Part 13

8.4K 517 1
                                    

Iqbaal menyibakan rambut Kelly yang terlihat terengah-engah. "Kau terlihat sangat manis jika seperti ini. Aku mencintaimu." Iqbaal langsung mengecup kening Kelly setelah Kelly mengangkat wajahnya saat Iqbaal mulai berkata.

"Iqbaal, kita hari ini harus bekerja. Aku akan mandi terlebih dahulu." Kelly beranjak dari duduknya dan lagi-lagi ditahan oleh Iqbaal.

"Aku akan meminta tolong dengan Salsha ataupun Steffi untuk mengambilkanmu pakaian." Iqbaal masih bertahan dengan senyum mautnya. Jika derajat Iqbaal sama dengan Kelly maka Kelly akan mencium bibir Iqbaal yang tidak berhenti tersenyum.

"Lalu aku akan mandi dimana?"

"Ya disini. Lalu kita bisa langsung pergi ke kantor." Iqbaal mengecup kening Kelly sebenyar dan langsung keluar mencari Salsha untuk menyuruhnya mengambilkan pakaian untuk Kelly. Kelly masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Iqbaal kembali masuk ke kamarnya dan mendengar suara gemericik air di kamar mandinya, sudah pasti itu Kelly. Sesaat kemudian, Kelly keluar dengan handuk kimono sejekal diatas lutut yang membalut tubuhnya. Kelly fokus dengan rambutnya yang basah sehingga tidak mengetahui Iqbaal yang berjalan mendekatinya.

"Kau terlihat sangat cantik." Kelly terkejut saat tangan Iqbaal memegang kedua pinggangnya. Kelly menatap Iqbaal yang juga menatapnya sambil tersenyum.

"Mandi sana, aku akan mengganti bajuku." Ucap Kelly. Iqbaal mencium pipi kiri Kelly dan langsung berjalan dengan santainya menuju kamar mandi. Kelly menggeleng sambil tersenyum dan berjalan mengambil bajunya yang ada diatas ranjang Iqbaal.

***
"Ayo, kau ikut makan bersamaku. Aku tidak suka makan sendiri, kau tau itu kan?" Iqbaal menarik tangan Kelly agar terduduk disebelahnya. Mama dan papa Iqbaal sedang ada urusan diluar negri, entah di negara mana Iqbaal tidak peduli itu.

"Aku tidak enak jika harus makan bersamamu. Aku akan menunggumu disini." Kelly berdiri disebelah Iqbaal yang sudah duduk dengan berbagai menu makanan dihadapannya.

"Duduk, atau kau aku pecat." Iqbaal melotot lucu. Kelly terkekeh kecil dengan menutup mulutnya sambil menundukan kepalanya. Kelly tau Iqbaal tidak akan memecatnya.

"Baiklah, kau sudah memecatku, aku akan pergi dari sini." Kelly menahan tawanya dan membalikan badannya. Tangan Iqbaal dengan sigap menarik lengan Kelly dan membalikan badan Kelly. Kelly menatap Iqbaal dengan tatapan sendu yang dibuat-buat.

"A-aku tidak jadi memecatmu." Iqbaal memperlihatkan jajaran giginya dihadapan Kelly. Kelly tersenyum menahan tawanya.

"Kau ikut makan atau aku akan menciummu didepan semua orang yang ada disini?"

"Kau tidak akan berani." Kelly menatap Iqbaal dengan datar. Iqbaal bangkit dari duduknya dan mendekatkan wajahnya dengan wajah Kelly.

"Kau lupa dengan kejadian dipesta itu, nona?" Iqbaal semakin memajukan wajahnya sedangkan Kelly mencoba menjauhkan wajahnya dari Iqbaal. Dan sekarang Kelly mengingat kejadian dimana Iqbaal menciumnya di tempat dimana banyak maid berlalu lalang.

"Baiklah, aku akan makan bersamamu." Kelly menunduk pasrah. Iqbaal menjauhkan wajahnya dan tersenyum senang. Lalu, Iqbaal menarik salah satu kursi yang berada disebelah kursi yang didudukinya tadi dan segera menekan kedua pundak Kelly agar duduk disana.

***
Sudah 3 setengah jam Iqbaal dan Kelly sibuk dengan tugasnya masing-masing, sehingga hanya suara ketikan keyboard yang sesekali terdengar. Kelly mendengus kesal merasa penat dengan banyaknya berkas yang harus dibacanya ulang dan membenarkannya dan beberapa berkas detectivenya yang harus diselesaikannya sebelum dia pensiun dari dunia kepolisian dan Karel yang akan mengambil alih tugasnya, lalu Kelly menghempaskan punggungnya di sandaran kursi kerjanya dan menimbulkan suara yang lumayan keras, itu membuat Iqbaal menoleh.

Memang tidak boleh membawa pekerjaan lain kedalam kantor ini, tetapi Kelly sangat terpaksa karena kerjaannya di kantor kepolisian lumayan banyak.

"Kau kenapa?" Iqbaal berjalan mendekati Kelly. Kelly menatap Iqbaal dan pura-pura kembali fokus pada layar monitor komputernya walaupun perutnya serasa mual jika menatap layar monitor komputer itu lagi.

"Oh a-aku, tidak aku hanya menjatuhkan penaku." Kelly tersenyum kecil menatap Iqbaal yang berdiri disebelahnya. Iqbaal sedang menatap monitor komputer (namakamu).

"Kau sedang mengerjakan apa? Banyak sekali biodata orang-orang di komputermu?" Iqbaal mengklik mouse untuk menscroll down biodata yang ada di layar komputer Kelly, Kelly langsung melebarkan matanya dan mengambil alih mouse yang ada ditangan Iqbaal.

"Ini bukan apa-apa, aku hanya iseng." Kelly mengklik layar home di komputernya.

"Itu pekerjaan detectivemu kan? Kenapa kau membawanya kemari? Bagaimana kau bisa fokus dengan pekerjaanmu?" Iqbaal menatap Kelly dengan datar. Kelly mendongak menatap Iqbaal.

"Maafkan aku. Pekerjaanku sangat banyak dan aku merasa kurang sehat hari ini." Kelly menghela nafasnya dan menundukan kepalanya saat merasakan denyutan dikepalanya.

"Baiklah, kembali bekerja. Kau boleh membawa kerjaan detectivemu kesini, asalkan kau bisa fokus dengan pekerjaan sebagai sekertarisku." Iqbaal kembali berjalan menuju mejanya.

***
Setengah jam berlalu. Iqbaal mulai bosan dengan tulisan-tulisan yang ada di kertas atas mejanya maupun yang dilayar komputernya.

"Kell, apa kau sudah selesai?" Iqbaal menoleh menatap Kelly yang sedang mengetik sesuatu.

"Sudah." Kelly menatap Iqbaal dengan tersenyum. "Ada apa?"

"Kemarilah," Kelly berjalan menuju meja kerja Iqbaal dan berdiri dihadapan Iqbaal. Iqbaal langsung menarik tangan Kelly agar Kelly duduk diatas pangkuannya. Kelly terkaget dan ingin berdiri dari dududknya, tetapi Iqbaal menahannya dengan memeluk pinggang Kelly.

"Kau ingat? Dulu, saat aku merasa sedih dan bosan, kau akan memelukku seperti ini. Dan kau menyuruhku bercerita semua agar aku merasa lebih baik." Iqbaal menenggelamkan kepalany dileher Kelly dan sedikit mengecupnya, membuat Kelly merasa kegelian. "Dan aku ingin kau bertanya aku kenapa."

"Kau kenapa, Iqbaal?" Kelly membalikan badannya, memeluk Iqbaal.

"Aku tidak ingin dijodohkan dengan Cassie. Aku tidak mencintainya dan aku tidak mengenalinya. Aku hanya ingin menikah denganmu, bermain ranjang sepuasnya, memiliki anak yang banyak dan menjadi keluarga detective yang hebat. Aku ingin kau yang menjadi ibu dari anak-anakku, menjadi pelengkap hidupku, menjadi seseorang yang menutupi sifat kekanak-kanakanku dengan sifat dewasamu." Iqbaal terisak dalam pelukan Kelly. Kelly mengerti itu semua dan Kelly juga ingin seperti itu, tapi bagaimanapun juga tisak akan bisa. Selain mama dari Iqbaal yang tidak merestui mereka, derajat mereka berbeda. Iqbaal atasan sedangkan Kelly hanya bawahan.

"Aku mengerti, tapi kita tidak bisa." Kelly tersenyum padahal dibalik senyumannya ada berliter-liter air mata yang akan keluar.

"Kita bisa, kau harus optimis. Bagaimana jika aku menghamilimu? Mama pasti akan menyuruhku menikahimu." Iqbaal tersenyum didepan wajah Kelly.

"Iqbaal, apa kau gila?" Kelly menjauhkan wajahnya dari wajah Iqbaal. "Bagaimana jika nyonya menyuruhku menggugurkannya?"

"Mama tidak akan setega itu."

***
"Ibu, apa ibu tidak apa-apa jika tinggal sendirian disini?" Kelly sedang berada dirumahnya, mengantarkan ibunya yang sudah keluar dari rumah sakit. Karel tidak bisa ikut karena sedang melanjutkan pencarian seseorang yang meneror adiknya itu.

"Karel pasti akan tinggal disini Kelly. Ibu juga sudah sehat." Ibu Kelly mengelus lengan Kelly lembut. Kelly tersenyum menatap ibunya.

"Baiklah, kalau ada apa-apa ibu bisa beritau Karel atau Kelly ya."

"Iya. Kau tidak kembali ke kantormu? Pasti tuan muda sudah mencarimu." Kelly mengangguk dan berpamitan kepada ibunya lalu keluar dari rumahnya kembali menuju kantor.

Bersambung

Tuan Muda IqbaalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang