Part 16

8.4K 542 6
                                    

"Kell aku butuh kamu, sekarang dan selamanya." Iqbaal menciumi ujung bibir Kelly, Kelly membiarkan Iqbaal melakukan semua yang akan dilakukannya. Iqbaal kembali memeluk Kelly dan menaruh kepalanya di bahu Kelly.

"Iqbaal, apa kau tidak lapar? Makanannya nanti akan dingin." Kelly melepas pelukannya dan menatap Iqbaal dengan senyuman. Iqbaal ikut tersenyum dan mengangguk-angguk kecil.

"Apa kau mau menyuapiku?" Tanya Iqbaal dengan nada manja, Kelly tersenyum kecil dan mengangguk.

"Tentu saja bayi besarku." Kelly tertawa lalu mengambil nampan yang berisi makanan untuk Iqbaal. Iqbaal duduk dipinggir ranjangnya begitu pula Kelly. Kellu mulai menyuapi Iqbaal dan Iqbaal menerimanya seperti bayi, sungguh menggemaskan.

***
Tiga hari sudah Iqbaal tidak keluar dari kamarnya dan pada akhirnya Iqbaal mau keluar kamar atas bujukan Kelly yang mengatakan jika dirinya akan dipecat oleh mama Iqbaal jika Iqbaal tidak mau keluar dari kamarnya. Iqbaal kini berada di ruang makan bersama mama, papa dan keluarga Cassie. Iqbaal sangat merasa bosan karena mereka membicarakan pernikahan yang akan diadakan besok.

Iqbaal bangun dari duduknya, mencari Kelly untuk bekerja. Baru saja Iqbaal akan berlalu, mama Iqbaal memanggil Iqbaal dan Iqbaal kembali berbalik.

"Apa, ma? Iqbaal mau kerja." Iqbaal bertanya dengan malasnya. Melihat tampang Cassie yang sok polos membuat Iqbaal merasa ingin muntah.

"Apa kamu tidak bersama Cassie? Sekalian biar deket." Mama Iqbaal tersenyum menatap Cassie dan mengangguk. Cassie beranjak dari duduknya dan berjalan mendekat tangan Iqbaal.

Saat Cassie akan memegang tangan Iqbaal, Iqbaal dengan cepat menghindar. "Maaf, Iqbaal udah sama istri Iqbaal." Iqbaal berjalan untuk mencari Kelly dan berangkat bekerja. Iqbaal muak dengan mamanya, Iqbaal seperti wayang dan mamanya adalah dalang yang seenaknya mengaturnya.

"Istri? Apa maksud semua ini? Apa anak saya akan dijadikan istri kedua?" Samar-samar Iqbaal mendengar suara teriakan marah papa Cassie. Iqbaal tersenyum miring sambil terus berjalan menuju ruang makan maid.

***
Iqbaal melihat Kelly sedang becanda tawa dengan kedua temannya. Iqbaal langsung menghampiri Kelly yang melambai padanya. "Kelly, ayo berangkat." Iqbaal menggenggam tangan Kelly. Kelly beranjak dari duduknya dan mengangguk. Sebelum berjalan meninggalkan ruang makan, Kelly sempat melambaikan tangannya dan berpamitan kepada Steffi dan Salsha.

Iqbaal dan Kelly masuk kedalam mobil yang dikendarai oleh Iqbaal. Iqbaal menolak diantarkan oleh sopir agar bisa jalan-jalan ataupun kemana saja sesukanya tanpa diikuti oleh siapapun.

"Aku masih penasaran dengan teror itu." Iqbaal memulai pembicaraan. Iqbaal menyopir sambil menggenggam tangan Kelly. Kelly menoleh menatap Iqbaal khawatir.

"Ah, aku lupa mengecek cctv di mall saat itu." Kelly mencari flashdisk yang berisi copyan cctv mall saat itu. Dan ketemu.

"Kita akan bekerja, atau menyelidiki semua?" Iqbaal bertanya tetapi tetap fokus dengan jalan.

Kelly mengernyit menatap Iqbaal aneh. "Bagaimana tidak bekerja? Kau sudah tiga hari tidak bekerja. Denganku tentunya." Kelly menggeleng kecil. Tidak mungkin Iqbaal tidak bekerja lagi setelah 3 hari tidak bekerja karena mengunci diri dikamar.

"Aku bisa mengandalkan Aldi untuk perusahaanku. Dan ada Kiky yang bisa menghandle perusahaan ayah." Iqbaal mengacak gemas rambut Kelly, Kelly hanya menganggukkan kepalanya sambil mengerucutkan binirnya.

"Bagaimana?" Tanya Iqbaal yang sesekali melirik Kelly yang mengembungkan pipinya.

"Terserah kau saja, tuan pemalas." Kelly menyandarkan punggungnya di jok mobil Iqbaal. Iqbaal mengangguk dan memutar balik mobilnya untuk menuju ke kantor yang khusus untuk ruang meetingnya.

***
"Jadi, siapa yang bisa kita jadikan tersangka?" Iqbaal menatap Kelly yang baru saja mengeluarkan laptop dan mengutak atiknya.

Kelly beralih menatap Iqbaal dengan tatapan menyipit. "Jangan terburu-buru tuan muda. Kita harus melihat cctv yang merekam kejadian di mall." Kellu kembali mengutak atik laptopnya dan menonton rekaman cctv bersama Iqbaal. Kelly dan Iqbaal menonton dengan serius.

"Stop Kell," Kelly dengan cepat mempause rekaman cctv itu. "Orang yang menggunakan jaket hitam itu yang mendorong korban. Pantas saja gerak-geriknya sangat mencurigakan." Iqbaal menunjuk seseorang yang berada dikerumunan didalam mall. Seseorang yang menggunakan jaket hitam, dan kacamata hitam, dan terlihat kacamatanya jatuh dan terinjak-injak saat ingin disampirkan di jaketnya.

"Oh, aku pernah melihat orang ini disana saat kejadian itu." Kelly menzoom in gambar yang ada di laptopnya saat orang itu sudah membuka kacamatanya. Kelly terkejut melihat wajah orang itu. Wajah yang sangat familiar di mata Kelly.

"Iqbaal, bukankah ini Cassie?" Tanya Kelly memperlihatkan layar laptopnya kepada Iqbaal. Iqbaal menatap Kelly setelah melihat gambar yang memperlihatkan wajah yang mungkin adalah Cassie.

"Apa mungkin? Walau aku tidak suka pada Cassie, tapi aku tau dia gadis yang baik." Ucap Iqbaal menentang ucapan Kelly. Kelly terdiam dan lebih memilih melanjutkan menonton videonya.

'Didalam surat tertulis 'S' yang berarti inisial pengirimnya. Siapa 'S' yang sangat terobsesi dengan Iqbaal.' Batin Kelly berkecamuk mengingat surat yang didapatkannya. Satu nama terlintas saat fikirannya memutar kembali memory diotaknya saat dirinya, Iqbaal dan seorang gadis kecil yang sangat licik. Cassandra Sherly Lee.

"Ya, Sherly. Iqbaal apa kau tau nama lengkap Cassie?" Kelly menoleh menatap Iqbaal. Iqbaal menatap Kelly dengan mata mengernyit.

"Mengapa kau ingin tau nama Cassie?"

"Ah tidak, aku hanya ingin tau." Kelly terpaksa berbohong karena Kelly tau Iqbaal pasti akan membela Cassie.

"Kalau tidak salah namanya Cassandra Sherly Lee." Jawab Iqbaal sambil memainkan handphonenya. Iqbaal mencueki Kelly yang sibuk mencari tau pelaku dari semua ini.

"Ah, sudah kuduga jika dia adalah Sherly." Ucap Kelly dengan pelan, tidak ingin Iqbaal mendengar apa yang diucapkannya. Tetapi, karena suasana sangat hening, Iqbaal tetap bisa mendengarnya dan menatap Kelly dengan tatapan tajam.

"Siapa yang kau bilang Sheryl? Cassie? Sudah aku bilang bukan jika Cassie tidak selicik Sheryl. Tidak mungkin Cassie yang baik hati adalah Sheryl yang licik. Sekalipun Cassie adalah Sheryl dia pasti sudah berubah dan tidak akan melakukan hal bodoh seperti ini." Kelly tidak percaya jika Iqbaal membentaknya. Iqbaal menatap Kelly dengan tatapan yang tajam dan nafas yang memburu.

"Tapi, apakah kau tidak ada kecurigaan sedikitpun dengan Cassie? Bahkan nama mereka sama pun kau tidak curiga?"

"Aku tidak kenal kau, kau bukan Kelly yang selalu berfikir matang saat akn menuduh orang. Kau seperti anak kecil yang langsung menyimpulkan sesuatu tanpa berfikir." Iqbaal berdiri sambil menggebrak meja. "Aku tau kau tidak suka Cassie karena dia akan menikah denganku besok, tapi tidak begini caranya. Cassie tidak salah, dia bahkan dijodohkan denganku bukan karena kemauannya." Iqbaal berbicara dengan nada yang ditekan dan membentak berusaha menahan amarahnya yang akan meluap.

Kelly menepis air matanya yang sudah menetes dan ikut terbangun. "Aku tidak sebodoh yang kau bicarakan. Bahkan kau yang bertingkah seperti anak kecil. Kau yang tidak pernah berfikir terlebih dahulu sebelum menyimpulkan sesuatu. A-aku. Argh.." Kelly berlari keluar dari ruangan meninggalkan Iqbaal dan semua barang-barangnya. Kelly berlari meninggalkan kantor meeting dan berusaha menepis air matanya yang terus keluar memburamkan pandangannya.

Saat Kelly ingin menyebrang, sebuah mobil melaju dangan kecepatan yang lumayan tinggi menyerempet Kelly dan Kelly terjatuh berlumuran darah. Kelly bersyukur karena jalanan sangat sepi. Kelly bangkit dari terjatuhnya dan duduk dipinggir trotoar menghilangkan rasa perih dan sakit yang dirasakannya dengan menangis dengan kencang.

Bersambung...

Tuan Muda IqbaalWo Geschichten leben. Entdecke jetzt