Anya bertepuk tangan, "Gak sia-sia lo 3 tahun baca buku tebel-tebel gitu. manjur juga kayaknya tu buku. gue mau dong. Ada jurus jitu memikat hati cowok gak?" Ceplos Anya seraya mencoba menyentuh buku ensiklopedi di pelukan Tio, namun berhasil di tepis oleh tangan kekar Tio lalu ia menjauhkannya dari jangkauan Anya.

"lo mau tau caranya?" Tanya Tio lalu tersenyum. "Gampang."

Mulut Anya terbuka setengah, "Gue mau tau caranya!" Ucap Anya dengan suara yang bisa di dengar dari ujung ke ujung.

"pergi ke dukun."

Saat itu juga wajah Anya berubah keruh.

"eh,cewe bego"

Anya menoleh ke depan, mendapati Gerald yang berdiri di hadapannya dengan satu tangan di masukkan ke saku celana sementara satu tangannya lagi memegang sesuatu.

"Gue cabut dulu, guys" sejenak Tio ikut angkat suara.

"Gue cuma sebentar disini." Jawab Gerald dengan pandangan jatuh pada Anya.

Anya bangkit, maju satu langkah hingga jarak mereka hanya beberapa langkah.

"Apaan? Jadi mau buat tugas bareng?" Ceroscos Anya, tanpa merasa terintimidasi dengan tatapan tajam Gerald.

Gerald berdecih, "Ganti powerbank gue." Ucapnya seraya mengulurkan powerbank-nya yang sudah terbelah dua pada Anya.

Anya lagi-lagi terkesiap, namun ia tetap mengambil puing-puing power bank yang tinggal setengah dari tangan Gerald. "Emang gue ada banting power bank lo?"

"Gak usah banyak omong. Yang jelas, lo yang udah ngerusakin barang gue dan gue minta lo ganti rugi. power bank yang gue mau harus merk samsung, 5400 mAh. Gue gak mau yang lain dan gue gak mau ada tawar menawar, jelas?"

Anya mengerjap, lalu menggeleng. "Tapi kan,gu-"

"Gue cabut dulu, Tio. sory udah ganggu lo berdua." Gerald berbalik, berjalan menjauh dari tenpat Anya berdiri hingga menghilang di balik gerbang sekolah.

"Gue gak yakin ada dukun yang berhasil buat dia jatuh cinta sama lo, Nya"

**

"Gue udah kayak bocah yang tertangkap basah mainin pakaian dalem tetangga, tau gak?"

Anya nyengir, "Gue minta bantuan lo"

Setelah menyeret Dara dari kantin-tempat favorit Dara sepanjang masa, kini mereka berdua berada di koridor kelas XI IIS, berjalan masih dengan jari Anya yang menggait lengan seragam Dara.

Anya meringis saat tatapan Dara turun ke lengan bajunya,  "Maaf"

"lo mau minta apa lagi?"

Mendesis, Anya meninju lengan Dara,"Kesannya tu kayak gue morotin lo, Ra."

"Bukan gituuuu. Yaudah, lo mau gue ngapain?" Bujuk Dara seraya duduk di salah satu bangku yang berjejer rapi di teras. "Jadi-"

"Anya, ikut gue ke laboratorium Kimia, sekarang."

Gerald berhenti sebentar, menatap tajam Anya lalu berjalan meninggalkan mereka.

Bola mata Anya mengerjap, dengan patuh Anya mengikuti langkah Gerald di belakang tanpa memperdulikan Dara yang sudah misuh-misuh karena Gerald memotong pembicaraan misterius mereka yang bahkan belum Dara ketahui.

"Kita ngapain disini?" Tanya Anya, tatapannya tertuju pada senyawa-senyawa kimia yang mengeluarkan gelembung di hadapannya.

Gerald mengulurkan telapak tangannya, "mana power bank gue?"

Anya tertegun. pasalnya, Anya baru menyadari bahwa ia harus membayar ganti rugi barang milik Gerald tanpa ia mengerti kesalahannya.

"Lo tau?" Anya duduk di atas meja,di samping Gerald. "Gue belum ngerti kenapa gue jadi pelaku utama perusak power bank lo."

Terkesiap, Gerald menyingkir. "Jangan deket-deket gue"

Anya menghela nafas seraya memutar bola matanya. empat tahun berteman secara sepihak, Gerald tidak pernah memberi ruang gerak lebih untuk Anya, merangkulnya sekalipun.

Anya sakit hati? iya. Sebagai pengagum rahasia, Anya sudah melakukan berbagai hal hanya untuk sekedar mengobrol dengan Gerald.

Tetapi sampai saat ini pun Anya tidak menyerah, karena menurut cerita yang sering Anya baca di wattpad, jodoh dari pria dingin itu adalah perempuan yang pecicilan.

Jadi, berhubung sifat asli Anya memang pecicilan,ia tidak pantang menyerah untuk membuktikan pada semua orang bahwa dunia imajinasi pun bisa berubah menjadi kenyataan.

Anya tersadar dari hayalannya setelah Gerald menjentikkan jarinya di depan wajah Anya.

"Woy! power bank gue mana, bodoh?"

Anya mengangkat dagunya, menantang. "Emang apa urusannya power bank lo rusak sama gue?. Bukan gue kok yang ngerusakin power bank lo, Sumpah"

Gerald mendesis. Berfikir sejenak, ia melangkah mendekati Anya dan dengan satu hentakan tirai yang tadinya merupakan pembatas dari ruang laboratorium dan ruang penyimpanan eksperimen kini sudah menutup sepenuhnya.

"Lo ngapain nutup tirai?" Anya tergagap, sedikit memundurkan tubuhnya yang masih dalam posisi terduduk.

Pandangan tajam Gerald seakan berhasil membuat nyali Anya ciut. Anya bisa melihat rahang kokoh milik Gerald mengeras, bahkan wajahnya nyaris tanpa ekspresi.

Tiba-tiba, Anya mengingat satu hal. Tidak sengaja ia melihat stiker hello kitty yang tertempel di salah satu bagian dari Almarhum power bank Gerald. Lantas, Alis Anya bertaut. "Gue yakin power bank itu bukan punya elo."

Sejenak Gerald mematung, tidak melanjutkan langkahnya maupun tidak mundur.

Merasakan ada hal yang aneh disini, Anya melanjutkan, "Atau jangan-jangan-" Bola mata Anya melebar, menampilkan ekspresi terkejut yang sebenarnya hanya ia buat-buat. "power bank itu pasti punya tetangga lo, terus lo pinjem dan gak sengaja lo rusakin. Karena lo beraninya cuma sama gue, lo nuduh gue ngerusakin power bank itu dan nyuruh gue ganti rugi. Asumsi gue pasti bener, gue yakin." Anya mengangguk-anggukan kepalanya, sementara matanya menyipit menatap Gerald yang kini berganti ekspresi menjadi terkejut, atau lebih tepatnya tidak menyangka Anya akan mengatakan hal serendah itu.

"Lo jangan ngomong macem-macem ya-"

Spontan, Anya melompat dari duduknya lalu membekap mulut Gerald. "Jangan ribut, kayaknya di luar ada orang."

Mata Gerald melotot saat kepalanya di jepit oleh sebelah lengan Anya. Anya menajamkan telinganya untuk mendengar apa yang terjadi di luar. Karena jika sampai ada yang mengetahui mereka berdua berada di tempat yang tertutup seperti ini, urusannya akan panjang.

Tak lama terdengar suara pintu tertutup, di iringi dengan helaan nafas Anya. Sementara wajah Gerald merah padam. "Kalau gue gak inget kalau lo cewek, lo udah gue banting,Nya."

Anya melengos setelah memeletkan lidahnya pada Gerald. Sementara iris Gerald masih terkunci pada sosok Anya yang kini sudah berada di depan pintu.

"Rald"

Gerald tidak menjawab, ia tetap berada di posisinya semula, masih memperhatikan Anya yang terlihat kesusahan membuka pintu laboratorium.

"Rald, ini gak bisa--ke buka!" Ucap Anya dengan nada pasrah.

Gerald akhirnya melangkah menuju pintu, ia sedikit menunduk untuk melihat gagang pintu dengan sebelah mata tertutup.

"Sial. Kita terkunci di sini"

##

a.n

Typo?

semoga kalian seneng baca chap ini:)

Regards,

Inaka13

23102015

YOUWhere stories live. Discover now