Setiap detiknya bau amonia mulai menyakiti insang mereka. Bagi duri bulu babi yang mengiris-iris setiap bagian kecil dan sensitif di dalam organ penciuman mereka. Pada awalnya tak ada yang mampu menggerakkan sirip ataupun ekor setelah menemukan beberapa karkas besar di bawah laut, tetapi bau khas urea mulai mengganggu dan mereka terpaksa menjauh.
"Itu hiu Tiaki," kata Marino sambil menaruh kedua siripnya di depan kepala. "Tulang rawannya sudah membusuk."
Sebenarnya Poha sudah sadar kalau itu adalah karkas yang tersisa dari para hiu hanya karena melihat beberapa kulit keras masih menempel di rangka yang besar tersebut. Ia juga sangat sepakat dengan Marino kalau mereka adalah hiu Tiaki yang selama ini dicari oleh Tehere. Bukan karena Poha tahu seperti apa struktur tulang ikan hiu dan mana yang akan rapuh pertama kali.
Melainkan karena setiap hiu yang mati di hari Kematian Perdana Menteri Orca sudah dikirimkan ke pusat Kementerian Keuangan Karnivora. Jadi bangkai yang tersisa di dalam gua tersebut pastinya berasal dari hiu Tiaki. Jumlah mereka juga pas.
"Misteri terpecahkan ...," ujar Marino lagi. "Sudah jelas kalau bukan para hiu yang membunuh Tuan Ariki. Sirip mereka hilang, seperti yang Tehere bilang.
"Tapi siapa yang membawa mereka kemari kalau begitu?" tanya Rake, ekornya bergerak-gerak karena gelisah.
"Lihatlah tempat ini. Kurasa jawabannya sudah jelas," kata Marino. Rake dan juga Poha melihat lagi ke dalam gua, dan mereka tak mengerti. Itu karena yang Marino maksud bukanlah gua yang berisi karkas-karkas itu, melainkan padang lamun yang berada di atasnya.
Namun, Rake dan Poha masih belum mengerti.
"Bisa langsung jelaskan saja? Beberapa dari kita tidak cerdas sepertimu," keluh Poha, yang lebih kesal dengan bau urea menyengat.
Bukan Marino yang menjelaskan pada akhirnya, melainkan Samsara yang terlihat lebih tenang dan tak sedikitpun terguncang atas penemuan tubuh mati di dalam gua. "Hanya ada beberapa jenis makhluk yang menghabiskan waktunya di padang lamun. Penyu dan ikan dugong adalah salah satunya. Namun, penyu sudah memiliki tempatnya sendiri di atas sana. Sementara itu ikan dugong terakhir kali terlihat di Solaris sekitar delapan tahun lalu. Aku tahu karena pasangan jiwa ikan dugong itu—"
"Bisa langsung ke intinya saja? Siapa yang membawa mereka—" Rake tak menyelesaikan ucapannya, itu karena dia akhirnya tahu. Mereka semua akhirnya tahu.
Hanya ada satu spesies lain yang menghabiskan banyak waktunya di padang lamun, dan mereka bukan paus orca.
Dengan penuh ketakutan, Rake melihat puncak istana yang terlihat jelas dari tempatnya sekarang. "Kurasa aku tahu di mana Tehere saat ini ...."
"Apa? Di mana?" tanya Poha, tetapi Rake sudah melesat pergi menuju istana, meninggalkan teman-temannya.
"Haruskah kita mengikutinya?" kata Samsara.
***
Tehere merasa sesuatu mengganjal tenggorokannya, tetapi dia belum banyak makan sejak pasang tertinggi terakhir. Tidak bahkan plankton terkecil sekalipun. Kehadiran Maui di dalam sana lah yang membuatnya cemas.
Atau ketakutan ....
"Jadi itu kau ... kenapa yah, aku tidak terkejut ...?" kata Tehere, berusaha menyembunyikan getaran di balik suaranya, tetapi meski begitu Maui tahu Tehere sangat gelisah.
"Berhenti berpura-pura, ikan kecil. Aku tahu kau ketakutan ...," balas Maui.
"Kau kira aku takut pada kematian?" tantang Tehere dengan seringai, tetapi mulut Maui terbuka lebih lebar lagi. Tiba-tiba saja dia membenturkan kepalanya ke susunan karang di hadapannya dan sontak membuat tidak hanya Tehere mundur, tetapi juga Huri. Satu-satunya yang tidak terpengaruh hanyalah Uriel yang masih terus berenang melingkar di atas sana.
YOU ARE READING
Apex et Appendix
Adventure(3rd Place In Daily Clover Marathon 2025) Yang mereka tahu, hiu adalah predator di lautan, tetapi yang tinggal di distrik Solaris lebih tahu kalau yang teratas adalah dari kalangan orca. Spesies yang kejam dan otoriter, tak segan menghabisi setiap i...
