Chapter 28 : [Jangan Pergi Bara]

20.4K 1.7K 25
                                    

----------

Seperti sedang menunggu seseorang, cowok berbadan tegap itu, tengah menyendiri didepan mobilnya yang terparkir diseberang Lazuardi.
jari jari tangannya sibuk memencet digit nomor yang tertera dilayar gadgetnya, berkali menelfon seseorang tapi tak ada jawaban ,bahkan sekarang nomor yg ditujunya tidak aktif dan berada diluar jangkauan.
Sepertinya iphonenya sedang lowbet.

Lelah dengan aksinya, pada akhirnya Bara mensakukan kembali iphonenya.
Matanya sibuk menatap setiap siswa yang keluar dari gerbang lazuardi.
Rupanya Bel pulang sekolah telah berbunyi. Bahkan sekarang Lazuardi telah memuntahkan anak didiknya, untuk bergegas kerumah mereka masing masing.

Sepersekian detik kini tatapannya beralih menatap seorang gadis yang tengah berjalan menuju mobil jemputannya,
Bara sedikit menyembunyikan diri, agar tak dilihat oleh gadis itu, siapa lagi?
Tentunya Prilly Lavigne.
Wajah gadis itu terlihat ditekuk, langkahnya nampak lemas dan tak ada semangat sepertinya.
Bara cukup tau, sepertinya gadis itu sedang mempunyai masalah.

Setelah gadis itu memasuki mobil jemputannya, segera bara melangkah menuju Lazuardi.
Matanya sibuk mencari-cari seseorang yang sedari tadi ia hubungi.
Matanya berbinar saat mendapati sosok yang dicarinya tengah berjalan menuju gerbang akses keluar Lazuardi.

Bara menghentikan langkahnya dan menyandarkan bahunya disisi tembok gerbang bercat biru muda itu.
Gadis itu nampak sedikit menatapnya heran, hingga akhirnya melemparkan senyum hangat padanya.

Bara tersenyum tipis saat gadis itu kini menghampirinya.
Tanpa aba-aba atau isyarat, seperti biasa gadis gokil yang tidak lain dan tidak bukan adalah windi itu, kini mulai bicara 'ngalor ngidul'

"Bara,ngapain lo disini, kayak patung liberty aja, cuman bedanya gak bawa obor"ucap windi terkekeh

"Bisa aja lo win, udah kelar sekolahnya?"

"Ya udahlah, gak liat apa mata gua udah berbinar, menampakkan tanda-tanda kebebasan""

"Berbinar? Dikasih lampu makanya berbinar"

"Iya lampu taman yang redup redup gitu"

"Berarti mata lo burem dong?"

"Kok burem?"

"Ya iyalah,kan berbinar kayak lampu taman, lampu taman kadang kan redup terus died "Ucap Bara sontak membuat tawa mereka pecah.

"Apaan sih lo,udah ah perut gua sakit ketawa muluk ,laper tau!"

"Ya udah mending kita cari makan?"

"Gak ah, lagi bokek"

"Tenang ,gua yang traktir, sekalian ada yang perlu gua omongin sama lo!"

"Ngomoin apa?"

"Ya ntar aja,kalau kita udah cari makan, mau makan dimana?"

"Di restaurant jense, gimana?"

"Boleh,kebetulah itu juga restaurant favorit gua,tau aja lo yang enak ama yang mahal"

"Heheh gak papa kalik,sekali-kali makan dibayarin orang"Ucap windi terkekeh

"Iya, santai aja"

"Sok kaya lo"

"Nggak gitu juga,kalau cuma traktir lo ,gak bakal bikin gua miskin kalik"

"Iya deh percaya gua, udah ah yuk jalan, cacing-cacing diperut gua udah pada murka ini"

"Iya bawel banget sih, pantes kalau sahabat prilly"

"Kenapa?"

"Sama-sama cempreng, sama sama bawel "ucap bara sontak pipinya mendapat cubitan keras dari windi

OKTOBERWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu