Part 51 - "Oh Violin, i miss you so much!" -

Start from the beginning
                                    

Lalu Philip seperti memegang mulutku dengan tangannya dan dia tersenyum. Aku sangat sangat senang saat itu, aku seperti sedang menggendong adikku. Walaupun Philip adalah cowok dan umurnya lebih muda dibandingkan adikku.

"Violin, lets go to your room, i will show you your room," Ajak tante Joane. Lalu aku memberikan Philip kepada pengasuh bayinya lagi.

Aku segera membawa koperku dan mengikuti tante Joane ke lantai dua untuk menemukan kamarku. Lalu tante Joane membuka pintu berwarna cokelat dan menyalahkan lampu kamarku. Saat aku masuk kamar ini sangat sangat sangat lovely. Warna kamar ini adalah pink dan ada tempat tidur king size berwarna putih. Ada lemari besar tempat menyimpan baju, ada kaca dan meja rias dan juga jendela besar yang bisa di tutup otomatis dengan remot di dekat tempat tidur. Ada komputer dan ada LED TV.

"Woow this is lovely!" Pujiku kepada kamar ini. Aku segera masuk ke kamar dan menaruh koperku di dekat lemari besar.

"Hope you like it Violin," kata tanate Joane yang masih ada di ambang pintu.

"I really really like it," aku tersenyum ke arah tante Joane.

"Dulunya ini adalah kamar Ruth tapi Ruth pindah ke kamar di samping kamar ini karena dia lebih suka warna ungu," jelas tante Joane. "Oh ya kau sudah mulai sekolah besok jika kau tidak lelah." Lalu tante Joane meninggalkan aku dan menutup pintu kamarnya.

Woow aku pasti akan suka kamar ini. Kamar ini lebih dari cukup bagiku. Ada kamar mandinya juga seperti di kamarku dulu tapi bedanya disini ada TV nya jadi ketika aku ingin menonton film aku tidak usah turun ke bawah.

Aku segera tiduran di atas kasur yang lebar dan lembut ini. Aku merasa lelah hari ini. Aku tidak tahu haruskah aku mulai sekolah besok atau masih istirahat. Aku mengecek HPku dan ada satu panggilan tidak terjawab dan itu dari Luke. Aku mencoba menghubunginya kembali. Ada beberapa nada yang menyebalkan yang lama sebelum Luke mengangkat.

"Hallo babe," suara khas Luke membuatku senang.

"Hi Luke, i already missed you," ucapku.

"It hasnt twenty four hours you left and we both already missed each other," Suara di sana terdengar hening dan hanya ada suara Luke di telfon. Mungkin yang lain sudah tidur karena ini jam 12 malam di Inggris.

"Yep, wheres Michael and Ashton?" Tanyaku penasaran kemana merek pergi karena terdengar sepi di rumah Luke.

"They're going outside," ucap Luke dengan nada rendah.

"Why didnt you join them?" Tanyaku.

"Just need to stay alone, cant stop thinking of you. You know what, my mind keeps showing me the time when we talked to each other every night, the time when we had sex haha the time when you mad at me and the time when we had our first date, thats crazy!" Luke membuatku juga mengingat kejadian-kejadian itu. Ugh membuatku sedih.

"Stop Luke you make me cry," aku tertawa tapi aku juga menangis.

"Why? Oh my god sorry i didnt mean making you cry, i just wanna... Ugh forget it," aku mendengar ada dengusan hidung Luke. Apakah Luke juga menangis? Tapi itu mustahil aku belum pernah melihat dia menangis. "Oh my god, fuck."

"Why?" Tanyaku.

"Nope," ada keheningan sebentar di telfon. "I really wanna see you Violin."

"Yeah me too," aku menjawabnya.

Aku menghabiskan 3 jam menelpon dengan Luke dan aku benar-benar tidak merasa bonsa malah rasanya 3 jam waktu yang sedikit untuk aku menelpon Luke.

"Uhh Luke i should go to sleep bc school tomorrow," kataku.

"Yep, ill call you later, bye,"

Everything I Didn't SayWhere stories live. Discover now