Talis belum pernah berburu sebelumnya. Di Solaris, semuanya bisa didapatkan dengan mudah, termasuk makanan. Kementerian Pangan Karnivora selalu memiliki daging olahan yang bagi Talis masih menjadi misteri dari mana asalnya. Masalahnya, Talis tak memberitahukan kemampuan berburunya pada Anok.
Hiu betina itu membawanya pada Mara sekali lagi. Seperti kebanyakan ikan pada umumnya, Mara juga tinggal di sebuah karang mati. Awalnya Talis pikir Mara juga akan ikut berburu, tetapi ternyata ikan itu hanya memberinya sebuah batu.
"Apa ini akan membantu kita berburu?"
Lalu Mara memintanya untuk menggosok batu itu. Talis tidak mengerti, tetapi sesuai perintahnya dia menyapu siripnya di atas batu kecil itu yang setelah beberapa saat mengeluarkan cahaya terang. Kurang lebih sama terangnya dengan milik Mara.
"Inilah pekerjaanku di Abyss. Menjual bakteri bercahaya."
"Kukira tadi kau juga akan ikut berburu dengan kami," ujar Talis sambil dan mematikan nyala batu itu dengan menggosoknya sekali lagi.
"Untuk apa berburu kalau aku bisa mendapatkan banyak telur dari bisnis ini?" Ikan itu tersenyum lagi. Meski ukuran tubuhnya sangat kecil, tetapi gigi-gigi tajam itu mungkin telah membunuh lebih banyak ikan daripada yang bisa Talis hitung.
"Jadi ... kita juga harus membawakan Mara telur ikan?" Talis beralih pada Anok yang dengan santai menunggu di belakangnya.
"Kecuali kau tidak butuh cahaya, maka kita hanya perlu membawa cukup telur untuk kita berdua dan juga Takuta."
Talis kembali pada Mara. "Kenapa tidak ikut saja dengan kami dan kita bisa makan bersama-sama?"
"Kalian ikan-ikan neritik memang keras kepala. Aku tidak suka berburu. Aku juga punya ... sedikit masalah dengan ikan pemotong kue ...."
Talis teringat, saat itu Anok yang mengusir hiu pemotong kue yang menyerangnya saat itu. Sementara Mara bersembunyi dan baru muncul setelah semuanya aman. Mungkin karena ukuran tubuhnya membuat Mara jadi spesies yang lebih empuk di Abyss.
Anok menghela napas dan menuntun Talis untuk segera pergi. "Akan kami bayar nanti, Mara."
"Senang berbisnis dengan kalian, hiu baik hati."
Berkat bantuan batu bercahaya itu, Talis bisa melihat dengan lebih baik. Anok berenang di sampingnya, mengantarnya pada target buruan mereka. Ia masih belum memberitahu Anok kalau ini adalah perburuan pertamanya. Terlebih lagi mereka akan berburu telur hiu pemotong kue.
Tak ada yang bersuara sepanjang perenangan mereka, dan sejujurnya itu membuat Talis gelisah. Ia benar-benar tak mengerti dengan ikan-ikan pendiam. Bagaimana caranya bertahan hidup di lautan tanpa berkomunikasi? Sesekali ia melirik Anok, memperhatikan wajahnya yang tenang tetapi terlihat tegas. Talis berharap saat itu dirinya bisa melihat isi kepala Anok dan mencari tahu apa yang tengah dipikirkannya.
Rasa bosan mengalahkannya. Talis akhirnya memberanikan diri untuk bertanya. "Jadi ... bagaimana kau bisa ada di Abyss?"
Anok hanya terdiam, tetapi Talis tidak menyerah sedikitpun. "Kau juga hiu abu-abu, kan? Kau pasti berasal dari zona neritik sepertiku."
Tak ada tanggapan. Gelembung-gelembung pasrah lolos dari insang Talis. "Baiklah ... kau tidak suka bercerita."
Kesunyian itu kembali dengan cepat, tetapi hanya sebentar karena Anok pada akhirnya membuka mulutnya.
"Lubion," katanya dan membuat Talis terperangah. "Aku dari Lubion ...."
Talis tidak tahu di mana Lubion berada, tetapi ia pernah mendengar cerita tentang distrik itu dari ayahnya. "Di tempat itu hanya ada sedikit karnivora. Perdana Menterinya saja seekor pari manta."
YOU ARE READING
Apex et Appendix
Adventure(3rd Place In Daily Clover Marathon 2025) Yang mereka tahu, hiu adalah predator di lautan, tetapi yang tinggal di distrik Solaris lebih tahu kalau yang teratas adalah dari kalangan orca. Spesies yang kejam dan otoriter, tak segan menghabisi setiap i...
