Jleb!
"Akhh!!!" Tterdengar jeritan seorang wanita di dalam hutan, saat sebuah belati menancap tepat di jantungnya.
Jleb!
Jleb!
Jleb!
Seorang pria yang membawa belati itu, semakin banyak menusuk ke badan wanita itu, mulai dari mata, mulut, leher, dan terakhir perut. Membuat wanita itu menghembuskan napasnya yang terakhir.
Tubuh wanita itu sudah terkoyak dan berlumuran darah. Sosok misterius itu memenggal kepala gadis tersebut menggunakan sebilah pedang yang ia letakkan di punggungnya.
"Kau cantik sekali saat kepalamu terpisah dari tubuhmu," pujinya kepada mayat yang ada di depannya saat ini.
Tangannya terulur untuk mengambil kepala gadis itu dan memasukkanya kedalam kantong besar, darah mengucur deras membasahi tangannya.
"Makan malam mu," ucapnya kepada harimau peliharaannya yang sudah menemaninya dari tadi. Dengan senang hati harimau itu langsung melahap tubuh gadis yang sudah tak bernyawa itu.
Melihat harimaunya yang sangat menikmati makan malamnya, membuat senyum tipis terbit dari bibirnya.
"Menyenangkan."
***
Pagi hari, Aurota sudah bersiap untuk mengikuti acara berburu. Dia berkumpul dengan para peserta yang terpilih di tanah lapang yang cukup luas di area hutan. Dari banyaknya pelayan Kekaisaran Emerald, hanya tiga orang yang terpilih,yaitu : Aurora,Karlin, dan Stefanny.
"Aurora." Aurora yang sedang fokus mengasah ujung panah dan juga belatinya menoleh. Ternyata Karlin yang memanggilnya. Seorang pelayan yang usianya diatas Aurora, yang memiliki wajah ketus,karena memiliki alis yang tebal dan mata yang menukik tajam. Namun, sebenernya Karlin adalah sosok wanita yang penyabar, sangat berbanding terbalik dengan rupa wajahnya.
"Ada Apa, Karlin?"
"Ini, minumlah," ujar Karlin sambil memberikan sebuah air dari botol yang ia bawa, dan memberikan sebotol lagi untuk Fanny.
"Ah, terimakasih. kau teman yang baik," ujar Aurora membuat Karlin tersenyum.
Byurrr!
Berbeda dengan Fanny, gadis itu malah mengguyur wajahnya dengan setengah isi botol air yang baru saja diberikan oleh Karlin.
"Hoammmm." Fanny menguap lebar, mata gadis itu terlihat sangat sayu.
"Kau ini kenapa?" tanya Karlin.
"Aku semalam bekerja hingga menjelang pagi, karena jadwal kerjaku malam hari," terang Fanny. "Dan lihatlah sekarang! Diriku seperti mayat hidup."
"Ohh, kasian sekali kau ini. Pasti dirimu sangat mengantuk," ejek Aurora. "Lagi pula kenapa kau tak meminta pergantian jadwal ke Madam Elyn?"
"Astaga! kau seperti tidak tahu saja, Madam Elyn seperti apa? Aku sudah mengajukan untuk berganti jadwal. Tetapi kau tahu dia menjawab apa?" ucap Fanny membuat Karlin dan Aurora penasaran.
"Ekhm... Steffany, kau mengikuti lomba itu atas kemauanmu sendiri. Jadi tanggung lah risikonya sendiri," ucap Fanny menirukann ucapan Madam Elyn, membuat Aurora dan Karlin tertawa puas.
"Akhh, rasanya aku ingin mengundurkan diri saja. Namun, aku juga menginginkan koin emas yang banyak, mengingat hadiah kali ini sangat besar," jawab Fanny semangat. Mengingat koin emas membuat dirinya lupa akan kantuknya.
"Kau benar, tetapi kita harus menangkap kijang emas jika mau mendapatkan tiga puluh karung koin emas itu," jawab Aurora.
"Tapi kaisar kita tidak sekikir itu. Meski kita tidak mendapatkan kijang emas itu, kita bisa berburu yang lain. Karena satu buruan dinilai dengan lima kantong emas,"
YOU ARE READING
I'm Aurora (End)
FantasyWarning!! Follow dulu sebelum baca, masih dalam tahap revisi, penulisan masih acak-acakan 😭🙏 Genre : Romansa - Fantasi - Thriller Aurora Syntra Queela, satu-satunya gadis yang lahir di bawah cahaya bulan purnama merah. Sebuah kelahiran yang memba...
