Chapter 27

23 15 0
                                        

Saat Tehere membuka matanya, ia menemukan dirinya berada di dalam istana. Walaupun di antara semua bagian istana, tempatnya terbangun adalah satu dari sekian bagian terburuk yang ada di Solaris. Tehere tahu dirinya di dalam istana karena hanya tempat itu yang memiliki penjara karang.

"Wah, sudah bangun ternyata."

Tehere berbalik, mendapati dirinya tidaklah sendirian di dalam sana. Ia bahkan tidak tahu ada dua ekor ikan yang menemaninya hingga salah satu dari mereka bersuara.

"Mackerel ...?"

"Kami juga punya nama, tahu," kata ikan yang memanggil Tehere. "Aku Huri, temanku yang di atas itu bernama Uriel."

Tehere tahu nama itu. Mereka adalah ikan yang menanyainya setelah pembunuhan Tuan Ariki. Dia mendongak, menyaksikan ikan mackerel yang ada di atas sana terus berenang dalam bentuk lingkaran. Sama seperti saat Tehere diinterogasi. Huri akan menanyakan pertanyaan, dan Uriel akan berputar tanpa henti.

Melihatnya terus berenang tanpa lelah membuat Tehere berpikir mungkin ikan itu sudah gila, tetapi dia tak berani mengungkapkannya. Namun, seolah bisa membaca isi hati Tehere, Huri malah berkata, "Ya, kurasa dia sudah gila."

Mata kecil Tehere melebar. Entah mana yang membuatnya terkejut. Cara para mackerel selalu mampu melihat isi kepala setiap ikan, atau Tehere yang sadar Uriel memang sudah kehilangan akal sehatnya.

Huri melanjutkan. "Kami sudah dikurung di sini selama lima hari. Uriel mulai berenang seperti itu sejak hari ketiga." Ikan mackerel itu kemudian menatap Tehere. "Aku ingat kau, Tehere Tautoko."

"Aku juga mengingat kalian berdua," ujar Tehere. "Tetapi kenapa kalian dikurung di sini?"

"Aku bisa menanyakan hal yang sama," balas Huri. "Walau aku sudah tahu kenapa kau di sini."

"Aku tidak tahu apa mackerel memang bisa membaca isi kepala setiap ikan, tetapi aku bahkan tak tahu kenapa aku malah terbangun di dalam penjara karang istana, bersama dua ekor mackerel yang salah satunya sudah gila."

Sirip Huri terangkat. "Sungguh? Wah. Memangnya apa yang terjadi sebelum kau berada di sini?"

Ingatan Tehere sedikit kabur, tetapi dia masih bisa mengingatnya. Setelah pelantikan Kartikeya menjadi Perdana Menteri, dia berkumpul bersama ketiga temannya untuk membahas rencana penyelidikan berikutnya. Tehere bersikeras ingin mencari petunjuk di dalam istana sementara teman-temannya ingin agar dia berhenti saja. Tehere yang marah dan kecewa akhirnya pergi.

Lalu apa setelah itu? Tehere tak bisa mengingatnya. Semuanya jadi gelap setelah ia pergi dari sana. Namun, Tehere sudah di dalam istana sekarang, di dalam penjara karang. Apa dia ditahan karena menerobos masuk ke dalam istana? Tehere menggeleng. Tidak. Setelah dari sana Tehere seharusnya pulang. Tehere singgah di suatu tempat. Itu dia. Kawasan hiu. Tehere berdiam diri di sana untuk beberapa saat sebelum seekor ikan memukulnya dan membuatnya pingsan.

"Maui yang membawamu kemari," kata Huri. Tehere sontak menatapnya heran.

"Apa?"

"Maui. Pengawal perdana menteri. Paus orca itu."

"Dia mengatakan kejujuran," ujar Uriel tiba-tiba. Bahkan Huri tak menyangka temannya pada akhirnya akan berbicara setelah sekian lama, meski dia masih belum berhenti berputar-putar.

Tehere tak mempercayainya. Jadi Maui yang menyerangnya di kawasan hiu dan membawanya kemari, tetapi kenapa? Lalu seolah Roh Laut baru saja membalas nyanyiannya, kedua sirip Tehere menegang.

"Tidak mungkin ...," gumamnya, tetapi Huri masih bisa mendengarnya.

"Mackerel tidak bisa berbohong, dan akan selalu tahu saat ikan lain berbohong," ujarnya, tetapi sebenarnya yang Tehere maksudkan bukanlah fakta bahwa Maui yang membawanya kemari, tetapi kenapa dia dibawa kemari.

Apex et AppendixWhere stories live. Discover now