Karena di detik berikutnya ekor pari itu menusuk mata besar Maui, membuatnya meraung dan berteriak kesakitan. Tehere menyadari dia adalah pelatih Hahai Rake.

Namun, ia tak sendiri. Seekor pari lain mulai bergabung dan menyerang Maui. Sekelompok pari ekor cambuk masuk dan menyerang Maui, menusukkan ekor beracun mereka ke bekas-bekas luka Maui. Ia tak bisa melakukan perlawanan balik, racun mereka langsung menyebar, melumpuhkan seluruh pergerakan Maui hingga dia ikut terjatuh ke dasar.

"Astaga ... itu benar-benar intens ...," bisik Poha.

"Apa dia mati?" tanya Tehere.

"Tidak, dia hanya lumpuh, tetapi jika sial dia akan mati," jawab pari manta itu.

Tepat setelah itu, seekor lumba-lumba muncul dari permukaan, melesat dengan cepat ke bawah, tepat di tengah-tengah tubuh Maui dan juga Matau. Setiap ikan pari yang ada di sana sontak memberi ruang karena tahu lumba-lumba itu adalah pemimpin mereka sekarang.

"Apa yang terjadi di sini? Ada apa dengan mereka berdua?"

"Akan kujelaskan nanti, Nyonya Perdana Menteri," kata Matau di bawah sana. "Aku perlu memulihkan diri sejenak."

"Aku bisa menjelaskannya." Tehere maju ke hadapan Kartikeya, tatapannya tajam dan tegas. "Maui mengakui kalau ia yang memberitahu setiap orca di Solaris untuk membunuh semua hiu, dan dia juga yang memakan habis tubuh hiu Tiaki yang dibunuh oleh manusia."

Kartikeya tampak tersentak, bersama ikan-ikan pari dan semua makhluk lain yang kini memberanikan diri untuk mendekat setelah Maui berhasil dilumpuhkan.

"Jadi memang bukan para hiu yang melakukannya."

"Tidak satupun hiu yang membunuh Tuan Ariki. Yang Mulia dibunuh oleh manusia. Manusia mengambil kepala Tuan Ariki dan sirip para hiu Tiaki, tetapi semua tubuh hiu tergeletak di luar istana, tetapi kemudian mereka semua menghilang."

"Dan kami menemukannya," sambung Poha. Ia akhirnya ikut berenang di samping Tehere, siap untuk mengungkapkan kebenarannya. "Di gua padang lamun dekat istana."

"Dan hanya ada satu ikan di Solaris yang suka menghabiskan waktunya di padang lamun," ujar Tehere, tatapannya masih belum berpindah dari Kartikeya.

"Siapa yang memanggil manusia kemari, Kartikeya ...?" sambung Tehere, beberapa ikan terperangah mendengarnya memanggil lumba-lumba itu tanpa gelar perdana menteri, tetapi Kartikeya hanya tersenyum.

"Kau bekerja sama dengan Maui. Kau juga ingin mengusir hiu di Solaris," terang Tehere. "Catatanmu menuliskan banyak hal tentang kebencianmu terhadap hiu. Misalnya predasi kelompok hiu terhadap seekor lumba-lumba di catatan perjalananmu yang ke dua puluh tiga."

Akhirnya mereka semua sadar apa yang Tehere maksudkan. Matau sekalipun tak percaya kalau Kartikeya juga ada di balik semua ini.

"Kau memanggil manusia ... untuk membunuh Tuan Ariki?" ujar Matau tak percaya. "Kau monster ...."

"Tidak ...," balas Kartikeya dengan tenang. "Aku memanggilnya bukan hanya untuk membunuh Ariki."

Sebuah siluet gelap kemudian muncul di atas mereka. Semua ikan mendongak, kecuali Kartikeya. Saat itu Tehere dan lainnya hanya menyaksikan jauh di atas sana terdapat sebuah benda besar yang sepertinya mengapung di permukaan.

Namun, Samsara tahu benda apa itu. "Kapal ...."

Kemudian beberapa objek kecil turun ke bawah. Semakin lama semakin besar. Tehere melihat benda itu bergerak. Tidak, berenang. Menggunakan dua sirip, dan memiliki dua ekor. Di punggungnya menempel sesuatu yang besar dan berbentuk seperti karang.

Apex et AppendixWhere stories live. Discover now