Part 4

10.4K 599 4
                                    

"Ap-a k-au ta-au? A-ku sangat meng-khawatirkan-mu." Iqbaal berucap terbata-bata karena isakannya dan nada yang sedikit menekan. Kelly mengelus punggung Iqbaal dan memejamkan matanya. Ah, Kelly sungguh sangat rindu dengan kekhawatiran Iqbaal.

"Tapi sekarang aku tidak apa-apa. Jadi berhentilah menangis. Bagaimana seorang gadis menyukaimu jika kau cengeng begini." Setelah mendengar ucapan Kelly, Iqbaal langsung melepaskan pelukannya, melipat tangannya di dada dan menatap Kelly dengan datar. Kelly langsung memeperlihatkan giginya. Biasanya jika Iqbaal seperti ini, Iqbaal tidak akan mau berbicara selama yang Iqbaal mau kepada Kelly.

"Apa yang kau bilang dengan kalimat 'tidak apa-apa' mu itu?" Iqbaal menggayakan tanda kutip dengan jari telunjuk dan tengahnya pada mengucap kalimat 'tidak apa-apa'.

"Dengan wajah pucatmu dan lengan yang terbalut perban itu." Iqbaal menyipitkan matanya dan mendekatkan wajahnya ke wajah Kelly.

"Baiklah, aku akan pergi bekerja karena kau 'tidak apa-apa'." Iqbaal berucap dengan kesal dan berjalan dengan kesal menuju pintu ruang rawat Kelly.

"Apa kau serius akan bekerja? Bukankah kau tadi ingin melihat sekitar sini. Lagi pula kau baru sampai disini." Kelly menyunggingkan senyumannya dan Iqbaal berbalik menuju tempat duduk disebelah brankar Kelly. Iqbaal mengumpat pada dirinya yang terlupa kalau dirinya belum mulai bekerja disini.

Kelly terkekeh kecil melihat Iqbaal dengan wajah imutnya yang cemberut. Oh tuhan, Iqbaal sangat terlihat lucu. Bagaimana kau bisa menciptakan manusia yang sangat indah seperti dia? Kelly menatap Iqbaal yang meliriknya berulang-ulang.

"Kenapa kau menatapku dengan senyuman yang mengerikan seperti itu?" Iqbaal merubah posisi duduknya yang awalnya duduk miring kini menghadap Kelly dengan wajah sok galaknya. Sangat terlihat lucu.

"Kau tidak berubah." Suara Kelly melirih, masih menatap Iqbaal. Suara lirih Kelly masih bisa didengar Iqbaal. Lagipula mereka hanya berdua di ruang rawat ini.

"Kau kira aku power ranger atau ultraman atau kamen rider bisa berubah?" Iqbaal mencebik kesal. "Aku kan bukan pahlawan yang bisa berubah kapanpun mereka suka." Iqbaal mendekati kursinya ke ranjang Kelly dan tersenyum lebar menatap Kelly.

'Kau memang pahlawanku dari dulu. Tapi aku berharap kau tidak akan berubah kapanpun kau mau.' Batin Kelly berbicara. Mereka saling bertatap mata selama beberapa saat sebelum kerusuhan terdengar didepan pintu. Suara cempreng Steffi dan suara melengking Salsha yang berebutan membuka pintu terdengar. Iqbaal dan Kelly menoleh saat mendengar suara pintu yang terbanting.

"Maaf tuan muda." Salsha dan Steffi langsung menundukan kepalanya saat melihat Iqbaal yang duduk disamping brankar Kelly. Kelly mengumpat kesal kedua sahabatnya yang merusak suasana dan mempermalukannya didepan Iqbaal.

Iqbaal tersenyum dan mengangguk. "Masuklah, anggap saja aku teman kalian." Salsha dan Steffi yang melihat senyum Iqbaal langsung salah tingkah dan berjalan malu-malu mendekati sofa yang ada di ruang rawat itu.

"Apa kau lapar? Aku membawakan makanan." Salsha memperlihatkan tas kertas yang berisi 5 tempat bekal. Salsha mengeluarkannya satu per satu dari tas kertas itu.

"Jika anda lapar juga bisa memakannya." Salsha tersenyum ramah kepada Iqbaal. Steffi mencebik kesal.

"Aku bantu kau makan." Iqbaal mengambil alih tempat bekal yang berisi nasi dan mengambil lauk di tempat makan lainnya. Iqbaal menyendok sedikit nasi dan menyuapkannya kepada Kelly. Sedikit belepotan tetapi Iqbaal mengambil nasi yang menempel di bibir Kelly, layaknya sepasang kekasih.

"Apa kau tidak makan? Tidak lapar?" Kelly menyetop sendok yang diulurkan untuknya. Kelly menatap Iqbaal yang menggeleng. Bagaimana Iqbaal bisa tidak lapar? Sedari pagi belum makan dan menunggunya terbangun dari pingsan selama 3 jam.

Iqbaal kembali menyodorkan sendok yang sudah berisi nasi dan lauk. Kelly msnatapnya sebal. "Kau makan, atau aku tidak mau makan lagi." Iqbaal mendengus kesal dan memakan makanan yang disendok itu.

"Apa kau puas? Ini, makan lagi." Kelly tersenyum dan memakan makanan yang ada di sendok yang disodorkan oleh Iqbaal. Steffi dan Salsha merasa sedang menonton drama Korea secara langsung. Iqbaal menyadari kalau ada dua orang lagi di ruangan ini yang sedari tadi menatap mereka berdua.

"Apa kalian sudah makan? Jika belum kalian boleh makan bersama kita." Iqbaal menatap Salsha dan Steffi bergantian. Kelly tersadar jika ada dua makhluk lagi di tempat ini. Kelly ikut menatap Salsha dan Steffi yang sudah mulai salah tingkah karena Iqbaal.

"Ah, kami sudah makan. Makanlah dengan nyaman. Kami permisi pulang." Steffi berucap dengan nada sedikit terbata karena gugup. Salsha dan Steffi berdiri dari duduknya, sedikit membungkuk dan berjalan keluar dari ruangan itu. Sesungguhnya banyak yang ingin ditanyakan oleh Steffi dan Salsha. Berhubung ada Iqbaal jadi mereka malu.

"Ada-ada saja temanmu." Setelah menggelenh kecil, Iqbaal kembali menyuapi Kelly.

***
"Ayolah Iqbaal. Aku sungguh bosan disini, aku ingin pulang." Sedari tadi Kelly mencoba meluluhkan hati Iqbaal yang tidak mengizinkannya pulang malam ini. Iqbaal pura-pura tidak mendengar semua yang dikatakan Kelly dengan menyederkan punggungnya di kursi, melipat tangannya didada dan memejamkan matanya.

"Iqbaal, aku tau kau hanya berpura-pura. Ayolah." Kelly memasang barbie facenya didepan wajah Iqbaal. Sangat dekat. Iqbaal yang terkaget mersakan hembusan nafas membuka matanya dan menjauhkan wajahnya. Terlihat wajah barbie Kelly yang memohon.

Bersambung...

Tuan Muda IqbaalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang