Chapter 7

29 17 0
                                        

Sekitar lima belas kilatan berikutnya, Tehere berenang kembali menuju kamar pengarahan. Seperti biasa, pengarahan pertama hanya akan dilaksanakan untuk Tiaki saja dan Piri baru diperbolehkan masuk di sisa kilatan terakhir.

Sebenarnya Piri akan dikabari lewat gelembung jika sudah dipersilahkan masuk, tetapi Tehere menghitung sudah cukup lama dirinya berdiam diri di aula. Jadi Tehere berinisiatif untuk langsung masuk saja.

Di lorong rasanya jadi lebih hening daripada biasanya. Tak ada ikan-ikan yang berenang lalu. Lumba-lumba yang dilihatnya tadi juga sudah tidak ada. Lalu dia mulai mendengarkan suara saat semakin dekat dengan kamar pengarahan. Semula hanya samar-samar, dan tak lama Tehere menyadari adanya nada kepanikan.

Suara itu semakin lama semakin jelas. Itu Mako! Hiu putih yang gagah itu tengah merintih dan memohon. Tehere tahu sesuatu yang salah baru saja terjadi, jadi dia bergegas berenang. Lalu Tehere merasakan itu di penciumannya.

Darah.

"Apa yang ...." Kini ekornya bergerak ragu. Kecepatan renang Tehere melambat. Dia jadi berhati-hati saat mendekati kamar. Suara Mako sekarang dapat terdengar jelas sekarang. Hiu putih itu terisak kencang. Namun, Tehere masih belum tahu apa yang terjadi.

Lalu sebuah kilatan cahaya masuk ke matanya, membutakannya sementara, tetapi matanya pulih dengan cepat. Ada suara gelembung-gelembung yang pecah di dekatnya. Tehere tahu itu ada di belakangnya, atau lebih tepatnya di balik etalase jendela istana. Tehere mengintip dari tempatnya, dan seluruh sisiknya serasa akan rontok.

Dia belum pernah melihat mahluk yang seperti itu. Dia berukuran sangat besar, kira-kira seperti Talis. Seluruh tubuhnya serba hitam, terdapat sesuatu yang aneh menempel di belakang tubuhnya, gaya berenangnya sangat aneh, kepalanya bulat mirip seperti penyu, dan makhluk itu punya dua ekor yang bergerak timbal balik! Ada sesuatu yang menyala di salah satu siripnya. Pasti itulah cahaya yang membutakan Tehere. Namun, ikan seperti apa yang bisa mengeluarkan cahaya seterang itu? Sudah jelas makhluk itu bukan ikan, atau penyu, atau makhluk apapun yang pernah Tehere lihat di Solaris.

Namun, yang membuat Tehere sangat terkejut adalah karena ada makhluk itu tidak sendiri, mereka berdua. Salah satunya tidak memiliki cahaya di siripnya, tetapi dia membawa sesuatu yang lain lagi. Terlihat tajam seperti duri bulu babi, tetapi lebih besar. Lebih daripada itu, Tehere bisa mencium aroma darah yang pekat dari mereka berdua.

Dan akhirnya Tehere tahu darimana asalnya setelah kawanan makhluk aneh itu berkumpul, sekarang mereka ada lima ekor. Lalu Tehere bahkan tak bisa lagi memperhatikan dengan baik karena dia sontak merasa mual.

Dia melihat salah satu makhluk aneh itu membawa kepala paus orca yang masih mengeluarkan jejak darah, sementara yang lainnya membawa sirip hiu.

Setelah makhluk-makhluk itu akhirnya berenang semakin jauh dari istana, Tehere bergegas masuk ke kamar pengarahan, dan ikan remora itu benar-benar terperanjat. Seluruh kamar berwarna merah, jejak darah ada di mana-mana, tubuh para paus orca tergeletak di dasar istana, dan di ujung sana dia bisa melihat seonggok tubuh tanpa kepala, dan melihat besarnya tubuh tersebut, Tehere tahu itu adalah Perdana Menteri Orca.

Tehere mendengarkan suara rintihan Mako sekali lagi, dan kali ini sudah semakin pelan. Hanya saja hiu putih itu tak terlihat di manapun. Kemana dia? Dia menutup matanya, mencoba untuk memfokuskan instingnya hanya pada pendengaran saja, dan mengabaikan segala macam bau-bauan di sekitarnya.

Ketika dia membuka mata, Tehere merasa dirinya dapat melihat ada sebuah jejak panjang berwarna merah yang berbeda, mengalir seperti arus tenang dari dalam istana menuju ke luar, melewati sebuah etalase raksasa. Mungkin dari sana lah makhluk-makhluk aneh itu masuk dan keluar.

Apex et AppendixTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon