Plak
Suara tamparan menggema di dalam penjara bawah tanah yang gelap dan lembab, obor yang menyala redup memantulkan bayangan di dinding batu. Vony berdiri di hadapan Ailen yang terikat dengan rantai besi. Wajahnya penuh amarah, sedangkan Ailen hanya tersenyum miring menatap Vony, meskipun pipinya perih akibat tamparan barusan.
"Kau!" Vony menuding Ailen dengan suara bergetar, bukan karena takut, tetapi karena kemarahan yang tertahan.
"Aku sangat menyesal menganggapmu sahabat selama ini!" Vony mencengkram kuat rahang Ailen
"Ternyata kau manusia busuk yang haus akan kekuasaan! Dan kau berani merayu suamiku dengan cara mencuci pikirannya,hanya untuk menjadikanmu sebagai selir!"Ailen tidak menjawab, ia hanya terkekeh sinis menatap Vony.
"Caramu terlalu kotor. Hanya demi perasaanmu yang tidak terbalas dahulu. Kau sampai hati membunuh suamimu sendiri. Dan, kau merayu Aro dengan bantuan Raja Kegelapan!"pekik Vony.
"Reaksimu berlebihan sahabatku, aku hanya melakuan apa yang perlu ku lakukan."
Plak
Vony menampar pipi Ailen lebih keras, sehingga membuat sudut bibir Ailen terluka.
"Dengar baik-baik Ailen, aku tidak sudi kata-kata sahabat dari mulut busukmu itu! Aku tidak akan membiarkanmu mati dengan mudah."
Setelah mengatakan itu Ailen keluar dari penjara Ailen. Saat keluar ia melihat di sebelahnya adalah penjara Elisa. Ia melihat gadis itu sedang menatapnya tajam. Vony tidak menyangka gadis yang ia anggap sebagai anak sendiri ternyata memiliki niat buruk kepadanya dan Kekaisaran Emerald.
"Prajurit, cambuk mereka bertiga sebanyak dua ratus kali."
"Baik, Yang Mulia."
Vony meninggalkan penjara bawah tanah dengan perasaan murka. Sedangkan Ailen tertawa kecil melihat tiga prajurit yang sedang membawa cambuk berukuran besar.
"Tidak akan mempan," ujarnya sombong.
Ctarrr
Ailen membelalakan matanya, kenapa sihirnya tidak bereaksi. Rasa kebal yang ia miliki sudah sirna. Sehingga ia merasakan betapa dahsyatnya rasa cambukan itu yang mengenai punggung mulusnya.
"Akhhh, hentikan!" Ailen dan Elisa meraung kesakitan. Sedangkan Argos hanya meringis tertahan.
Tanpa mereka ketahui. Aldrich telah membekukan sihir hitam mereka sementara dengan rantai besi yang mengikat tangan mereka bertiga.
Suasana dapur istana dipenuhi aroma sup yang mendidih dan daging panggang yang baru saja diangkat dari perapian. Para pelayan bekerja dengan cekatan, namun bisik-bisik di antara mereka tak bisa dihindari.
"Sudah dengar beritanya? Pertunangan Yang Mulia Kaisar resmi dibatalkan!" bisik seorang pelayan sambil menata piring-piring emas di atas meja panjang.
"Tentu saja! Kabarnya itu karena pengkhianatan dari Kerajaan Astaran. Sungguh memalukan!" sahut pelayan lain, suaranya setengah berbisik tapi penuh semangat.
Seorang juru masak yang lebih tua menggeleng pelan. "Aku penasaran, siapa yang akan menjadi calon permaisuri yang baru?"
Pelayan yang lebih muda mendekat, matanya berbinar penuh gosip. "Kalau menurutku, Putri dari Kekaisaran Damian memiliki peluang besar! Bukankah dulu dia kandidat nomor dua setelah Putri Elisa?"
"Benar juga!" yang lain menimpali. "Jika bukan karena kesehatannya yang lemah dan ilmu bela dirinya yang buruk, mungkin dia yang akan terpilih sejak awal."
Juru masak tua menghela napas. "Tapi apakah Kaisar akan menerima permaisuri yang lemah? Kau tahu sendiri, setelah pengkhianatan ini, pasti beliau ingin seseorang yang kuat di sisinya."
YOU ARE READING
I'm Aurora (End)
FantasyWarning!! Follow dulu sebelum baca, masih dalam tahap revisi, penulisan masih acak-acakan 😭🙏 Genre : Romansa - Fantasi - Thriller Aurora Syntra Queela, satu-satunya gadis yang lahir di bawah cahaya bulan purnama merah. Sebuah kelahiran yang memba...
