"Saat itu terjadi, mau tidak mau kita akan keluar dari sini dan memangsa setiap mangsa yang terpancing cahaya," ujar Mara sambil menyeringai. "Jangan tersinggung, Talis. Di dalam Karam, kau dan Anok lah apex tertinggi. Aku tidak akan mau kalian berdua memakanku. Aku lebih baik mati di luar sana, tetapi menjadi predator, daripada mati di sini sebagai mangsa."

"Kami tidak akan memakanmu, Mara. Kan, Anok?" kata Talis, tetapi Anok tak menambahkan apapun. Dia hanya sibuk berenang mondar-mandir, entah apapun yang ada dipikirannya saat ini.

"Intinya tidak akan ada yang saling memakan di dalam sini. Aku tidak akan memakanmu, Takuta, dan Neri."

"Untuk apa juga kau memakan ubur-ubur? Kau bisa mati keracunan," balas Neri yang berenang dengan tenang di samping Takuta. Semuanya terlihat terkendali bagi Talis, sampai setidaknya beberapa ikan lentera berhasil masuk ke dalam. Sayangnya tak ada satupun dari mereka yang ingin memakan ikan tersebut sampai Takuta berteriak.

"Keluar dari sini dasar hama!" Takuta menarik tubuh mereka dengan kedelapan tentakelnya, dan melemparkannya keluar lewat lubang. "Baiklah, ikan-ikan. Rumahku, aturanku. Setiap hari kita akan bergantian berjaga di lubang sampai semua ini selesai. Kau bisa mengusir mereka, atau memakannya. Terserah."

Mara dan Neri tentu saja protes akan perintah tersebut, tetapi Takuta tak menerima penolakan sedikitpun. Sebagai gantinya mereka berdua akan dapat giliran jaga bersama, sementara Takuta, Talis, dan Anok akan berjaga sendirian.

"Hari ini giliranku, besok Anok, lusa Talis, lalu berikutnya kalian berdua. Mengerti?"

Semua ikan mengangguk, kecuali Anok. Malah dia sudah tidak berada di sana. "Anok? Kemana dia pergi?"

Talis melihat ekornya menghilang di dasar karam. Dia tahu Anok mau kemana. Sambil menghela napas, dia ikut turun ke bawah. Talis menemukannya masuk ke dalam kamar inap Apis.

Talis bisa mendengar suara Anok yang sedang membicarakan sesuatu dengan adiknya, tetapi seperti biasa Apis tak mengatakan apapun. Namun, entah apa yang sebenarnya mereka bicarakan, Talis tak bisa menangkapnya dengan baik. Yang bisa didengarnya hanya, "Semua akan baik-baik saja."

Sampai akhirnya Anok keluar dan baru menyadari kehadiran Talis. "Ya, aku mendengar Takuta. Aku akan berjaga besok."

"Anok ...." Talis menghela napasnya lagi. Dia merasa ini saatnya. Dia harus mengungkapkannya. Sekarang Abyss akan menghadapi kondisi berdarah. Sekarang atau tidak sama sekali. "Soal semalam ...."

"Kau ingin membahasnya di sini? Ayolah, kurasa bukan waktu yang tepat," balas Anok, wajahnya sedikit merona.

"Aku menyukainya ...," kata Talis begitu saja. Anok merasa jadi semakin malu. "Jadi ... kupikir ... bagaimana kalau ...."

"Ya ...?" Anok memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya. Ternyata Talis juga sama meronanya, tetapi mereka berdua berusaha melawan rasa malu tersebut dan saling menatap.

"Bagaimana kalau ... kita pergi saja dari sini."

"Maksudnya ke rumahku? Ayolah, Talis. Tempat itu tidak terlalu aman sekarang, aku bahkan merasa rumahku akan dihancurkan oleh hiu goblin atau semacamnya andai mereka berhasil mendapatkan cahaya."

"Maksudku dari Abyss," kata Talis tanpa ragu, dan mulut Anok langsung terbuka lebar.

"Apa ...?"

"Kita pergi dari sini. Kita bisa kembali ke atas sana, dan memulai hidup yang baru. Kita berdua. Kita bisa pergi ke Potron dan membentuk—"

"Tidak," balas Anok tegas. Seringai lebar Talis mendadak turun.

"Apa?"

"Tidak. Aku tidak akan pergi dari sini."

"T–Tapi. Anok lihatlah keluar. Tidak lama lagi Abyss akan menjadi arena apex. Lagipula kita berdua adalah hiu abu-abu, habitat kita bukan di sini. Di atas sana semuanya—"

"Kalau kau mau pergi, pergi saja sendiri. Aku tidak mungkin pergi. Adikku membutuhkanku di sini."

Lalu Talis sadar. Dia benar-benar lupa soal Apis. Meski begitu dia juga langsung memiliki rencana. "Aku bisa membantunya. Kita berdua, bisa menuntunnya kembali naik ke atas sana dan—"

"Kubilang tidak! Berhenti memaksaku, dasar payah!" teriak Anok sekali lagi, dan kali ini membuat lidah Talis berhenti bergerak. Tidak artinya tidak. Lamaranku baru saja ditolak, batinnya.

"Aku juga menyukai malam itu, Talis," ujar Anok, suaranya terdengar pelan dan sendu. "Tapi aku tidak bisa pergi dari sini. Aku tidak bisa kembali ke atas sana. Tapi kalau kau mau pergi, kau bisa pergi. Kau tidak harus membawaku. Aku juga tidak akan marah kalau misalnya kau mau pergi. Aku juga tidak akan pernah menyesali malam itu."

Anok terlihat tersenyum padanya, tetapi Talis tak bisa melihat dengan baik berkat cahaya yang minim. Setelah itu Talis berenang pergi, dia singgah sebentar dan menggigit sirip Anok sehingga membuatnya geli, tetapi hiu betina itu tak mengejarnya.

Ia hanya di sana, di dalam kegelapan. Bersama Apis, yang mendengarkan semuanya.

Apex et AppendixWhere stories live. Discover now