"Kata siapa?" celetuk Eri.

"Jangan becanda..." Daye berkata dengan masih kaget.

Abi hanya diam.

"... Kok gue baru tahu? Gue kan leadernya!"

Semua menoleh pada Naga.

"Gue... gue kan leader! Kok gue ngga tau?! Hey! Heeeey!" serunya dengan wajah campur aduk. Ada bingung, kaget dan senang yang tak bisa disembunyikan. Abi menepuk-nepuk pundak Naga dengan keras. Ube kembali menari. Eri dan Daye lompat-lompat sambil sesekali berpelukan. Mereka semua tertawa dan berseru dengan sangat keras.

"Kapan?"Abi menoleh pada Ube.

Ube berhenti menari. Ia menggerakan kepalanya ke kanan. "Nanti kita dipanggil kok..."

***

Rara muncul diujung pintu rumah kecilnya. Ia menyalakan lampu dan menatap berkeliling ke seluruh ruangan. Sepi. Langkahnya menuju ke sebuah foto dalam bingkai di dekat rak TV. Sebuah foto yang membuatnya selalu merasa rindu dan kesepian. Foto kedua orang tuanya dan dirinya 10 tahun lalu yang saling merangkul sambil tertawa.

Tiba-tiba handphone Rara berbunyi. Ia mengambilnya dari dalam tasnya. Rara sempat melihat layar yang menampilkan sebuah nama yang tak asing baginya.

"Iya Ayah?"

"Kamu sudah dirumah? Ayah lembur lagi. Tidak apa kan?" jawab suara diseberang telepon.

"Iya dong Ayah. Kaya bukan baru sekali dua kali aja Ayah lembur. Pokoknya Ayah tenang aja. Aku juga tadi udah makan di luar sama Maya. Ayah udah makan?" Rara bicara sambil membuka kaus kakinya lalu dia lempar ke lantai. Ia berjalan menuju lemari es di ruang makan, membuka pintunya dan mengambil sebotol air mineral dingin.

"Ayah makan sama atasan Ayah tadi. Kamu kalo sudah tidak ada tugas, tidur duluan aja yah. Ayah bawa kunci duplikat kali ini," Ayah terkekeh.

Rara tersenyum. "Adeeuh Ayah ngga lupa lagi nih ceritanya? Iya Ayah pokoknya tenang."

Rara membuka tutup botol minumannya. Ia bersiap untuk meminumnya.

"Ra..."

"Hm?"

"Besok siang jangan lupa ke rumah sakit yah..."

Rara menghentikan gerakannya. Ia terdiam sesaat lalu bersandar pelan-pelan ke meja makan di belakangnya. Ia tidak jadi minum.

"Ayah belum sempat kesana tadi..."

"...tadi Rara... habis dari sana kok Yah... Besok juga Rara pasti kesana lagi."

"Tadi kamu kesana?"

Rara mengangguk pelan sambil memejamkan matanya. Rasanya kepalanya pening.

"Iya... Ayah..."

"Syukurlah. Biar bagaimanapun, itu Mama kamu Ra..."

Rara terdiam lama. Sapaan selamat tidur dan hati-hati dari Ayahnya sebelum menutup telepon tidak terlalu dihiraukannya. Bayangan ibunya lebih menguasai pikirannya.

***

Naga baru akan membuka botol limun saat Abi tiba-tiba muncul dari belakang pundaknya lalu merangkulnya. Naga menoleh padanya lalu mulai meminum limunnya. Beberapa staf konser malam ini muncul berpapasan dengan mereka dan saling sapa.

"Kemana ntar malem?" Abi membuka pembicaraan. Mereka berjalan di sepanjang lorong menuju pintu paling ujung. Naga angkat bahu. Mulutnya penuh air.

"Jalan sama Eri ngga? Dia ngajakin tuh ke Cafe' waktu itu yang punya Om-nya dia."

Love SongWhere stories live. Discover now