END: [Gerbang Lazuardi]

29.7K 2.2K 163
                                    

*******

Udara dingin Malam kian menusuk lembut setiap inci ,tubuh tegap seorang cowok berbulu mata lentik itu. Ia terdiam dengan tatapan penuh makna pada objek didepannya.
Sebuah rumah minimalis dengan warna silvernya menjadi sorotan matanya saat ini.

Cowok itu berdiri didepan motornya yang terparkir diseberang jalan rumah minimalis tersebut.
mata indahnya tak sekalipun berpaling pada balkon kamar yang terlihat remang remang dilantai atas.
Berharap pemilik kamar itu muncul,namun nampaknya sudah lebih 40 menit ia berdiri diseberang jalan rumah tersebut, namun tak kunjung menampakkan batang hidung seorang gadis yang menempati kamar tersebut.
Entah kekuatan dari mana yang membuat Ali, bertahan lebih lama untuk menunggu gadis itu benar benar keluar dari kamarnya. Ia tak berharap gadis itu melihatnya, yang ia hanya inginkan ,adalah cukup melihatnya dari kejauhan.

Namun sepertinya tak ada tanda tanda bahwa prilly lavigne akan keluar menuju balkon kamarnya.
sesaat cowok itu menggosok pelan dan meniup-niup kedua tangannya untuk menangkal angin malam yang semakin dingin.
Arah matanya tak berpaling sedikitpun dari balkon kamar tersebut.
Untuk sekarang, ia hanya ingin melihat gadis itu, ia hanya ingin menatap gadis itu dikejauhan walau itu hanya berlangsung dalam hitungan detik, setidaknya itu sudah cukup untuk membayar rasa rindu yang kian menggebu dalam hatinya.
Sesaat cowok itu merogoh saku jacket hitamnya, dikeluarkannya sebuah foto berukuran 6×4 dari saku tersebut.
sejenak Ali menghela nafas panjang, sebelum akhirnya ia tertatap lekat oleh foto itu.
Foto yang sederhana namun menyimpan sebuah kesan yang sangat indah.
Dia memang merindukan gadis itu, dan tak bisa dipungkiri bahwa dia ingin sekali melihat gadis itu walau dengan jarak yang tak dekat.

Sesaat, Ali mengangkat foto itu hingga sejajar dengan balkon kamar prilly.
Jikalau gadis itu memang tak akan keluar dari kamarnya, setidaknya foto ini bisa menjadi penggantinya, foto satu satunya ,yang bisa tercetak dan mengabadikan sebuah adegan tak sengaja antara dirinya dengan gadis itu.

Apa lagi? sudah pasti foto saat ia terlelap dengan gadis itu didalam bis.

Ali bahkan masih menyimpan foto itu hingga sekarang, baginya foto itu adalah obat yang ampuh,saat ia benar benar merindukan sosok prilly.
Andaikan ia tak merasa bersalah pada gadis itu,sudah pasti ia akan bergegas kerumah minimalis tersebut. Namun nampaknya Ali bahkan tak seberani itu.
Sesaat cowok itu menghela nafas gusar sebelum akhirnya ia terbelalak saat sosok cantik seorang gadis ,nampak keluar dari kamarnya.
Benar,prilly sekarang tengah berdiri dibalkon kamarnya.
Gadis itu nampak tengah sibuk membolak balik sebuah buku bewarna purple yang sedari tadi berada dalam genggamannya.

dibawah sana,Ali benar-benar tak percaya bahwa gadis itu kini ada dihadapannya.
Dihadapannya dengan jarak yang cukup jauh lebih tepatnya.
Perlahan kedua sudut bibirnya terangkat, ia bahagia..yaps..dia bahagia karena penantiannya terbayar dengan sempurna.
Penantian sederhana.
Penantian untuk dapat melihat wajah gadis itu kembali.

Ali tak tau apa yang sedang dilakukan Prilly diatas sana, tapi yang pasti ,ia cukup lega karena kehadirannya tak diketahui oleh gadis itu.
Mungkin ini adalah perilaku seorang pengecut!
Kenapa? Karena sekalipun ia tak berani untuk mendekat atau hanya sekedar berbicara pada gadis itu.

Ia semakin hanyut dalam suasana hening yang menjadi saksi , atas tatapan yang penuh arti dibalik bibir yang tak meloloskan satu kata apapun.
dan hanya hatilah yang berani maju ,untuk menggambarkan perasaan bahagianya saat ini


ALI Point Of View

'Tuhan..terimakasih karena kau telah mengizinkanku untuk melihat prilly saat ini,terimakasih karena engkau telah memberi kesempatan untuk aku dapat menatapnya,walau dengan jarak yang tak dekat, namun perlu kau tau! Hal ini bahkan lebih dari cukup dari yang aku inginkan sebelumnya, aku bahagia melihat dia malam ini, aku bahagia melihat gadis itu tersenyum malam ini.
Setidaknya senyum itu dapat mengobati rindu ini, aku menyesal tuhan..aku menyesal telah menyia-nyiakannya. Namun sekarang aku harus sadar, aku sudah tak pantas untuk membawanya dalam hidup yang jauh dari kesempurnaan ini,karena aku tau! Ia tak lagi ada rasa atau celah sedikitpun untuk menerima hati ini lagi, benci itu kini telah memenuhi perasaannya, aku memang terlalu bodoh. Aku bodoh ,karena telah menggoreskan sebuah luka dalam perasaannya.
Menyesal? Iya ..itulah yang sekarang aku rasakan'_

OKTOBERWhere stories live. Discover now