Part 15

8.3K 543 5
                                    

Pagi ini Kelly terbangun dihadapan Iqbaal. Kelly menatap Iqbaal dan mengelus kerutan didahi Iqbaal hingga menghilang. Iqbaal menggeliat dan membenamkan wajahnya di leher Kelly. Kelly bangun dan beranjak menuju kamar mandi untuk mandi.

Kelly keluar dari kamar mandi. Kelly menggeleng dan tersenyum kecil melihat Iqbaal yang masih bergulat dengan selimut dan bantal. "Bangunlah pemalas!" Kelly mencubit hidung Iqbaal, Iqbaal melenguh dan mulai membuka matanya menatap Kelly dengan tatapan malas.

"Ayolah, aku sangat mengantuk!" Iqbaal memeluk Kelly erat, Kelly menjitak kepala Iqbaal dan Iqbaal kembali membuka matanya menatap Kelly.

"Kau harus bekerja!" Kelly menarik tangan Iqbaal, sedangkan Iqbaal menahan berat tubuhnya diatas ranjang. Dan dengan malas Kelly kembali tertidur disebelah Iqbaal akibat tarikan Iqbaal.

"Kau tidak ingat perkataanku kemarin? Aku tidak ingin keluar dari kamar ini sebelum perjodohan itu dibatalkan." Iqbaal kembali memejamkan matanya, memeluk bantal gulingnya dan tergulung didalam selimut.

Kelly menghembuskan nafasnya dan tersenyum. "Baiklah-baiklah, tuan muda yang pemalas dan manja. Aku akan mengambilkan makanan, jadi jangan lupa kunci pintu, atau seseorang akan masuk kesini." Kelly berjalan keluar dari kamar Iqbaal dan menutup pintunya. Saat berbalik badan, Kelly terkejut melihat mama Iqbaal berdiri disebelah pintu kamar Iqbaal.

"Se-lamat pagi nyonya." Ucap Kellu sambil membungkukan badannya. Mama Iqbaal melipat kedua tangannya didepan dada dan berjalan mendekati Kelly, Kelly menunduk ketakutan saat melihat tatapan tajam dari mata mama Iqbaal.

"Sedang apa kau pagi-pagi begini dikamar anakku? Aku bahkan tidak pernah diizinkan masuk oleh anakku sendiri." Mama Iqbaal menatap Kelly dari ujung kepala hingga ujung kaki. Kelly mengangkat kepalanya kaku untuk menatap wajah cantik mama Iqbaal.

"Saya membangunkan tuan muda dan membersihkan kamarnya, hanya itu saja." Kelly kembali menundukan kepalanya. Kelly meremas ujung dress tosca yang sedang digunakannya. Kelly berhadapan dengan mama Iqbaal yang tidak menyukainya sedari dulu dan selalu membedakan derajadnya dengan derajad Iqbaal.

"Hmm baiklah, silahkan pergi." Usir mama Iqbaal halus. Kelly berjalan menuruni tangga menuju dapur. Ia akan mengambil sarapan untuk Iqbaal dan akan membawakannya ke kamar Iqbaal. Mengingat aksi mengurung diri tuan mudanya membuat Kelly terkekeh kecil, lalu segera menghampiri Hendry yang sedang asik memasak.

"Selamat pagi, Hendry. Aku ingin mengambil sarapan untuk tuan muda." Kelly berdiri disamping Hendry yang sibuk dengan masakannya. Hendry mengelap tangannya dengan lap yang ada disana dan menatap Kelly dengan tatapan bertanya.

"Tidak biasanya tuan muda ingin makanannya dibawakan kekamarnya sendiri." Hendry berucap dan mengambil piring, gelas dan nampan, lalu Hendry menata makanan yang lezat itu diatas piring dan gelas itu diisi oleh susu sapi segar.

Hendry menyerahkan nampan itu kepada Kelly dan bertanya, "kau akan membawanya masuk kedalam kamar tuan muda? Aku dengar tidak ada yang pernah masuk kedalam kamar tuan muda selain tuan muda. Bahkan kau yang pagi ini keluar dari kamar tuan muda sudah menjadi perbincangan hangat dikalangan koki, bodyguard, maid, supir dan satpam." Hendry berbicara dengan nada membisik. Kelly tersenyum kecil. Separah itukah jika ada sesuatu kecil seperti masuk kekamar Iqbaal? Bahkan dirinya hampir setiap malam bermalam dikamar Iqbaal, tentunya dengan sepengetahuan Salsha dan Steffi yang memang sudah mengetahui semua.

"Ah tidak juga. Salsha dan Steffi juga pernah memasuki kamar tuan mud di hari pertama tuan muda kembali kesini." Kelly mengankat bahunya dan berbalik badan akan menuju ke kamar Iqbaal. "Aku permisi Hendry."

***
Sampai didepan kamar Iqbaal, Kelly dapat melihat mama Iqbaal yang mengetuk-lebih tepatnya menggedor pintu kamar Iqbaal sambil berbicara sesuatu yang tidak dapat Kelly dengar dengan jelas. Kelly berjalan mendekati mama Iqbaal tentu saja masih dengan nampan yang berada di tangannya.

"Ada apa nyonya?" Tanya Kelly, mama Iqbaal menoleh dan menatap Kelly dengan tatapan tajam dan marahnya.

"Apa yang kau katakan pada Iqbaal sehingga Iqbaal mengurung diri dan meminta perjodohan itu dibatalkan? Kau pasti yang menghasut Iqbaal agar Iqbaal menolak perjodohan itu, iya kan? Kau ingat kau disini siapa? Kau hanya maid-oh atau lebih tepatnya pimpinan bodyguard, atau aku perlu bilang kau adalah sekertaris pribadi Iqbaal?" Kelly menunduk mendengar semua perkataan mama Iqbaal. Beberapa maid yang lewat sempat menatap mama Iqbaal dan Kelly bergantian.

"Tidak, saya tidak pernah-"

"Diam kau. Sekarang, suruh Iqbaal membuka pintunya, maid kesayangan tuan muda." Mama Iqbaal menekan semua kata-katanya. Kelly mengangguk pasrah dan menaruh nampan berisi makanan itu dimeja sebelah pintu kamar Iqbaal, lalu mengetuk pintu kamar Iqbaal.

"Tuan muda, ini a-saya Kelly membawakan sarapan untuk anda." Saat Kelly mendengar suara kunci pintu terbuka, Kelly melangkah mundur dan mengambil nampan berisi makanan itu. Iqbaal dapat melihat mamanya mendekat langsung menarik pelan Kelly agar memasuki kamarnya, kemudian kembali mengunci pintu kamarnya.

"Iqbaal, buka pintunya. Mama tidak suka kau bersama gadis rendahan itu. Sekarang juga keluarlah." Mama Iqbaal menggedor pintu kamar Iqbaal sambil meneriakan kata-kata yang tidak sepenuhnya Iqbaal dengar. Kelly menaruh nampan berisi makanan itu diatas nakas disamping ranjang Iqbaal.

"Iqbaal tidak akan membuka pintu ini sebelum mama membatalkan perjodohan dan berhenti mengucapkan kata-kata kasar untuk Kelly." Iqbaal ikut meneriakan kata-katanya. Kelly menunduk merasa dialah yang membuat hubungan Iqbaal dan mamanya merenggang.

"Iqbaal, apakah tidak sebaiknya kau keluar dan berbicara baik-baik pada mamamu? Aku jadi merasa tidak enak, karenaku kalian begini." Kelly yang berdiri didepan Iqbaal yang duduk dipinggir ranjangnya meremas kedua tangannya.

"Tenanglah Kelly, ini semua bukan karena mu, hanya saja mama yang keras kepala menjodohkan aku dengan orang yang tidak aku cintai." Iqbaal berdiri dan memeluk Kelly erat, Kelly mengangkat tangannya dan membalas pelukan Iqbaal.

"Iqbaal, buka pintunya atau mama menyuruh seluruh bodyguard untuk mendobrak pintu kamarmu." Teriakan mama Iqbaal membuat Iqbaal dan Kelly melepaskan pelukan mereka.

"Dobrak saja, saat kalian berhasil mendobraknya, kalian akan melihatku dan Kelly sudah tak bernyawa didalam sini."

"Iqbaal, mama mohon buka pintunya." Suara isak tangis mama Iqbaal membuat Iqbaal dan Kelly terdiam. Kelly mendorong kecil punggung Iqbaal, menyuruh Iqbaal membuka pintunya tetapi Iqbaal dengan keras kepalanya menggeleng dan menahan berat tubuhnya saat Kelly mendorongnya.

"Iqbaal, apa kau tidak kasihan melihat mamamu?" Kelly menatap Iqbaal dengan tatapan memehon. Iqbaal menghela nafasnya, melihat Kelly yang seperti ini membuat Iqbaal merasa tidak enak pada Kelly. Iqbaal lebih merasa tidak enak pada Kelly dibanding mamanya karena Kelly selalu mengerti akan dirinya dibanding mamanya yang selalu memaksanya ini-itu.

"Apa mamaku pernah merasa kasihan padaku? Dia selalu hanya menuruti keinginannya tanpa mengerti perasaanku yang selama ini tersiksa, Kell. Please, jangan paksa aku, aku sudah bosan dengan semua kebohongan mama yang menjanjikan kebebasan." Iqbaal mengeluarkan tangisannya, Kelly langsung membawa Iqbaal kedalam pelukannya. Kelly tau Iqbaal sedang butuh pelukan dan ketenangan. Iqbaal langsung membalas pelukan Kelly dan mengerang dalam tangisnya.

"Iqbaal, kau kenapa? Ada yang salah?" Suara mama Iqbaal terdengar dengan gedoran keras pintu. Mama Iqbaal sepertinya hanya berpura-pura menangis agar dikasihani oleh Iqbaal. Iqbaal sudah terlalu kebal akan kebohongan mamanya hingga dia muak. Kehidupan Iqbaal hanya putih dan hitam, karena adanya Kelly, Iqbaal merasa lebih baik dan memunculkan warna baru.

Iqbaal melepas pelukannya pada Kelly. Iqbaal membuka pintu dan melihat mamanya yang tersenyum senang. "Lebih baik mama pergi dari sini. Iqbaal tidak akan mau menuruti perintah mama lagi. Iqbaal sudah bosan, Iqbaal sudah muak sama semua kelakuan mama, jika seperti ini terus, Iqbaal rasa Iqbaal harus pergi dari kehidupan mama dan membiarkan mama mencapai keinginan mama sendiri." Iqbaal berteriak marah disela tangisnya.

Mama Iqbaal terkejut mendengar amarah Iqbaal. Selama ini Iqbaal tidak pernah menunjukan emosi apapun dihadapannya kecuali saat Iqbaal masih kecil. Mama Iqbaal ingin menyentuh pundak Iqbaal tetapi Iqbaal dengan segera menutup pintu kamarnya kembali dan menghampiri Kelly yang masih berdiri menatapnya dalam.

"Kell, aku butuh kamu, sekarang dan selamanya." Iqbaal menciumi ujung bibir Kelly, Kelly membiarkan Iqbaal melakukan semua yang akan dilakukannya.

Bersambung...

Tuan Muda IqbaalWhere stories live. Discover now