Nenek tersenyum, lalu duduk tepat disampingku, sambil menepuk-tepuk telapak tanganku dengan mata yang sama-sama memandang foto yang aku lihat di dinding.

Nenek tersenyum memandang foto aku dan Rayya, "Cantik ya Rayya, nenek suka sama dia, kamu harus bahagiain dia."

Aku tersenyum, lalu mengangguk mengerti dengan ucapan nenek.

Akhirnya hari weekend tiba, pagi ini untuk pertama kalinya aku pergi ke dapur untuk membuatkan Rayya cokelat. sudah beraneka bentuk dan rasa yang aku buat, aku susun rapih di dalam toples.
Bunga mawar merah pun sudah aku beli, saatnya pergi kerumah Rayya.

From 08583924xxx

Ran, jadwal les dimajuin nih, gue baru dapet info dari sekolah, langsung ke sekolah ya.

Aku langsung mengehela nafas panjang, saat mendapatkan pesan seperti itu.

To Rayya

Aya, maaf aku nggak jadi kerumah kamu, jadwal les aku di majuin hari ini.

Send

♡♡♡

~Fadil~


Gue nggak tahu akhirnya jadi seperti ini, sejak kemarin main hujan-hujanan bersama Yura, akhirnya gue terkena demam, gue telepon Yura dia pun bernasib sama dengan gue. tapi gue senang, entah kenapa alesannya gue bisa sesenang seperti saat ini, padahal gue sering melakukan hal itu bersama Rayya, kita berdua sering bermain dibawah rintikan air hujan, tapi kenapa rasanya beda ya saat kemarin bersama Yura.

Ketukan pintu terdengar dengan keras dari balik pintu, suara ketukan yang gue kenal, " Yaampun lo kenapa ? Lo sakit ? Kok bisa ? Apanya yang sakit ? Tante Fika bilang sakit lo parah ? Kedokter aja yuk ?" Tanya Rayya bertubi-tubi sambil membulak-balikan telapak tangannya di kening, pipi, leher dan pergelangan tangan gue. Rayya masih memakai baju tidur, rambutnya juga masih terlihat tidak beraturan. Gue tahu, pasti ini ulah mama dengan kata-kata yang berlebihan, agar Rayya memperhatikan gue.

"Ucapan mama lo denger ! gue cuman demam Ray, gue baik-baik aja kok." Timpal gue, memastikan bahwa gue baik-baik saja.

Gue langsung lihat perubahan wajah Rayya yang sedikit menenang, saat gue bilang, gue baik-baik saja. Tapi gue senang Rayya masih terlihat peduli dengan gue, walau gue tahu, status gue dan Rayya hanya sekedar sahabat.

"Kenapa bisa kaya gini ?" Tanyanya dengan nada tinggi.

Gue tersenyum sambil memegang pergelangan tangannya, memastikan tidak ada pukulan yang Rayya beri, saat gue menjawab sejujurnya,
"main hujan-hujanan." Jawab gue dengan senyuman.

Rayya juga kembali tersenyum, "kalian jadian ?" Tanyanya. Gue hanya menggelengkan kepala.

Rayya melototkan matanya, pasti saat ini dia lagi memastikan kebenaran di raut wajah gue, wajahnya sangat dekat, walau keadaan bangun tidur, Rayya masih terlihat cantik, terlintas di pikiran gue, berharap dari awal pertemuan, kita bukan ditakdirkan menjadi seorang sahabat, tapi seharusnya ditakdirkan menjadi sepasang kekasih. tapi apa boleh buat, itu hanya rencana, walau kenyataannya Tuhan berkata lain.

"Kalian cocok, kalian banyak memiliki kesamaan, kenapa nggak jadian sih !!"

"Dua insan yang cocok dan memiliki kesamaan, bukan berarti harus menjadi seorang kekasih Rayya !" Timpalku, seperti kita saat ini.

Raut wajah Rayya kembali berubah, dia sepertinya sangat kesal dengan jawabanku, aku memang tahu apa jadinya jika aku dan Yura jadian, pasti Rayya akan senang, tapi untuk kali ini aku masih tetap fokus dalam hal belajar.

"Uuh dasar cowok dingin, nggak pernah peka !" Ujar Rayya sambil keluar dari kamarku.

"Biarin ! Ehh lo mau kemana ?" Tanya gue, entah gue ingin saat ini Rayya ada disamping gue.

"Mandi, nanti gue kesini lagi." Ucapnya sambil menutup pintu kamar gue, walau nada suaranya begitu kesal dan raut wajahnya terlihat murung, gue tahu pasti weekend ini Randy nggak bisa mengajak Rayya jalan-jalan.

♡♡♡

~Rayya~

Harus selalu mengerti dan memahami dengan kondisi Randy yang super sibuk saat ini, apapun yang dia lakukan, aku harus mendukungnya, itu salah satu komitmen yang Randy dan aku buat saat kita resmi pacaran, harus saling mendukung.

Tapi untuk kali ini aku benar-benar bete denganya, karena dia sudah janji padaku untuk hari ini dia akan mengajakku ke rumahnya, untuk bertemu nenek dan kakeknya, tapi sekarang justru dia malah ingkar.

"Sayang kayanya ada kiriman bunga lagi nih." Tegur mama sambil mencium serangkai bunga mawar itu.

"Yaudah nanti suruh bi Izah taruh kamar aku, aku mau mandi dulu." Sahutku, walau aku tahu pasti bunga itu dari Randy.

Aku segera bergegas mandi untuk kembali kerumah Fadil. Soal kenapa aku pagi-pagi bisa datang kerumah Fadil, jawabannya adalah semua itu karena tante Fika, dia datang kerumahku dan membangunkanku untuk segara menjenguk Fadil, tante Fika bilang Fadil lagi sakit parah, sempat nggak percaya sih dengan ucapan tante Fika saat itu, karena sudah berapa banyak kebohongan yang tante Fika buat untuk mendekatkan aku dengan Fadil, tekat tante Fika menyatukan aku dengan Fadil memang sangat dibilang penuh semangat, walau kenyataannya aku masih berstatus pacaran dengan Randy, tante Fika bilang, sebelum janur kuning melengkung masih banyak kesempatan, tapi apa boleh buat tante Fika sangat baik dan sangat sayang kepadaku, jelas aku pun sayang juga dengannya, dan aku akan melakukan apa yang tante Fika minta, termaksud dalam hal saat ini, tapi untuk permintaan aku dan Fadil pacaran, aku tidak bisa meyakinkan, disatu sisi aku dan Fadil harus tetap menjalani prinsip di dalam persahabatan kita, untuk tidak saling menyayangi melebihi rasa sayang sahabat.

mandi pagi memang selalu membuatku segar, pikiranku pun sedikit merasa tenang.
"Non bunga sama cokelatnya mau taruh dimana ?" Tanya bi Izah.

Aku sedikit heran, kenapa ada cokelat juga ? Jadi Randy bukan hanya memberikanku bunga, tapi juga cokelat ?

"Tadi den Randy kesini, dia ganteng bener non, beruntung banget non Rayya dapetin Randy, sudah baik, pinter, romantis, sayang lagi sama non." Ujar bi Izah.

Aku hanya tersenyum malu saat bi Izah berkata seperti itu, memang jelas aku benar-benar beruntung bisa sepenuhnya dapet kasih sayang dari Randy, tapi soal romantis yang bi Izah bilang, itu tidak benar, Randy bukan tipe orang yang romantis.

Tunggu.. tunggu bi Izah bilang Tadi Randy kesini ? Jadi Randy kesini ? Buat nganterin ini ?

"Bi, tadi Randy kesini ?" Tanyaku senang. Bi Izah mengagutkan kepalanya.

"Terus pas Randy kesini, kok bibi nggak bilangin aku ?"

"Iih bibi tadi mau ke rumah Fadil buat ngasih tau non Rayya, tapi kata den Randy nggak usah, dia bilang, dia juga lagi buru-buru."

Sedikit kesal sih kenapa Randy tidak mau bertemu denganku,walau hanya beberapa detik, memang sampai setelat itu sampai dia terburu-buru ? Tapi yasudahlah, yang Randy lakukan pun sudah membuat aku bahagia, dia benar-benar melakukannya dengan cara sederhana, tapi selalu membuat aku tersenyum bahagia.

♡♡♡

A/N: terimakasih yang sudah membaca cerita Cinta Beda Rasa sampai chapter 12 ini, jangan bosan dulu ya dengan ceritanya, ikuti terus. Hehehe jangan lupa di Vote dan komentar, biar akunya lebih semangat nulisnya :)

Cinta Beda RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang