Chapter 9: [Tak Sama]

23.8K 2K 12
                                    


Prilly Point Of View

"Gua bodoh, kenapa gua harus nangisin hal yang fakta gua miliki,benar kata Ali ,gua emang gadis yang nggak bisa memakai otaknya sendiri.—

"Gua terlalu naif dalam hidup. Oh Tuhan sungguh gua tersiksa dengan keadaan ini, gua terluka dengan kata-kata tajam yang selalu Ali lontarkan ke gua.
Andai gua bisa milih.
lebih baik gua nggak pernah dilahirkan kedunia ini ,jika gua harus tersiksa seperti ini.—

"Tuhan apa gua salah dengan ini semua, apa gua yang nggak pernah mau untuk bisa.
Gua berusaha tuhan tapi ,gua nggak pernah berhasil atas itu semua.—

Ali, cowok itu selalu mencemoh terhadap Minimnya IQ yang gua punya. Tapi gua hanya manusia yang lemah,hati gua terlalu rapuh buat nahan semua luka itu. Gua terlalu rapuh untuk berjuang"

×××

Tangis yang ditahannya kini sudah membanjiri seluruh pipinya.Langkahnya semakin jauh dari area perkemahan. Derap langkahnya terus berlari tanpa peduli dengan arah.
Dia tak peduli dengan hari yang semakin larut.

Nafasnya semakin memburu bersamaan dengan langkah yang dia percepat.
Entah apa ia sadar dimana dia sekarang.
Tak peduli, untuk saat ini hanya Menangis yang dapat ia lakukan.

Rupanya sebuah kalimat yang dilontarkan oleh Ali mampu membuat tangis prilly terkuras begitu banyak.

Terlalu Lama melangkah tanpa prilly sadari ,kakinya mulai melemah dan keram, sontak dia jatuh tersungkur ditanah.
"Awwwwww" pekik prilly
Tanpa ia sadari bahwa ujung kakinya mulai berdarah.
"Sakitttt..."rintih prilly menangis

Merasa kakinya terasa sakit,prilly pun melepas kedua sepatu yang menjadi alas kakinya.Terlihat kedua ujung kakinya terluka dan mengeluarkan darah segar yang lumayan banyak.

"Awwww kenapa bisa berdarah gini"pekik prilly sembari memegang kuat kedua ujung kakinya yang terasa begitu perih.

Menangis berjam-jam rupanya tak menyadarkan prilly dengan sekelilingnya.Matanya begitu jelas memerah dan sembab.Hari rupanya sudah petang.

Rasa takut Mulai menyelimuti prilly ketika ia tersadar dari tangisnya.

"Gua dimana, kenapa gelap kayak gini, ya tuhan
Gua kesasar"ucap prilly mulai ketakutan.

Hutan yang sudah petang dan tertutup kabut menyebabkan prilly tak tau jalan keluar, Sedangkan senter yang dibawanya sedang bermasalah dan tak berfungsi untuk penerangan.
Tak tau apa yang harus di lakukannya, prilly pun memilih duduk dibawah pohon yang cukup besar tanpa menghentikan tangisnya.
Dan memeluk tubuhnya sendiri karena angin malam yang sangat dingin.

"Bunda prilly takut, bunda tolongin prilly bun"pekik prilly

"Aaaaarrrrrggggghhhhhh..... GUA BENCi,gua benci, gua benci sama Al"teriak prilly emosi

"Gua benci sama Ali"

"Anjir"

Cemohan tak henti-hentinya prilly lontarkan pada Ali yang jelas tak ada dihadapannya. Nafasnya mulai memburu ,tangisnya semakin histeris bersamaan dengan darah yang terus keluar dari kedua ujung kakinya.
Prilly tak tau apa yang menyebabkan luka pada kakinya.Tapi yang pasti ini cukup perih ia rasakan.

××××

Setelah menyusuri hutan sesuai denah.Aldi dan Windi tak mendapat hasil menemukan prilly.Mereka kini sudah kembali ke perkemahan.

Rasa cemas semakin menjadi jadi Windi rasakan.Tangisnya pecah seketika ketika dia tidak melihat prilly di area tenda.
Fikirannya kacau dan menduga duga hal-hal yang tak di inginkan akan terjadi pada prilly.
Aldi tak dapat berbuat banyak, segera dia melapor kepada Bu Muna atas hilangnya prilly.
Bertindak cepat, Bu Muna segera meminta bantuan kepada polisi hutan untuk mencari prilly.

OKTOBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang