Part 8

8.4K 551 2
                                    

"Mungkin kamu menganggap janji itu janji bodoh, tapi aku menganggap itu janji yang harus aku tepati. Kamu boleh saja melupakan janji itu, tapi aku tidak akan pernah melupakannya. Janji tetaplah janji, sekalipun itu janji yang tidak mungkin terjadi, tapi janji harus selalu ditepati." Iqbaal tersenyum dan membiarkan Kelly pergi untuk mengerjakan pekerjaannya lagi. Iqbaal mengusap wajahnya kasar dan memukul tembok yang berada dihadapannya. Iqbaal berjalan menuju kamarnya. Hari pertamanya pulang kerumah harus seperti ini?

***
Pagi buta. Matahari belum memunculkan diri, membuat Kelly malas untuk beranjak dari ranjangnya. Malam tadi Kelly dan maid semua hanya tidur selama 3 jam. Mengingat dirinya adalah maid, Kelly memaksakan diri agar bisa bangkit dari ranjangnya yang entah kenapa daya gravitasinya bertambahn kuat.

"Kell bangunlah, nanti kau dipecat oleh nyonya Rike." Steffi yang masih menggunakan handuk dirambutnya membangunkan  yang masih di atas ranjang. Salsha sudah siap tetapi masih memoleskan wajahnya dengan alat make up miliknya.

"Baiklah, aku sudah bangun." Kelly berjalan gontai menuju kamar mandi. Kelly sangat malas bersentuhan dengan air di pagi yang dingin ini. Tubuh Kelly sangat lelah, mengingat kemarin ia banyak memikirkan tentang bom asap itu. Iya, tentang bom asap. Kelly membuka matanya yang masih sedikit terpejam itu saat mengingat bom asap. Hari ini Kelly akan melakukan penyelidikan TKP bersama anak buahnya. Dengan cepat Kelly membersihkan dirinya dan langsung bersiap siap.

"Kenapa dia?" Salsha yang sudah siap dan menunggu Steffi bingung dengan Kelly yang terburu-buru keluar dari kamar asramanya. Steffi yang ditanya hanya mengangkat bahu tidak tau dan kembali fokus ke alat-alat make upnya.

***
Kelly berlari menuju teras istana sambil mengenakan flatshoesnya yang tidak sempat dipakainya tadi. Kenapa harus pagi penyelidikannya? Karena Kelly dan Karel tidak ingin seisi rumah tau teror itu. Sampai di teras Kelly dapat melihat Karel bersama anak buahnya sudah menyebar di sekitar teras rumah. Kelly berdiri di depan Karel yang mengamati anak buahnya sambil merapikan rambutnya.

"Apa ada yang sudah ditemukan?" Kelly bertanya dengan mengalihkan pandangannya kepada Karel. Karel menggeleng dan masih memperhatikan anak buahnya. Kelly mencebik kesal. Karel terlihat cuek pagi ini. Kelly lupa jika kakaknya memang cuek semenjak ibunya masuk rumah sakit.

"Aku akan membantu untuk mencari. Bisakah aku meminjam bom itu?" Kelly menengadahkan tangannya didepan mata Karel. Karel terlihat risih dan menggerutu. Kelly menghembuskan nafasnya. Karel malas pagi-pagi melihat adiknya menjadi detective. Dulu Karel tidak memberikan Kelly izin untuk menjadi detective, karena resikonya sangat besar. Kelly yang memang keras kepala mencoba test untuk masuk menjadi detective dan diterima. Dari sana Karel mulai merasa was-was pada Kelly yang memulai hidupnya menjadi detective.

"Tak bisakah kau menggunakan sarung tangan dulu?" Karel memberikan adiknya sepasang sarung tangan dan berlalu pergi. Kelly menatap sarung tangan yang berada diatas telapak tangannya lalu memakainya.

"Hei kak, bagaimana dengan bomnya?" Ucap Kelly sedikit berteriak.

"Cari saja di ruangan brankar." Karel berucap tanpa menolehkan kepalanya dan terus berjalan. Kely membalikan badannya untuk melihat body guardnya yang masih disibukkan mencari barang bukti. Baru saja Kelly melangkah, Kelly merasakan ada orang yang memeluknya dari belakang.

"Bom? Bom apa?" Suara itu. Jantung Kelly berpacu lebih cepat. Kelly menahan nafasnya dan meneguk ludahnya. Matilah dia jika Iqbaal yang termasuk penghuni rumah dan target teror mengetahui semuanya. Iqbaal meletakan dagunya diatas pundak Kelly. Para body guard sebelumnya sudah diberi intruksi jika ada salah satu penghuni istana sudah keluar dari rumah, maka pencarian dihentikan. Mereka meninggalkan Kelly dan Iqbaal berdua di teras istana.

"Tuan-muda, mengapa pagi sekali sudah bangun?" Kelly berusaha mengalihkan pembicaraan dengan suaranya yang tercekat. Kelly membalikan badannya menghadap Iqbaal. Iqbaal menatap Kelly dengan mata menyipit dan Kelly menundukan kepalanya.

"Jangan mengalihkan pembicaraan Kelly!" Iqbaal menekan setiap kata yang diucapkannya.

"Masalah bom, aku-saya dan Karel hanya bercanda." Kelly tetap menunduk dan memainkan kakinya untuk menghilangkan rasa gugupnya. Kelly menghembuskan nafasnya saat melihat Iqbaal mengangguk. Bahkan Kelly tidak sadar jika sedari tadi dirinya masih menahan nafas.

"Kenapa body guard sudah bekerja pada jam sepagi ini?" Iqbaal menatap bingung sekelilingnya yang kosong. Kemana para body guard itu? Masa bodohlah.

"Kenapa anda sudah keluar rumah sepagi ini?" Kelly menatap Iqbaal yang masih mengenakan piyamanya, perasaan gugupnya sudah menghilang. Iqbaal menyeritkan alisnya menatap Kelly. Pertanyaannya belum dijawab tapi dia bertanya balik?

"Panggil aku Iqbaal, I-Q-B-A-A-L." Iqbaal mengeja setiap huruf dari namanya. Kelly memutar bola matanya kesal. Apakah Iqbaal tidak tau jika Kelly menghormati Iqbaal sebagai tuan mudanya? Mengapa Iqbaal dengan mudahnya menyuruh seorang 'maid' memanggil 'tuan mudanya' dengan sebutan nama? Jawaban Iqbaal pasti tetap sama 'this is me and this is my way'.

"Baiklah Iq-baal." Kelly berucap dengan mengeja nama Iqbaal. Iqbaal tersenyum dan mengangguk senang. Kelly melihat jam yang melekat ditangannya yang masih mengenakan sarung tangan. Jam 6.12 am. Rasanya waktu cepat sekali berlalu.

"Astaga." Penghuni rumah pasti sudah terbangun hari ini. Bagaimana Kelly bisa terlupa dengan pekerjaannya sebagai seorang maid? Kelly membalikan badannya dan akan berlari, tetapi Iqbaal menahan lengannya dan membalikan badan Kelly. Bagaimana jika Rike melihatnya bersama Iqbaal? Rike sudah menemukan 'calon' untuk Iqbaal, sudah pasti Rike tidak suka perempuan lain dekat dengan anak bungsunya. Apalagi seorang 'maid'.

"Kau mau kemana? Apa kau akan meninggalkanku disini?" Iqbaal mengembungkan pipinya dan menatap Kelly dengan mata yang menyipit. Kelly yang melihat seperti itu ingin rasanya mencium pipinya. Astaga, sekali lagi Kelly mengingatkan dirinya jika Iqbaal sudah mempunyai 'calon'.

"Aku tidak bisa lama-lama bersamamu." Nada bicara Kelly terlihat sangat khawatir. Iqbaal mendekatkan dirinya kepada Kelly dan melepaskan ikatan yang ada dirambut Kelly. Jujur, Iqbaal sangat suka melihat rambut panjang berwarna hitam berkilau milik Kelly teregerai, seperti ada sesuatu yang menambah kecantikan Kelly.

"Kau boleh pergi, asalkan kau mengganti bajumu dengan salah satu baju yang ada di lemarimu." Iqbaal tersenyum menawan mengelus rambut Kelly yang lembut itu. Teringat masa kecil mereka yang selalu main bersama tanpa kenal lelah, kotor ataupun waktu. Kelly selalu imut dengan rambutnya yang selalu terlihat terawat.

"Ken-,"

"Apa kau ingat janjimu dinaikan karena apa?" Iqbaal dengan cepat memotong ucapan Kelly dan menyuruh Kelly pergi ke kamar asramanya. Kelly mengangguk dan membalikan badannya menuju kamar asramanya. Pada saat itu seorang maid datang memanggil Iqbaal untuk sarapan.

***
"Bagaimana kak? Apa ada sidik jari yang ditemukan?" Kelly memasuki ruangan detectivenya. Sudah ada Karel dan beberapa body duard lainnya disana. Lagi-lagi Kelly terlambat. Saat ini Kelly sudah menggunakan sebuah gaun berwarna biru langit dengan aksen yang sederhana. Wedges yang berwarna seperti kayu jati dan sebuah pita yang bertengger dirambutnya. Kelly sebelumnya sempat terbingung. Kenapa lemari pakaiannya berisi gaun semua dan sepatunya hilang entah kemana digantikan dengan flatshoes, wedges dan high heels.

Bersambung...

Tuan Muda IqbaalWhere stories live. Discover now