Lagi ada apasih, bazar ya? Tapi, masa bazar disini. Pikirku.

"Ohh, gulali." gumamku. Cuma gulali.

Aku menelusuri pandanganku di sekitaran taman. "Gak ada, kayaknya belum dateng, deh." aku mengatakan hal itu pada diri sendiri seraya duduk di bangku yang disediakan.

"Udah dari kapan nunggunya?" suara dari belakang membuatku tau jelas jika itu adalah milik Aiden.

"Dari tadi."

"Gak usah bohong, gue tadi liat lo kok lagi merhatiin abang gulalinya." ia berhenti sejenak, "mumpung tempat gue deket si abangnya, gue beli ini. Lo mau gak?" Aiden menunjukkan gulali besarnya.

Niatnya aku akan membeli manisan ini usai selesai urusan refreshing dengannya. Aku tersenyum, "thanks."

Ia membalas dengan gumaman.

"Jadi ada apa, sampe lo ngajak gue kesini, eh?" tanyaku, lalu ia memutar untuk ikut duduk di sebelahku.

"Tentang cewek juga sih." ia menyengir lalu menggaruk kepalanya.

Aku mengangguk, "gue ngerasa cewek punya feeling yang kuat sesama cewek,"

"Mungkin gak semua cewek punya feeling yang sama," ia memandangku kesal.

"Ya ini kan gue yang ngerasain!"

"Terserah," gumamku. "Lanjut." kataku seraya menaikkan kedua bahu.

"Kalo gue ngerencanain mau kasih kejutan gitu lah buat cewek. Taman salah satu tempat yang cocok gak?"

"Tergantung tipe cewek yang lo gebet." jawabku.

"Dia suka sayur, suka buah, pola hidup sehat, seksi. Gue rasa dia cocok sama konsep yang bakal gue pilih."

"Apaan konsepnya?"

"Nembak dia di taman?"

"Aiden, that was so cliche." aku terkekeh.

Setelah usai dengan kekehanku, ia memandangku dengan berbagai pandangan yang tak bisa aku jelaskan. Namun yang terlihat dominan ialah amarah. Serius? Ia kesal denganku hanya karena bercandaan kecil semacam itu?

"Itu cuma bercanda kali, santai aja--

"Gak lucu sama sekali! Lo gak tau gimana rasanya nembak seseorang, ini kali pertama gue ngerasa sebego ini. Dan lo, lo gak ngebantu sama sekali!"

Aku terdiam, sunyi, hanya terdengar suara tawaran abang gulali dan aturan nafas milik Aiden. Semakin lama terdiam, semakin lama aku benci waktu yang terus berputar tanpa memberinya kesempatan untuk membuka suara.

"Yaudah." balasku. "Kalo gue gak ngebantu, gue balik."

"Bantu gue dan gue lupain kejadian kurang ajar lo tadi." katanya sarkas.

Aku mengertukan kening, "kejadian kurang ajar? Yang kurang ajar tuh ego lo, bukan gue! Harusnya lo yang minta maaf dan tolong jangan bertindah seenak jidat lo."

Ia mengetatkan rahang dan memandangku marah juga kesal, "sial!"

"Maaf kalo gitu." katanya dengan suara kecil. "Jadi bantuin gue, gak ada komplen lain."

"Udah nih .. selesai masalahnya?"

"I guess."

"Lanjut ke permasalahan lo, jadi siapa cewek yang lo gebet dan tipenya kayak gimana, suka apa, sebutin warna dan lagu favoritnya."

The Badboy Next DoorWhere stories live. Discover now