Nineth

1.1K 79 4
                                    

Anya

Pagi itu, saat aku terbangun dengan tubuh terasa kaku dan pegal, aku tidak menemukan Gerald di sampingku.

Aku terduduk secepat mungkin, mengingat kembali kejadian semalam, memastikan bahwa aku tidak hanya bermimpi atau tidak berhalusinasi bahwa bantal guling yang berada di sampingku ini adalah Gerald.

Itu tidak mungkin, jelas-jelas yang tadi malam tidur di sampingku itu adalah Gerald. Gerald yang mencuri ciuaman pertamaku, dengan kata lain, dia telah merenggut keperawanan bibirku.

Ugh,Senangnya diriku.

Aku bangkit, melirik jam di dinding lalu bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.

***

Ketika sampai di sekolah dengan keringat yang bercucuran dari dahiku, Gerald di sana, duduk di bangkunya dengan gelisah. Dara menghampiriku saat ia tau sahabatnya ini sedang dalam keadaan kritis atau sekarat karena kehabisan oksigen.

"Lo kenapa, Nya?" Tanyanya panik sambil memegang bahuku.

Aku menepisnya, dengan sisa tenaga yang aku punya, aku berjalan menuju bangku ku, lalu duduk sampai kepalaku jatuh ke meja tanpa aku sangka.

"Ban..motorhh.. Guhhhee..bocooorrr" Ucapku bersamaan dengan tarikan nafasku yang putus-putus.

Dara berdecak, merogoh sakunya untuk mengambil selembar tisu dari sana dan mengelap keringatku.

Aku bisa merasakan punggung Gerald di depanku bergerak, namun sedikit.

Tidakkah ia mengerti dengan apa yang aku ucapkan?

Maksudku, tidakkah dia peduli?

Aku memilih untuk memejamkan mata sejenak untuk melepas penat hingga tenagaku kembali. Dara sudah duduk di sampingku, sepertinya bel pelajaran pertama sudah di mulai dan yang kami harus lakukan pertama kali adalah berdoa.

Aku mengangkat kepalaku, rasanya sedikit pusing. Bayangkan saja, kau mendorong motormu di jalan raya sejauh 2 kilometer dengan asap kendaraan menari-nari di sekitarmu, dan dengan kemacetan kendaraan yang menontonmu tanpa peduli sedikitpun.

Aku baru akan tertidur lagi ketika suara Guru Bahasa Inggrisku,pak Imron-Sering ku sebut Pak Tiger karena ia galak, membahana di ruang kelasku.

"Silahkan kumpulkan tugas kalian di meja bapak. Sementara yang tidak membuat tugas, silahkan ke depan kelas dalam hitungan 5"

Yang ada di pikiranku saat ini adalah 'Hah?!-Tugas-yang-mana?'

Dara berdiri,satu tangannya menjulur ke arahku, "Mana tugas lo? sini gue yang kumpulin"

Aku melongo, seolah ia bisa membaca raut wajahku,Dara menghembuskan nafas gusar. "Kenapa lo bisa lupa?" cicitnya seraya melirik pak Imron yang baru saja menyerukan angka tiga.

Aku tidak akan bisa menyalin tugas Dara,aku tidak mempunyai kekuatan super untuk menulis sebanyak 1 halaman double folio hanya dalam waktu dua detik.

"empat" Gelegar pak Imron lagi. Mata pak Imron yang hampir keluar dari cangkoknya itu mulai mencari-cari siapa saja yang mempunyai gelagat mencurigakan-termasuk mencontek untuk kemudian mendapat hukuman yang lebih berat.

Saat aku terpaksa menyeret tubuhku menuju ke depan kelas, tangan Gerald melempar sesuatu ke mejaku tanpa berbalik.

Apa ini? Kertas?

Oh Gerald!, Aku tidak sempat membalas surat cintamu saat ini!

Namun aku tetap mengambilnya seraya berlari ketika pak Imron mengatakan angka lima dengan lantang.

YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang