part 33

2.7K 178 27
                                        

Keesokan harinya, Aurora yang sedang membersihkan kandang kuda, tiba-tiba tubuhnya di seret paksa oleh beberapa prajurit kerajaan.

"Hey! Apa-apan ini, kenapa kalian menyeretku tanpa alasan?!" sungut Aurora.

"Diam! Ikut kami menghadap kaisar di ruang sidang," ujar salah satu prajurit.

"Ruang sidang! Apa salahku?" pertanyaan Aurora tidak di jawab oleh mereka. Aurora pun menurut karena melawan pun percuma.

Saat sudah berada di ruang sidang, Aurora tersungkur jatuh akibat dorongan prajurit yang terlalu keras. Hal itu membuat Aldrich mengepalkan tangannya.

"Aurora,"panggil Aldrich. Aurora yang masih dalam posisi tersungkur mendongakkan Kepalanya,lalu ia duduk bersimpuh di tengah-tengah para bangsawan itu yang telah duduk di barisan sisi kanan dan kirinya. Dan tentunya Aldrich duduk di posisi tengah atas, singgahsana Kaisar.

"Apakah kau tahu, kesalahanmu ada dimana?" tanya Aldrich dengan nada rendah.

"Mohon ampun, Yang Mulia. Hamba tidak tahu salah hamba dimana."

"Putri Elisa, jelaskan!" ujar Aldrich kepada Elisa yang berada di pelukan ibunya, Ratu Ailen. Ratu Ailen yang mendapat kabar jika putri satu-satunya celaka langsung berangkat menuju Kekaisaran Emerald.

"Di-dia ingin mem-membunuhku dan juga pelayan Emma,"ucap Elisa dengan tergagap.

"Mohon ampun,Yang Mulia. Itu semua adalah berita bohong,"sanggah Aurora.

" Tidak! Dia ingin menenggelamkanku di danau sebelah kebun apel. Tiba-tiba,ada akar pohon yang entah dari mana melilit kakiku dengan pelayan Emma. Hal itu membuat diriku terseret dan tenggelam didalam danau!"terka Elisa.

"Dia itu penyihir jahat, kalian semua harus berhati-hati dengannya!"tuduhnya.Hal itu membuat gaduh orang-orang yang berada di dalam ruang sidang.

"Benarkah?" tanya Aldrich sambil tersenyum miring menatap Aurora.

Aurora yang ditatap seperti itu, bukannya takut. Tetapi malah ingin tertawa. Karena, sangat berbeda sekali dengan Aldrich yang semalam menemuinya secara diam-diam.Baiklah ia akan mengikuti permainan mereka sekarang.

"Apakah ada bukti, Yang Mulia?"tanya Aurora kepada Elisa.

"Tidak, tapi kupastikan itu semua ulahmu. Kau pasti ingin menyingkirkanku,demi mendapatkan Kaisar kan?! " tuduh Elisa.

"Maaf menyela, Yang Mulia Kaisar, yang dibicarakan oleh,Yang Mulia Putri Elisa memang benar adanya. Saya saksi hidup jika Aurora berniat mencelakai kami," sela Emma.

"Baiklah, prajurit, panggilkan penyihir Agung istana sekarang juga!" titah Aldrich.

"Laksanakan, Yang Mulia."

"Kenapa kau memanggil penyihir Agung, Al?" tanya Vony.

"Hanya memastikan, apakah benar gadis ini adalah penyihir jahat?"

"Namun, jika dia tidak bersalah. Maka, Putri Elisa lah yang akan mendapatkan hukuman, karena memfitnah orang tidak bersalah."

"Yang Mulia Kaisar, kenapa engkau bicara seperti itu kepadaku? Aku adalah calon permaisurimu. Kenapa kau ingin menghukumku? Apakah ini alasanmu saja ingin menyelamatkan wanita simpananmu ini!" cerca Elisa. Aldrich meradang mendengar gadis pujaannya di cela seperti itu.

"Lagipula,bukankah Kaisar boleh memiliki lebih dari satu pendamping,benar kan, Ayah?" tanya Aldrich kepada Gomaro yang sedari tadi duduk lemas di sebelah Vony, karena lelaki paruh baya itu kesehatannya semakin memburuk akhir-akhir ini.

"Memang benar, kau boleh memiliki selir," ujar Gomaro."Tapi, tidak sembarang orang bisa menjadi selir, ia juga harus memiliki kekuasaan, agar bisa memperluas wilayah kita,"sambungnya.

I'm Aurora (End) Onde histórias criam vida. Descubra agora