"Kenapa larimu seperti siput, Rora?"ejek Draco.
"Hah...hah..Hey, kau tidak lihat? Hah...hah, aku sudah berlari secepat ini tapi masih mengejekku seperti siput, hah...hah...hah."
Padahal dia sudah mengerahkan seluruh tenaganya untuk berlari mengejar Naga itu. Tetapi tentu saja dirinya kalah karena ia hanya manusia biasa yang mempunyai dua kaki.
"Ck, lemah," cibir Draco-membuat Aurora memutar bola matanya malas.
"Kau harus bisa berlari lebih cepat, jika kau ingin menguasai ilmu terbang," lanjutnya
"Baiklah," katanya sembari menghela napas pasrah. Karena, tidak ada yang bisa ia lakukan selain mematuhi ucapan guru besarnya itu.
"Draco."
"Hmmm?"
"Apakah boleh aku bertemu dengan sahabatku, Sila?" tanyanya penuh harap.
"Tidak!" jawabnnya, yang membuat Aurora sedih. Karena ia sangat merindukan sahabatnya itu.
"Tapi, kenapa?"
"Selesaikan ilmu terbangmu dulu, baru kau boleh menemuinya kembali."
"Baik, akan kulakukan!" ujar Aurora penuh semangat.
"Ayo latihan lagi!" Gadis itu bangkit dari duduknya, lalu membersihkan pakaiannya karena tanah yang menempel.
"Tadahkan tanganmu!" Aurora menuruti ucapan Draco. Perlahan naga itu meneteskan air liurnya ke arah tangan Aurora. Gadis itu tidak merasa jijik, karena air liur Draco sangat harum seperti bunga mawar.
"Usapkan ke kepala, tangan, dan kakimu!" perintahnya, yang langsung dilakukan oleh Aurora. Seketika, badannya seperti dibakar karena rasa panas menjalar dalam tubuhnya, dan ia merasa tubuhnya sangat ringan sekarang. Rasa pegal dalam tubuhnya seakan sirna.
"Aku sudah melihat kemampuanmu berlari, ternyata kau cukup cepat jika dinilai dari kemampuan manusia."
Nah, kan benar! Sebenarnya Aurora memang bukan seperti siput, karena di dunianya yang dulu ia adalah seorang atlet lari semasa sekolah.
"Tapi...kau tidak bisa mengosongkan dan memfokuskan pikiranmu secara bersamaan. Otakmu penuh dengan pertanyaan yang tidak bermutu."
Memang benar! Bukankah hal itu sangat wajar karena otak manusia selalu bekerja, dan memikirkan hal yang tak penting hingga penting kan?
"Pikiranmu salah! Jika kau ingin belajar terbang, kau harus memiliki kefokusan yang stabil dalam keadaan apapun itu. Karena dengan hal itu...kau bisa merasakan keringanan dalam dirimu sehingga beban dalam tubuhmu hilang."
"Lalu apa yang harus kulakukan?"
"Konsentrasi!"
Tanpa aba-aba, Draco mengangkat tubuh Aurora untuk terbang ke atas langit, membuat gadis itu memekik. Kakinya terasa lemas sekarang saat melihat di bawah sana. Ia melihat pegasus yang terbang dengan santainya, sedangkan ia melayang di udara dengan bantuan sihir Draco.
"Kau sudah hafal mantra terbang yang ku beritahu kan?" Gadis itu menganggukan kepalanya.
Wushhhh!
Draco melepaskan sihirnya membuat Aurora terjun bebas dari atas langit.
"KYAAAAAA!!! TOLONG AKUUU!!" pekiknya tajam. Berharap Draco membantunya.
"Kosongkan dan fokuskan pikiranmu jika tubuhmu seringan kapas, dan bacalah mantra terbang." Suara Draco melenggang di telinga Aurora. Seakan terhipnotis... Aurora mencoba mengosongkan dan memfokuskan dirinya, jika ia adalah sebuah kapas yang ringan. Namun, gagal, ia masih terjun bebas. Matanya yang awalnya terpejam sekarang sudah terbuka sempurna. Kurang sedikit lagi ia akan menghantam tanah. Namun, ia tak putus asa dan kurang lima meter lagi ia akan jatuh bebas menghantam tanah.
YOU ARE READING
I'm Aurora (End)
FantasyWarning!! Follow dulu sebelum baca, masih dalam tahap revisi, penulisan masih acak-acakan 😭🙏 Genre : Romansa - Fantasi - Thriller Aurora Syntra Queela, satu-satunya gadis yang lahir di bawah cahaya bulan purnama merah. Sebuah kelahiran yang memba...
