Part 20

3.4K 191 20
                                        

"Salam hormat, Yang Mulia Kaisar," sapa Aston, salah satu mata-matanya saat memasuki ruang kerja Aldrich.

"Bagaimana?" tanya Aldrich tanpa basa- basi.

"Bangsa kegelapan mulai meresahkan penduduk di wilayah utara. Banyak ibu yang kehilangan anak-anak mereka, dan para pemuda banyak yang tiba-tiba menghilang," jedanya, "dan juga banyak warga yang mendadak berperilaku aneh. Seperti...memakan bangkai," lanjutnya.Aldrcih menggeram marah mendengar laporan dari mata-matanya tersebut.

"Raja kegelapan sudah mulai menampakkan diri."

"Benar, Yang Mulia. Lalu langkah apa yang akan kita ambil?" tanya Aston.

"Kau terus awasi pergerakan mereka!"

"Baik, Yang Mulia. Hamba undur diri."

Aldrch mempersilahkan Aston meninggalkan ruangan kerjanya. Ia menatap keluar dari jendelanya dan melihat Aurora yang sedang menyiram bunga mawar putih. Terlihat sangat cantik sekali gadisnya itu, setidaknya dengan melihat Aurora pikiran Aldrich menjadi lebih tenang.

"Tingkat bumi," gumam Aldrich sambil menatap Aurora.

"Sebentar lagi," lanjutnya.

Aurora merasa dirinya yang sedang di perhatikan merasa merinding,padahal hari masih siang. Dia mengacuhka rasa merindingnya itu dan lebih baik ia melanjutkan pekerjaannya agar cepat selesai.

Aldrich terkekeh melihat Aurora tergesa-gesa saat menyirami bunga tersebut. Sangat lucu sekali gadisnya itu. Ah...rasanya ia ingin memeluknya sekarang.

"Evan, kemarilah!" panggil Aldrich kepada tangan kanannya itu melalui telepati.

Sedangkan Evan, yang sedang memeriksa laporan keamanan, langsung berdiri meninggalkan pekerjaanya. Karena titah junjungannya itu lebih penting.

"Salam hormat, Yang Mulia," ucap Evan. "Ada apa Yang Mulia, memanggil hamba?" tanya Evan.

"Tugaskan lebih banyak prajurit, dan juga kirim beberapa penyihir di wilayah utara. Agar mereka menyembuhkan warga yang terkena sihir hitam!" perintah Aldrich.

"Baik, Yang Mulia," ucap Evan.

"Oh, dan juga kau panggil bibinya gadisku, Rose. Ada yang ingin ku bicarakan dengannya."

"Siap, laksanakan, Yang Mulia," ucap Evan tunduk.

"Pergilah!"

"Hamba mohon pamit, Yang Mulia," kata Evan sambil membungkukkan badannya.

"Hmm."

Setelah kepergian Evan, Aldrcih duduk di kursi kerjanya. Ia meminum racun ular dan kalajengking.

"Manis," ucap Aldrich setelah menyesap racun itu.

Ia menatap jari manisnya yang tersemat cincin pertunangannya dengan Elisa. Jarinya mengelus pelan cincin itu, lalu tersenyum manis. Senyumnya begitu manis sehingga membuat siapa saja yang melihatnya akan pingsan.

"Kerajaan Astaran?" tanyanya sendiri.

"Jangan harap!" Senyum manis tadi luntur, berganti seringai yang terlihat menyeramkan.

"Draco," panggil Aldrcih sambil mengusap gelang yang setelah ia ambil dari laci meja kerjanya.

"Hamba, Yang Mulia."

"Latihlah gadisku dengan keras tanpa ampun!" perintah Aldrcih. "Karena mereka bergerak lebih cepat dari yang kita duga. Meski Raja kegelapan sekarang masih tak berdaya setelah ilmunya di serap oleh para dewa, dia masih bisa memerintahkan anak buahnya."

"Ya, memang benar, Raja kegelapan benar-benar sangat licik. Ia berhasil mengelabuhi penjagaan langit yang sangat ketat hingga berhasil kabur," lanjutnya

"Dan sialnya lagi...bau Raja kegelapan tidak bisa dicium. Karena ilmunya sudah diserap habis. Tetapi entah kenapa anak buahnya masih tetap setia dengan dia, padahal sekarang ia tak bisa berbuat apa-apa," heran Aldrich.

"Sebenarnya... ada rahasia yang belum anda ketahui tentang Raja kegelapan, Yang Mulia," kata Draco membuat alis Aldrich berkerut.

"Rahasia? Apa itu?" tanyanya penasaran.

"Meski Raja kegelapan tidak memiliki kekuatan lag. Ia memiliki batu merah neraka. Dengan batu itu, ia dengan mudah menghancurkan roh jahat dan sihir hitam. Jadi,tentu saja dia masih memiliki banyak pengikut dari bangsa kegelapan," jedanya, "dan juga, dia sekarang menyimpan energi yang ia dapatkan dari bayi tak berdosa di batu itu. Sehingga jika merasa telah cukup kuat lagi, ia akan memasukkan energi itu di tubuhnya," jelas Draco membuat Aldrich berdecih.

"Baiklah, terima kasih informasi yang kau berikan. Sekarsng... laksanakan tugasmu!" perintahnya.

"Baik,Yang Mulia."

Keesokan harinya, semua para petinggi kerajaan sudah hadir di ruang pertemuan penting, termasuk Alan dan Roger. Mereka semua duduk di kursi yang sudah disediakan sesuai jabatan masing-masing.

Pintu ruangan Dewan Kekaisaran terbuka, menampakkan Aldrich yang berjalan dengan gagahnya. Menggunakan jubah kerajaan bewarna merah.Dan tak lupa Evan yang selalu setia di belakang kaisarnya Mulia. "Salam hormat, Yang Mulia Kaisar." Mereka semua menunduk hormat,sampai Aldrich duduk di kursi kebesarannya itu.

"Terimakasih, duduklah," ucap Aldrich.

"Aku mengumpulkan kalian semua di sini, karena ada suatu hal!" Aldrich menatap tajam satu persatu orang yang ada di hadapannya sekarang.

"Kekaisaran Emerald yang terkenal kuat dan sulit diterobos. Kenapa bisa di masuki oleh para makhluk busuk itu?! " ucapnya dingin menatap tajam para petinggi kerajaan itu.

Semua orang bergetar mendengar ucapan Aldrich. Karena berita itu sudah menyebar ke seluruh penjuru Kekaisaran, membuat para rakyat tak tenang.

"Apakah kalian semua tak bisa bekerja dengan baik!?"

"Apa perlu takhta kalian aku turunkan!?" seru Aldrich datar.

"Mohon ampun, Yang Mulia," ucap semua orang yang ada di ruangan itu.

"Kerahkan lebih banyak ksatria dan juga penyihir ke berbagai titik di negeri ini! " perintah Aldrich. "Karena ini hanya sebuah awal dari permainan. Jadi, kita semua harus lebih berhati-hati dan waspada," lanjutnya.

"Aku mendapat kabar, jika Raja kegelapan sudah melarikan diri dari penjara langit," kata Aldrich membuat semua orang tercengang.

"Mohon maaf, menyela, Yang Mulia. Bagaimana bisa Raja kegelapan bisa kabur?"

"Karena ada pengkhianat," ujar Aldrich tersenyum miring menatap tajam semua orang.

"Dan juga, ajarkan para penduduk untuk mengungsi ke tempat yang aman. Karena perang manusia dengan bangsa kegelapan akan segera datang. Baik dalam jangka waktu yang dekat atau tidak." Semua orang mengerti jika sekarang negeri mereka sedang tidak baik-baik saja. Mereka harus berlatih lebih keras lagi agar bisa melindungi sesama.

"Duke Argos!" panggil Aldrich. Sedangkan sang empu langsung berdiri memberi hormat ke Kaisarnya itu.

"Aku perintahkan kau untuk pergi ke Kerajaan Wesalera, untuk memutuskan kerja sama. Karena ia berniat untuk mengambil tambang emas milik Kekaisaran Emerald."

"Jika mereka tak terima, aku siap menerima perang!" seru Aldrich tegas.

Jika berperang dengan sesama manusia itu hal mudah bagi Aldrich, oleh karena itu tak akan ada yang berani mengganggu Kekaisaran Emerald. Sedangkan kerajaan Wesalera berani mengganggunya karena mendapat dukungan dari raja kegelapan. Ia tahu ini semua rencana raja kegelepan untuk memancing amarahnya. Maka akan ia ikuti permainannya itu. Bahkan untuk meratakan kerajaan Wesalera ia hanya perlu menggunakan kedua tangannya saja, berani sekali kerajaan kecil seperti Wesalera bermain dengannya. Bahkan, Kekaisaran Seromina yang menaungi kerajaan Wesalera sudah pasrah jika Aldrcih mengambil alih kerajaan itu, karena Seromina tidak ingin mencari masalah dengan Emerald.

Para Raja dan Ratu yang ikut hadir dalam pertemuan tersebut juga merasa takut, karena mereka lalai dalam menjaga wilayahnya. Hingga sang Kaisar sampai ikut turun tangan menanganinya.
Tetapi, ada hal yang lebih mereka takutkan, karena jika Kaisar sudah turun tangan berarti masalah besar akan datang.

I'm Aurora (End) Where stories live. Discover now