Chapter 1

13.9K 363 0
                                    

Pertemuan yang Memalukan.
.
.
.
.

Saat itu, usiaku masih menginjak 12tahun. Usia dimana masih di juluki penuh kelabilan.
Hari ini adalah Hari pertama ku masuk sekolah, di hari pertama penyambutan peserta didik baru, semua peserta didik baru datang berbaris di lapangan.
Aku salah satunya.
Acara hari pertama cukup sebentar,senior atau kakak kelas hanya menyuruh peserta didik baru untuk mencatat barang yang esok hari peserta didik wajib di bawa, aku mencatatnya semua barang yang harusku bawa cukup aneh nama barang itu.

Sepulangnya, Aku memberi kertas yang sudah kutulis kepada Ibuku, katanya dia tau semua barang yang di suruh oleh kakak kelas itu.
Aku berbaring di kasur menatap langit-langit kamarku. Khususnya anak perempuan yang menyukai membaca novel pasti akan membayangkan masa-masa sekolah nanti. Bertemu kakak kelas yang tampan, bertemu anak laki-laki dengan julukan Bad Boy dan kemudian jatuh cinta. Aku selalu mengharapkan itu terjadi padaku.Sayangnya itu hanya ilusiku.
Ilusi yang ku baca dari novel.

Sampai akhirnya, Metal, Ayam jago milik pak Deso berkokok.

"Luna. Bangun. Sudah subuh."

"sebentar bu, aku masih ngantuk beri aku waktu 10menit." erang ku seraya mengumpat di balik selimut MickyMouse ku.

"Apa mau ibu buang semua novel kamu?." ancamnya.

Duarr...

Aku langsung mengubah posisi ku menjadi duduk di sisi ranjang dengan mata kantuk. Ibuku sangat pintar.
Dia mengancam akan membuang novel-novel ku, hayalan-hayalan ku, teman mimpi ku. Aku terduduk mengumpulkan semua nyawaku yang masih gentayangan entah kemana.

"makanya, jangan tidur larut malam kalau baca novel itu siang. Kalau larut malam itu waktu orang tidur bukan malah baca novel. Kamu ini membayangkan akan mempunyai kisah di novel itu?." ucap Ibu lalu berjalan keluar dari kamar ku.

Aku mendengus. Seharusnya Ibu bangga padaku. Kenapa?. Karena di waktu malam bahkan setiap waktu aku hanya di rumah saat masa liburan coba kalau saja aku keluar rumah lalu berjalan bersama om-om kaya. Kau pasti sedih, bu. Banggalah padaku yang hanya membaca novel setiap harinya.

"Masih menghayal lagi." kata Ibu dari balik pintu kamar ku.

Dengan cepat aku mengambil handuk ku kemudian memasuki kamar mandi yang satu ruangan di dalam kamar ku.
S

eusai mandi dan shalat, Aku berdiri di depan cermin menatap diriku dari cermin seraya berbiacara pada diri sendiri 'betapa menyedihkannya aku ini'.

Sungguh. Dalam setiap doa sesudah kesehatan untuk ayah dan ibu ku, aku selalu berdoa : Aku ingin mempunyai kisah seperti di novel yang ku baca,menarik. Aku ingin kisah hambar ku ini di tambahkan bumbu yang membuat oranglain senang membacanya kelak nanti.

Tentu saja doa itu konyol, itu ilusi ku.

Aku membuka kenop pintu kamar, melihat keluarga ku sudah berkumpul kemudian aku berjalan mendekat ke meja makan dan duduk di samping adik ku yang masih berusia 6tahun, bernama Lily Albi.

Menu sarapan kami hari ini nasi goreng,menu ke sukaanku. Aku menyantapnya sambil membantu menyuapi adik ku.

15menit sudah, Aku yang sudah selesai menikmati sarapan kini tengah memakai sepatu terduduk di teras halaman rumah.

Ibu menaruh tas di samping kiri ku.

"Ada satu barang yang engga kamu bisa bawa." kata Ayah yang terduduk di samping kanan tengah memakai sepatu kulitnya.

LDR  (Completed√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang