"Kenapa dengan diriku? Hatiku sakit mendengarnya,"batinnya lagi, apakah ia menyukai kaisar?.
"Aku sibuk!" Ketus Aldrich, bibir Elisa melengkung ke bawah mendapat penolakan.
"Mohon maaf mengganggu,Yang Mulia,hamba mohon undur diri,"pamit Aurora membuat kedua orang itu menoleh, Elisa mengiyakan, berbeda dengan Aldrich yang malah menatapnya tajam.
"Kau melangkahkan kakimu keluar, kepalamu akan di atas mejaku sekarang!"gertak Aldrich membuat badan tubuh Aurora menegang. Memangnya dia berbuat salah apa sampai ingin di penggal?.
"Al, dia hanya ingin keluar, kenapa kau sampai seperti itu?" Elisa tak habis pikir dengan ucapan Aldrich yang keterlaluan.
"Dia,pelayan pribadiku," Elisa mengernyitkan alisnya bingung, sejak kapan Aldrich memiliki pelayan pribadi.
"Sejak kapan?"tanya Elisa penasaran.
"Bukan urusanmu,"sahut Aldrich.
"Kau, keluar! "tudingnya kepada Elisa."Dan, kau tetap disini,"ujarnya kepada Aurora.
Elisa mengenalkan tangannya marah, kenapa ia bisa kalah dengan seorang pelayan.Ia ingat jika pelayan itu adalah orang yang dihukum oleh Aldrich.
"Apa jangan-jangan ia menggoda calon suaminya? Batin Elisa marah." Awas saja kau merebut Al dariku,"Elisa memandang Aurora remeh.
"Keluar!!" Ujar Aldrich menyadarkan Elisa dari lamunannya.Dengan kesal Elisa keuar dengan perasaan marah.
Pintu tertutup meninggalkan Aldrich dan Aurora dalam satu ruangan.Aldrich menudingkan jarinya maju mundur isyarat agar Aurora mendekat.
Aurora berjalan mendekat ke arah Aldrich"Ada perlu bantuan apa ,Yang Mulia?"ucapnya saat sudah di hadapan pria itu.
"Pijat bahuku."
"Baik ,Yang Mulia." Dengan senang hati Aurora melakukannya. Karena ia juga ingin sekali memegang bahu lebar milik Kaisarnya, karena terlihat nyaman jika berada di dekapannya.
Dengan cepat Aurora menghilangkan pikiran kotornya. Karena ia tak boleh kurang ajar kepada kaisarnya itu.
Aldrich merasa cukup tenang sekarang. Karena beban di bahunya yang terasa pegal mulai menghilang,karena pijatan Aurora yang sangat nikmat.
Tidak ada perbincangan yang keluar dari mulut mereka. Hanya keheningan dan suara lembaran kertas dan stempel yang terdengar. Aldrich harus menyelesaikan masalah ini secepatnya, karena kurang tiga hari lagi akan ada lomba berburu yang diikuti dari berbagai kerajaan dan Kekaisaran.
Aldrich menghubungi Evan lewat telepatinya, karena lelaki itu saat ini berada di perbatasan wilayah Kekaisaran Emerald.
"Bagaimana keadaan di sana?" tanya Aldrich.
"Saat ini cukup aman Yang Mulia, karena di berbagai titik Kekaisaran sudah di jaga oleh para penyihir putih dan juga ksatria, " Jawab Evan.
"Baiklah, pantau terus keadaan di sana!!" Titahnya mutlak.
"Baik Yang Mulia."
Aldrich memutuskan telepatinya dengan Evan, ia melirik jika Aurora terlihat kelelahan karena hampir dua jam gadis itu berdiri.
"Kau lelah?" Aurora bernafas lega saat Aldrich bertanya, karena tangan dan kakinya ingin lepas dari tempatnya sekarang.
"Tidak, Yang Mulia," Dusta Aurora, ia ingin jujur tapi takut di penggal.
"Oh, baiklah lanjutkan saja, aku kira kau lelah, jika lelah beristirahatlah, ternyata tidak." Aurora melongo mendengarnya, ia menyesal karena telah berbohong.
Dalam hati Aldrich, ia tertawa melihat gadisnya yang sudah merasa jengkel dengannya. Tetapi ,ia suka melihat raut wajah Aurora yang terlihat kesal, sangat lucu menurutnya.
"Sudahlah, kau istirahat saja," Katanya, bagaimanapun ia merasa kasihan kepaada Aurora, sudah cukup ia mengerjai gadisnya.
"Baik, Yang Mulia." Aurora perlahan mundur dan berjalan untuk duduk di salah satu kursi kosong yang berada di ruangan itu.
"Kau ikut berburu?" Tanya Aldrich.
"Iya, Yang Mulia, hamba sudah mendaftarkan diri dua hari yang lalu," Balasnya.
"Baiklah."
Hening.
Tak ada percakapan lagi diantara mereka. Aurora yang kelelahan perlahan tertidur, melihat itu Aldrich tersenyum kecil. Perlahan, ia mendekati Aurora, badannya membungkuk menyamakan tinggi nya dengan Aurora.
Cup.
Aldrich mencium kening Aurora lama. Tidur Aurora tidak terusik dengan tindakan Aldrich. Perlahan, ia menjauhkan badanya dari Aurora, ia menempelkan telunjuknya lalu mengusap kening gadisnya. Tidur Aurora semakin terlelap saat Aldrich melakukan hal itu, lalu perlahan Aldrich menggendong Aurora di depan, dan membaca sebuah mantra untuk berteleportasi ke kamarnya. Karena tidak mungkin jika ia harus keluar melalui lorong Kekaisaran, pasti banyak orang yang akan melihatnya.
Haiiii, thanks ya yang udah setia sama cerita I'm Aurora, dan maaf jika ceritanya kurang bagus.
Aku bakalan revisi ulang mulai bab 1,agar kalian semua dan teman baru yang mau baca cerita ini tambah nyaman.
Aku bakalan berusaha ngasih yang terbaik buat kalian semua, karena kalian adalah penyemangat aku.
Tanpa kalian ceritaku gak bakalan jadi apa-apa guys, oleh karena itu sesayang itu aku sama kalian.
Aku berusaha setiap hari up, atau dua hari sekali. Tapi jika aku lama gak up berarti aku ada masalah di real life aku.
Dan, sekali lagi thanks guys.
Love you all🥰.
Jangan lupa vote sama spam komen ya,
Biar aku tambah semangaaaaatt 45.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Aurora (End)
FantasyWarning!! Follow dulu sebelum baca, masih dalam tahap revisi, penulisan masih acak-acakan 😭🙏 Genre : Romansa - Fantasi - Thriller Aurora Syntra Queela, satu-satunya gadis yang lahir di bawah cahaya bulan purnama merah. Sebuah kelahiran yang memba...
Part 26
Mulai dari awal
