Eleventh

862 70 0
                                    

Anya sedang duduk di teras rumah saat motor Gerald berhenti di depan rumahnya. Anya berdiri, melangkah menuju pagar rumahnya dan membuka pintu selebar bahu.

Gerald tersenyum, membuat seulas senyuman malu Anya terbit. "Hai" Sapa Anya singkat. Gerald memutar motornya lalu menunjuk bangku penumpang, "Lo bisa naik kan?" Tanyanya pada Anya.

"Ini bukan yang pertama kalinya gue naik motor lo" Sahut Anya lalu tersenyum lagi.

Anya memegang bahu Gerald dengan satu tangannya, lalu melompat naik ke motor Gerald dengan satu tarikan nafas.

Begitu motor Gerald meninggalkan kompleks perumahan Anya, ia bertanya "kemarin lo tidur jam berapa?"

Anya berfikir sejenak, "Sekitar jam dua belas malam. Kenapa?"

Gerald membelokkan stir motornya ke kanan, "Enggak sih. Cuma pengen tau aja"

"Oh" Sahut Anya ringan. Selang beberapa menit, Anya kembali bersuara, "Besok lo ada waktu?"

Gerald menoleh ke samping,ia baru akan menjawab namun Anya segera menginterupsi, "Tapi kalau lo emang gak ada waktu, gue gak kenapa kok"

Gerald terkekeh, ia memasuki parkir sekolah dan memarkir motornya di salah satu ruang kosong yang tersisa. "Jam berapa?" Tanya Gerald seraya melepas helmnya.

"Jam..sebelas?"

Gerald mengerutkan dahinya, berfikir. "Jam Sebelas malam?"

"Bukaaan" Ucap Anya,meninju bahu Gerald pelan lalu menaruh helmnya di atas motor. "Jam sebelas siang"

Mereka berjalan bersisian menjauhi parkiran sekolah, "Jam sebelas itu masih pagi, Anya" Koreksi Gerald.

Anya menggeleng, "Pokoknya siang"

"Pagi, Anya. Kalau di luar negri jam sebelas itu di anggap masih pagi." Ucap Gerald bersikeras. Mereka memasuki kelas tanpa memperhatikan sekitar mereka yang saat ini sedang menatap Gerald dan Anya bergantian.

"Gue gak mau tau pokoknya jam sebelas itu udah siang. Matahari udah tinggi jam segitu." Ucap Anya tak mau kalah. Ia menaruh tasnya di atas meja dan melipat kedua tangannya di depan dada.

Gerald tertawa kecil. Ia duduk di atas mejanya, kali ini posisi mereka berhadapan dengan pinggul Anya bersandar pada sisi meja. "Yaudah. Terserah lo aja." Gerald mengacak pelan puncak kepala Anya, membuat sebagian populasi kelas menatap keduanya dengan mata membesar.

"Jadi?" Tanya Anya sambil memperhatikan Gerald yang kali ini sudah memunggunginya seraya menaruh tasnya di atas meja.

Kepala Gerald menoleh menatap Anya tanpa membalikkan tubuhnya, tersenyum lalu tangannya membentuk huruf 'O' menggunakan ibu jari serta telunjuknya.

Anya mematung di tempat, tersenyum memperhatikan Gerald yang saat ini sudah bergelut dengan buku di atas mejanya, hingga bel tanda pelajaran akan segera di mulai membuyarkan lamunan Anya.

***

"Gue pengen cepet-cepet pulang ke rumah, Rald. Gue gak betah disini."

Gerald yang sedang duduk di sofa yang berhadapan dengan ranjang Sheila, menaikkan tatapannya. "Sabar Sha. Besok lo udah bisa pulang." Ucap Gerald, tersenyum tipis lalu kembali memperhatikan ponsel di genggamannya.

Sheila memiringkan tubuhnya, memandangi Gerald dengan bibir mengerucut. "Iya sih, tapi gue pengen pulangnya pagi,bukannya jam dua sore . Gue gak betah selama itu di sini."

Gerald memutar bola matanya lalu menghela nafas, "Jam dua siang, Sheila. Kenapa sih semua cewe yang gue temuin hari ini selalu keliru tentang waktu?"

YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang