Anok sudah berenang cukup jauh dari habitat para hiu pemotong kue itu. Hal itu sengaja dilakukan karena mereka adalah jenis ikan dengan penglihatan yang buruk. Anok menggiringnya sejauh mungkin agar mereka kesulitan untuk pulang.
Dengan santai Anok berenang kembali untuk melihat bagaimana Talis menyelesaikan perburuannya. Ia sangat berharap hiu jantan itu bisa mendapatkan banyak hiu hamil untuk diambil telurnya.
Hingga semua harapan itu pupus saat dia bisa membaui darah di sekitar perairan. Awalnya dia pikir Talis gagal, sejak awal dia memang tidak yakin dengan kemampuan berburu Talis, terutama karena dia adalah hiu abu-abu yang berasal dari Solaris. Tempat yang terkenal dengan keramahan dan caranya memanjakan semua ikan, termasuk karnivora.
Talis mungkin sudah mati kehabisan darah karena diserang puluhan hiu pemotong kue. Mangsa berbalik jadi pemburu. Anok sekilas melihat kilau terang yang kemudian ia sadari berasal dari batu bercahaya milik Talis. Ia bergegas mengikuti cahaya tersebut dan justru menemukan benda itu tergeletak di dasar, dengan seekor hiu tak sadarkan diri tergeletak di sampingnya.
Sementara Talis tak terlihat di manapun, tetapi bau darah tercium lebih kuat di sini. Apa mungkin Talis melarikan diri setelah dikalahkan oleh hiu pemotong kue?
Lalu Anok merasakan gerakan arus yang cepat di dekatnya. Ekornya menegang saat dirinya bersiap-siap untuk serangan. Tepat di belakangnya, seekor ikan melesat ke arahnya, tetapi Anok sudah sangat terlatih dengan kondisi di zona batial. Dengan sigap, hiu itu berbalik dan siap menyerang dengan moncongnya.
Anok malah tersentak begitu tahu ikan yang akan menyerangnya; yang telah membuka mulutnya dengan sangat lebar, adalah hiu abu-abu yang dia pikir sudah dikalahkan. "Talis?!"
Sontak saja Talis menutup rahangnya lagi, mata hitamnya seolah mengecil begitu sadar, seakan jiwa predatornya yang telah menguasai dirinya sekitar beberapa kilatan lalu sudah pergi, dan mengembalikan Talis ke keadaan semula.
"Anok?" Seakan Talis memang bukan dirinya tadi, ia terkejut begitu menyadari semua hiu yang menyerangnya tadi sudah hilang, tetapi dengan cepat ia juga tahu kalau dirinya lah yang baru saja memakan semua hiu itu.
Dan Anok juga menyadari itu. Meski hampir sekujur tubuh Talis dipenuhi dengan luka berbentuk lingkaran kecil, tetapi lewat caranya berenang secepat itu, Anok tahu Talis baru saja dikuasai oleh adrenalin.
Lebih dari pada itu, Anok bisa mencium bau darah dari mulut Talis. Langsung saja dia menggerutu kesal pada hiu jantan itu.
"Kau baru saja makan sendirian, kan?" ucapnya dengan penuh penekanan.
"Uh ... dengar. Aku bisa menjelaskannya ...," balas Talis sambil menyeringai, tetapi Anok benar-benar marah saat ini. Talis mundur perlahan hingga ekornya menabrak batu karang, tepat di mana batu bercahayanya terjatuh tadi.
"Dasar idiot! Aku membawamu kemari bukan untuk makan sendirian!"
"Mereka tak berhenti menyerangku. Kau tidak lihat bagaimana mereka melubangi tubuhku? Aku terpaksa."
"Sekarang bagaimana kau akan membayar Takuta atau Mara? Bagaimana caranya kita bisa memberi makan Apis? Apa yang akan aku makan sekarang?!"
"Aku ... aku minta maaf ...," kata Talis dengan sangat menyesal. Kepalanya tunduk, dan melihat ikan yang tadi diserangnya masih ada di sana. Talis ingin berkata kalau dia masih menyisakan satu dan berharap itu dapat membuat Anok memaafkannya. Namun, dibanding puluhan ekor hiu—dan beberapa hamil besar—yang dimakannya, seekor tidak akan cukup.
Lagipula, tanpa harus berkata apapun, Anok turun sendiri ke bawah, dan mengambil hiu yang pingsan itu dengan siripnya. Lalu ia tiba-tiba menyadari satu hal. "Siapa itu Apis?"
YOU ARE READING
Apex et Appendix
Adventure(3rd Place In Daily Clover Marathon 2025) Yang mereka tahu, hiu adalah predator di lautan, tetapi yang tinggal di distrik Solaris lebih tahu kalau yang teratas adalah dari kalangan orca. Spesies yang kejam dan otoriter, tak segan menghabisi setiap i...
