Part 10

6.1K 451 2
                                    

Tiba-tiba suara rusuh terdengar dari utara. Sampainya disana terlihat dilantai bawah ada seorang pria yang berlumuran darah terkapar dilantai. Sepertinya ada sesuatu. Tidak mungkin orang itu jatuh begitu saja. Kelly dapat melihat seseorang berjaket hitam dan menggunakan kacamata hitam serta masker wajah berusaha menghindari keramaian.

"Karel, ada masalah di mall DR Group." Kelly berbicara dengan alat yang ada ditelinganya. Terdengar balasan Karel yang akan segera menuju ke mall bersama detective lainnya. Kelly menatap sekeliling lantai atas.

"Mau kemana kau?" Baru saja Kelly mau menuju lantai atas, Iqbaal menahannya. Seolah Kelly harus memberikan penjelasan kepada Iqbaal. Tidak sekarang, waktu Kelly akan terhambat.

Kelly mendesah. "Iqbaal, aku harus memeriksa diatas." Kelly menatap Iqbaal dan menggenggam tangan Iqbaal yang mencekal lengannya, seolah mengatakan 'biarkan aku memeriksanya'. Jika seperti ini Kelly merasa seperti anak kecil yang tidak boleh jauh dari orang tuanya. Mengingat tentang orang tua, Kelly menjadi ingat kepada ibunya yang berada di rumah sakit. Sudah beberapa minggu ini Kelly tidak menjenguknya. Kelly berjanji, sore ini Kelly akan menjenguk ibunya.

"Hei, mengapa kau melamun? Apa kau tidak jadi keatas?" Kelly menggelengkan kepalanya dan menerjapkan matanya. Iqbaal menyeritkan alisnya dan tersenyum tipis. Kelly seprti sedang banyak fikiran. Bagaimana jika Kelly pusing akrna fikiran itu? Sifat protective Iqbaal keluar.

"Ya, aku akan segera kesana. Apa kau mau ikut?" Sial, Kelly mengumpat mulut bodohnya yang mengajak Iqbaal masuk kedalam masalah ini. Bagaimana jika Iqbaal terluka? Kelly tidak mau itu terjadi.

"Tentu saja." Iqbaal langsung menarik lengan Kelly dan ringisan Kelly menyadarkan Iqbaal tentang jahitan disekitar lengan Kelly. Setelah bergumam maaf, Iqbaal dan Kelly berjalan beriringan menuju lantai dua.

Kelly memutar pandangannya disetiap sudut mall ini. Kelly melihat CCTV yang terpasang disalah satu sudut mall. Kelly jadi teringat tentang dua orang yang berada di ruang CCTV istana Iqbaak. Iqbaal mengikuti arah pandang Kelly dan tersenyum mengerti. Kelly mengambil handphonenya dan menekan beberapa tombol yang ada disana.

"Halo, apa diruang cctv ada Nasim?" Nasim adalah seseorang penjaga cctv sift pagi. Nasim adalah salah satu kepercayaan Kelly menjaga keamanan salah satu ruang penting itu. Saat orang yang menerima panggilan mengatakan iya dan langsung disambungkan dengan Nasim.

"Nasim, bisakah kau mengecek keadaan diruang cctv, seperti tanda atau apapun yang menurutmu janggal." Kelly tersenyum dan memutuskan sambungan telfonnya saat mendengar Nasim mengatakan iya dan Kelly tau jika Nasim akan segera mencarinya.

"Apa kau mau mengecek cctv disini? Kebetulan aku masih ingat letak ruang cctv dimana." Kelly menatap Iqbaal dan menjentikan jarinya seolah mengatakan 'ide yang bagus'. Iqbaal memimpin jalan menuju ruang cctv. Kelly dapat melihat sekelilingnya terdapat banyak cctv.

Sampai diruang cctv, Iqbaal dan Kelly langsung dipersilahkan masuk. Kelly terlebih dahulu menuju monitor yang ada di ruangan itu.

"Boleh saya meminta data dari 2 hari yang lalu?" Kelly menatap penjaga monitor cctv yang sedang berbincang dengan Iqbaal. Panjaga monitor cctv itu langsung berjalan mendekati Kelly.

"Tentu saja." Penjaga monitor itu mengambil beberapa flashdisk yang berada didekat Kelly dan langsung memindahkan datanya ke flashdisk itu. Kira-kira 5 sampai 8 flashdisk.

"Baik kami permisi." Setelah memberikan flasdisk-flashdisk itu kepada Kelly, Kelly dan Iqbaal berpamitan kepada penjaga monitor itu. Penjaga monitor itu membungkukan badannya kepada Iqbaal dan Kelly.

"Sekarang kita kemana?" Iqbaal berjalan santai disebelah Kelly. Kini Iqbaal dan Kelly masih berada dilorong menuju loby mall. Kelly berjalan sambil menundukan kepalanya.

"Aku harus memeriksa mayat itu." Kelly menatap Iqbaal. Iqbaal mengangguk mendengar jawaban Kelly.

"Aku ikut kau saja." Iqbaal merangkul bahu Kelly dan berjalan ceria.

Kelly menepis tangan Iqbaal dan menatap Iqbaal. "Kau harus menyelesaikan urusanmu. Aku akan segera selesai dengan bantuan teman-temanku." Kelly mencoba meyakinkan Iqbaal.

"Aku ingin ikut denganmu. Biarkan yang mereview ayah saja, aku malas. Sangat-sangat malas." Iqbaal mengembungkan pipinya dan melipat tangannya didada. Kelly terkekeh melihat Iqbaal seperti anak kecil. Padahal Iqbaal terlihat berwibawa menggunakan setelan jasnya tetapi tingkahnya yang seperti ini terlihat seperti seorang anak kecil yang dipaksa datang ke pesta yang formal, seperti itulah.

"Terserah kau saja, anak manja." Kelly mencubit pipi Iqbaal dan kembali melanjutkan berjalan meninggalkan Iqbaal yang masoh mematung.

Kelly mendengar sesuatu dari earphone yang selalu berada ditelinganya. Sepertinya Nasim menemukan sesuatu. "Kelly aku menemukan sebuah surat." Ucap Nasim disebrang sana masih membaca ulang surat itu. "Tapi ini sepertinya bukan tulisan dinegara ini, dan juga sepetinya surat ini dirobek menjadi 2 bagian." Kelly menyeritkan alisnya, apa maksud pelaku ini? Meninggalkan surat tapi merobeknya?

"Kell ada apa?" Iqbaal menghampiri Kelly yang terlihat bingung. Apa yang terjadi?

"Kell, aku menemukan surat ini." Karel datang memberikan robekan kertas yang berisi tulisan yang tidak jelas. Kelly melihatnya dan menjentikan jarinya. Mungkin ini robekan dri kertas yang ada diruang cctv.

"Iqbaal, kau mau melanjutkan review mu atau mau ikut aku pulang?"

"Aku ikut kau saja." Iqbaal mengikuti Kelly yang berlari menuju parkiran untuk pulang, hanya berdua. Body guard yang tadi mengantarkan Iqbaal dan Kelly akan pulang bersama Karel.

Bersambung...

Tuan Muda IqbaalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang