Track 01 - Intro

34.3K 492 15
                                    

"GUE udah cantik belom?"

Maya mengibaskan rambut sebahunya yang ikal. Ia menatap percaya diri wajah putih dan cantiknya di depan cermin toilet kampus. Bibirnya terus tersenyum bangga pada wajah sempurnanya itu. Rara sedang membenarkan bagian bawah kemeja kotak-kotak merahnya saat Maya meliriknya lewat cermin lalu menoleh kearahnya.

"Gue udah cantik kan?" tanya Maya pada Rara, sahabatnya.

Rara tersenyum. "Iya, cantik."

Maya tersenyum lebar dan kembali menatap cermin. "Berarti ngga ada alesan buat Ekanaga ngga ngelirik gue kan hari ini?"

Rara terdiam mendengar itu. Tiba-tiba dia teringat sosok seorang cowo yang sedang banyak orang bicarakan akhir-akhir ini. Orang yang juga membuat Maya tak berhenti bercermin sekarang, juga tak berhenti menyebut-nyebut namanya.

"Ra?" panggil Maya dan membuat Rara tersadar dari lamunannya lalu menatap Maya.

"Apa? Eka...naga? Si cowok narsis itu? Buat apa lo dandan cantik demi dia. Ngga ada gunanya tau," ucap Rara tak sadar. Baru setelah ia melirik Maya yang menatapnya sinis, ia sadar ia baru saja keceplosan.

"Denger ya sahabat baik gue Rarasanti. Ekanaga itu barang langka. Bak sebongkah emas yang susah dicari di jaman batu. Dan setelah lama gue sering mendengar lagunya di radio, melihat wajah tampannya di tv, dia sekarang satu kampus dan sekelas sama gue. Bukannya itu berkah yah? Masa gue harus nolak rejeki sih Ra?"

Maya merangkul Rara di akhir ucapannya yang menggebu-gebu dan ekspresif itu. Rara hanya menahan tawa sambil mengibaskan kedua tangannya yang basah ke wastafel.

"Sakit lo," Rara berucap berlalu yang diikuti reaksi gemes Maya.

Namanya happening banget akhir-akhir ini. Ngga di sekolah, di rumah, di jalan, di tv, radio. Dia punya banyak segudang hal yang membuat semua orang ngga bisa melupakan keberadaannya. Suaranya, wajahnya, sikapnya, senyumnya, gaya pakaiannya, gaya ucapannya, semua lagi terbius oleh kharisma seorang cowok 20 tahun bernama Ekanaga.

"Lagunya juga bagus-bagus dan menyayat hati. Semua lagu di band-nya, dia yang bikin loh Ra! Gue punya semua albumnya..." cerocos Maya pada Rara yang berjalan cuek di sebelahnya.

"...Dari waktu dia masih penyanyi cilik sampe sekarang dia punya band," potong Rara dan Maya terkejut dengan senang.

"Nah itu lo tau."

"Karna lo bilang itu tiap hari, tiap saat, tiap detik!" seru Rara jutek.

Maya cengengesan. Ia menyusul langkah Rara dan merangkulnya. "Tapi Rara sayang... ada satu hal yang nggak lo tahu dan gue belom pernah bilang sama lo."

"Apa?"

"...Gue cintaaaaaa banget sama Ekanaga SE-LA-MA-NYA!" seru Maya di telinga Rara dan langsung di balas Rara dengan pandangan 'gamau tau'.

Mereka sampai di kelas. Namun orang yang dari tadi dibicarakan Maya tidak tampak batang hidungnya. Ia menoleh pada Rara yang sedang mengamatinya.

"Apa dia juga ada jadwal siang-siang gini?? Barusan dia masih ada kok waktu kelas pagi!" seru Maya histeris. Rara menghela napas lalu berlalu ke bangkunya. Maya mengkuti dengan wajah sedih. Ia duduk di depan Rara. Rara menatap bangku di samping kanannya yang kosong. Bangku itu, bangku Ekanaga. Ia menatap agak lama sampai kemudian pandangannya beralih pada dosen yang masuk ke kelasnya untuk memulai kuliah.

***

"Hari ini, kembali kami hadir untuk kalian. Terima kasih sudah datang, kami akan melakukan yang terbaik di masa depan. Simak lagu terakhir dari kami... 'Suddenly'..." Ekanaga menarik gitar lalu mengalunkan suara petikan gitar-nya. Suara riuh rendah penonton membawanya hanyut ke dalam lagu. Sebuah lagu yang ia ciptakan dua tahun lalu. Memori itu tiba-tiba terputar kembali di kepalanya. Mulai dari pertemuannya dengan seorang gadis di masa lalu. Tangisan dan senyuman gadis itu, telah membuatnya merasakan sesuatu yang lain. Dan semuanya terjadi secara tiba-tiba. Gadis yang sampai sekarang belom bisa ia lupakan dan menariknya makin dalam ke dunia yang belum pernah ia masuki. Dunia yang untuk tertawa saja bahkan jadi terasa sangat sulit. Dunia aneh dan menyesakkan...

Love SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang