part 10

5.3K 311 11
                                        

Didalam rumah, terlihat dua insan yang sedang berbicara serius.Tidak ada raut bercanda sama sekali di wajah mereka.

"Bagaimana, Rose? Lebih cepat lebih baik," ujar Roger meyakinkan Rose.

"Tapi dia masih terlalu lemah jika ikut denganmu," sahut Rose keberatan.

"Jangan terlalu memanjakannya!" tegas Roger.

"Aku...khawatir dengannya," keluhnya.

"Tenang saja. Aku dan Alan akan menjaganya," ucapnya agar Rose merasa tenang.

"Setelah kau mengirimkan surat menceritakan tentang gadis itu, aku yakin jika dia istimewa."

"Memang seharusnya seperti itu," ujar Rose apa adanya.

"Ayah," Roger yang mendengar suara anak laki-lakinya memanggil akhirnya menoleh.

"Kemarilah!" perintah Roger kepada Alan.

Alan dan aurora berjalan beriringan menghampiri Rose dan Roger. Mereka berdua duduk di samping kedua orang tua mereka masing-masing. Sebelum Aurora duduk, ia menyempatkan diri menyapa seorang bangsawan yang sedang berbincang dengan Rose.

"Salam hormat Yang Mulia, semoga Dewa selalu memberkati anda." Aurora memberi salam kepada Roger.

Roger tersenyum lembut menatap Aurora. Lelaki paruh baya itu terpana melihat gadis yang ada dihadapannya ini sangat cantik.

"Rora, perkenalkan beliau adalah Viscount Roger, mereka berdua kesini ada yang ingin mereka bicarakan denganmu," kata Rose.

"Tentang apa?" Aurora penasaran, namun di mata Alan, wajah Aurora yang kebingungan terlihat sangat menggemaskan.

"Sial, gadis ini membuatku gila" batin Alan.

"Jadi begini, Rora...Aku dan bibimu sudah sepakat untuk mengajakmu untuk tinggal sementara waktu di kediamanku."

"Hah, kenapa?" Raut wajah gadis itu terkejut, namun segera ia menormalkan kembali ekspresinya.

"Ah...karena aku ingin melatihmu bela diri, kau bisa belajar dengan Alan. karena dia adalah salah satu ksatria di kekaisaran." Mata Aurora berbinar, karena ia sangat ingin sekali belajar bela diri lebih lanjut. Karena menurutnya itu sangat keren dan juga penting, mengingat dirinya yang terlalu lemah jika berhadapan dengan orang jahat.

"Bagaiamana apakah kau mau, sayang?" tanya Rose.

"Ya, aku mau, Bi!" serunya semangat.

"Baiklah, nanti sore kau akan berangkat." Rose menatap Aurora dalam, di lubuk hatinya ia merasa sedih karena harus berpisah dengan gadis yang sangat ia sayangi seperti anaknya ini.

"Bibi, tidak ikut, ya?" lirih Rora.

"Jelas tidak Rora. Karena bibi punya pekerjaan di desa ini. Tetapi... Bibi akan mengunjungimu di sana." Hibur Rose karena melihat Aurora yang terlihat sedih.

"Hmm...baiklah."

Sebenarnya, ia juga berat meninggalkan Rose disini, tetapi ia juga ingin belajar lebih giat lagi. Karena ia ingin menjadi wanita yang tangguh.

"Lihatlah Roger! Anak ini terlalu manja," goda Rose, ia berusaha mencairkan suasana yang tiba-tiba menjadi sedih.

"Hahaha... asalkan jangan menangis saja saat berlatih nanti," timpal Roger.Aurora hanya tersenyum segan menanggapi ucapan Roger.

"Oh ya, Woffy bagaimana? Apa aku boleh mengajaknya,Yang Mulia?" tanya Aurora.

"Siapa Woffy?"

"Peliharaanku, dia seekor serigala putih," jelas Aurora.

I'm Aurora (End) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora