"Jangan konyol, seekor paus sperma baru saja dihabisi oleh sekelompok cumi-cumi," ujar Mara. "Mereka akan membunuhmu dengan mudah."
"Omong-omong di mana pacarmu?" tanya Takuta. Talis sebenarnya ingin protes dengan kata tersebut, tetapi Talis mengurungkan diri.
"Bersama adiknya," kata Talis murung.
"Ada apa denganmu, hiu besar?" Neri tiba-tiba sudah berada di sampingnya. "Kau terdengar kesal ...."
Talis menghela napas panjang. Dia ingin pergi sekarang sebelum kondisi di Abyss menjadi lebih parah. Walaupun Talis tak menyangka ada makhluk raksasa yang sudah dihabisi di hari pertama. Namun, bagaimana menjelaskan itu pada mereka? Walaupun Talis tahu, tidak ada yang melarangnya untuk pergi sekarang.
"Aku ...." Talis mendongak, dan melihat salah satu makhluk dengan warna hijau muda berada di sana. Berenang dengan panik menghindari setiap ikan dan predator yang sedang bertarung. "Astaga! Apa yang dia lakukan di sana?!"
Ketika Mara dan Takuta ikut melihat keluar, mereka menemukan seekor penyu yang berteriak ketakutan. Di kibasan sirip berikutnya, Talis sudah berada di sana, berusaha menyelamatkan penyu itu.
***
Pertarungan antara Maui dan Matau selesai. Sekali lagi darah memenuhi pusat distrik Solaris, dan kondisinya tidak jauh lebih buruk ketika puluhan paus orca membunuh setiap hiu yang mereka temukan. Meski hanya ada dua ikan yang saling bertarung, tetapi kerusakan terjadi di mana-mana. Istana karang Solaris dihancurkan, dan tubuh seekor paus kini terhempas di daratan, siap dijemput oleh Roh Laut.
"Jadi ini yang kau inginkan ...," kata Matau, menyadari ia tak lagi bisa kemana-mana. Ekornya koyak, kedua siripnya patah, nyaris sekujur tubuhnya dipenuhi bekas gigitan yang terus mengeluarkan darah segar. Sementara Maui masih bisa berenang meski desah insangnya bergerak dengan cepat. Matau kalah, tetapi Maui juga babak belur. "Revolusi. Itu yang kau inginkan? Menciptakan ketakutan bagi setiap ikan? Menunjukkan pada semua ikan bahwa paus orca akan selalu jadi yang terkuat ...?"
"Matilah ... dengan tenang ...," balas Maui. Moncong besarnya sudah bergerak turun, siap untuk memakan habis saudaranya. Kanibalisme tak pernah ada di dalam kamusnya, tetapi hari ini Maui akan melakukannya.
"Maui!" Hingga sebuah suara kecil menghentikannya. Suara kecil yang tidak asing lagi baginya, karena suara itu yang terus-terusan mengganggu dan membuatnya kesal.
"Tehere Tautoko ...," geram Maui dan berbalik. Menemukan Tehere bersama seekor penyu, ikan buntal, dan ikan mackerel.
"Apa yang kau lakukan di sini? Pergilah!" teriak Matau di bawah sana. "Dia tidak akan segan memakanmu."
"Coba saja kalau berani!" tantang Tehere. "Kau tidak sadar kalau kau ada di pusat distrik saat ini? Semua ikan bisa melihatmu sekarang. Tanpa harus menjelaskan pun, mereka sudah tahu kebenarannya. Kalau selama ini kau lah yang mengatur semuanya. Kau yang mengatur penyerangan hiu pada setiap spesiesmu."
Lalu Maui berputar, melihat sekitarnya. Setiap ikan dari yang berukuran kecil sampai besar, dari yang memiliki sirip, tentakel, dan cangkang, mereka semua sedang memperhatikan dari tempat aman. Beberapa ikan tampak baru saja keluar dari persembunyian dan mulai menyaksikan dari dekat.
Namun, Maui malah tertawa. "Lalu kenapa? Tidak ada satupun dari kalian yang pantas untuk hidup di Solaris! Hanya paus orca yang pantas berada di lautan! Kalian semua tidak dibutuhkan! Kalian semua lemah!"
Lalu Maui kembali pada Tehere. "Kau yang akan pertama kumakan hari ini, ikan kecil," katanya, kemudian menoleh pada Matau. "Kemudian kau, lalu—" Saat Maui ingin melihat ke arah ikan lain di dekatnya, seekor pari manta tiba-tiba saja berada di hadapannya. Ia tak menyadari hal tersebut, dan Maui tak sempat melakukan apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apex et Appendix
Adventure(3rd Place In Daily Clover Marathon 2025) Yang mereka tahu, hiu adalah predator di lautan, tetapi yang tinggal di distrik Solaris lebih tahu kalau yang teratas adalah dari kalangan orca. Spesies yang kejam dan otoriter, tak segan menghabisi setiap i...
Chapter 30 (End)
Mulai dari awal
