipun melakukan pekerjaan sbg housekeper yg notabennya dikerjakan para wanita. Namun Ali tidak pernah malu melakukannya. Dan tidak kehilangan aura kejantanannya sbg laki-laki.

Namun senyumnya sekita sirna. Digantikan bibir manyun ala dirinya. Ia kembali mengingat Dosen sialannya itu. Yang sudah menginjak2 harga dirinya. Apa2an menyuruhnya menjadi penjaga anaknya. Enak sekali klo ngmong. Dasar sinting.

"Honey…"

"Hmm…"

Prilly nampak berfikir sejenak.

"Kayaknya aku pindah kampus aja deh"

"Knp?"

"Ya ga knp2. Males aja disana lama2"

Ali menghentikan kegiatannya sejenak. Dan berbalik memandang Prilly.

"Memangnya ada apa? Bukannya itu kampus favorit km. Lagian ga sembarang orang bisa kuliah disana. Dan skrg km mau pindah"

"Iya sih, honey. Tp klo aku udah ga nyaman disana gmn donk"

"Pikirkan lagi baik2. Jangan menuruti emosimu" ucp Ali dg kembali mengaduk masakannya.

Prilly menghembuskan nafasnya. Ali benar. Ia hanya emosi. Tp Prilly benar2 muak klo harus bertemu atau berurusan dg dosen sialan itu.

"Udah ga usah manyun2 gitu"
Ali mendekatinya dg membawa sepiring pasta untuknya "Ayo makan dulu"

Mata Prilly berbinar. Ia memang lapar dari tadi. Tanpa pikir panjang. Prilly segera menyantap makanannya. Ali menggeleng2kan kepalanya. Terkekeh dg tingkah kekasihnya itu.

"Biar km ga BT. Gmn klo habis ini kita jalan2. Aku mau ajak km kesuatu tempat"

Mata Prilly semakin berbinar. Tersenyum lebar. Memperlihatkan deretan gigi putihnya.

"Mau…Mau…Mau banget"

Ali tertawa dan mengacak rambut Prilly pelan.

"Ya udah abisin makanannya. Terus mandi. Biar cantik"

"Ok Kapten"

Prilly dg semangat menghabiskan makanannya. Ali memperhatikan Prilly dg senyum yg tak lepas dari wajah gantengnya. Sungguh. Ia sangat beruntung bisa memiliki gadis itu.

***
Pedro dan Tristan saling berpandangan. Lalu memperhatikan Digo yang sedari tadi senyum-senyum di hadapan mereka dg melihat layar ponselnya.

"Knp sih dia?"tanya Tristan berbisik pada Pedro.

"Ga tau. Gila kali"

Digo masih terus menggeser layar ponselnya. Membuat Tristan dan Pedro jengah. Karena dari td mereka belum tau apa tujuan Digo memanggilnya.

"Ck. Klo bukan BOS gue ud gue tinggal kabur. Lebih baik godain suster2 disini. Siapa tau bisa di ajak One night stand. Ya ga?" Bisik pedro pada Tristan.

"GUE DENGER, PEDRO"

Pandangan Digo mengarah pada dua orang dihadapannya itu. Mereka ada sahabat2nya. Dan sekaligus orang2 kepercayaannya. Untuk membantu mengurus Kampus dan Perusahan2nya.

"Habis lo manggil kita. Tp lo nya sendiri senyum2 kayak gitu. Apaan coba. Ga jelas" ucap Pedro protes.

"Iskkk. Gue lagi mikirin kerjaan buat lo berdua"

"Kerjaan apa? Jng2 lo mau nyuruh kita aneh2 lagi"

Tristan mengerutkan alisnya. Curiga dg apa yg akan di tugaskan padanya.

My Strawberry ChiliDonde viven las historias. Descúbrelo ahora