"Ishhh." Aurora meringis saat merasakan sakit dikepalanya.
"Di mana ini?" Mata indahnya melihat sekelilingnya yang penuh dengan buku.
"Oh, perpustakaan," gumamnya pelan. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi.
"Ah, aku ketiduran ternyata. Karena kelelahan membersihkan perpustakaan ini tadi," batinnya.
Setelah berhasil mengingat kenapa ia bisa ketiduran di dalam sini. Tanpa ia ketahui, bahwa itu hanya ingatan ilusi yang diatur oleh Draco. Aldrich juga sudah membersihkan seluruh perpustakaan dengan sihirnya, sehingga Aurora tak merasa curiga dengan ingatan ilusinya.
Krukkk...
"Ah, anakku sudah lapar ternyata," ucapnya sambil mengelus pelan perut ratanya.
Aurora turun dari kursi panjang tadi, lalu berjalan keluar dari perpustakaan menuju dapur istana. Di sepanjang jalan, ia berpapasan dengan pelayan yang menyapanya ramah.
Dari depan pintu dapur, hidungnya mencium bau yang sangat harum sekali. Ia membuka pintu dan mendapati beberapa koki dan pelayan yang sibuk memasak, dan menata makanan untuk
dihidangkan sebagai makan malam.
"Aurora," sapa pelayan yang sedang menata ayam bakar.
"Iya, Bibi Gie. Ada apa?"
"Bisakah kau menata buah-buahan ke piring buah? Terutama anggur merah dan apel. Itu kesukaan Kaisar," ucapnya sambil menunjuk beberapa buah segar yang ada dalam keranjang buah.
"Bisa, Bi," jawab Aurora, tujuannya ke sini kan untuk minta makan, tapi malah disuruh bekerja.
"Sadar diri Aurora, kau sekarang hanyalah seorang pelayan. Jadi, kau harus bersabar dan semangat," batinnya.
Dengan telaten, gadis itu mulai membersihkan buah yang melimpah dan segar itu. Ia mencuci dan mengelapnya perlahan.
Matanya berbinar saat melihat anggur merah yang besar dan mengkilat itu. Tangannya terulur untuk memetik beberapa buah untuk dimakan. Dirinya melihat sekitar, semua orang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.
Ia mulai memakan anggur merah itu dalam diam. Sungguh rasanya sangat manis dan segar. Aurora mengambilnya secara acak dari beberapa tangkai, agar tak ketahuan jika ia mengambil jumlah yang cukup banyak.
"Bibi Gie, sudah."
"Ah...Rora, aku juga minta tolong kupas bawang ini lalu serahkan ke koki. Aku mau ke kamar mandi sebentar," ucap Gie terburu-buru. Aurora menatap tajam bawang merah yang melimpah itu, matanya terasa panas seketika.
"Hemmm, apa aku coba saja sihir pendingin, untuk melindungi mataku agar tidak perih," ujarnya."Minase rasiole, "ucapnya dalam hati.
Dan perlahan-lahan,matanya terasa sejuk. Aurora tersenyum senang saat sihirnya berhasil.
Dengan telaten, Aurora mengupas bawang itu tanpa takut terasa perih. Sedangkan di dalam ruang kerjanya, Aldrich tersenyum kecil saat mencium aroma manis dari sihir Aurora. Ternyata, gadisnya cukup cerdik untuk memanfaatkan sihirnya.
"Untung saja aku sudah membentengi sihirmu yang semakin besar, sayang. Sehingga tidak akan ada makhluk jahat yang mencium kekuatanmu sekarang," ucapnya dalam hati.
Aldrich membayangkan ciuman indahnya dengan Aurora tadi. Tujuannya menciun aurora bukan semata untuk melepas rindu, tetapi untuk mengunci aroma kekuatan gadis itu agar tak bisa di cium oleh bangsa kegelapan. Karena Aurora belum cukup kuat untuk melindungi dirinya di luar sana. Karena Draco hanya mengunci aura milik Aurora, dan yang bisa mengunci aroma kekuatan sihir tersebut hanya diri mereka sendiri atau pasangannya.
"Aku sudah tidak sabar menunggumu, sayang," gumam Aldrich pelan sambil tersenyum miring.
Sedangkan Evan merinding menatap junjunganya yang sedang tersenyum miring. Ia berfikir rencana apalagi yang akan dilakukan Kaisarnya itu.
Makan malam tiba, Aldrich berkumpul di ruang makan bersama ibu dan ayahnya, serta Elisa. Pemandangan yang memuakkan bagi Aldrich, karena dari tadi Elisa berusaha mendekati ibunya.
"Dilarang berbicara saat makan!" seru Aldrich. Ia tak suka jika acara makan malamnya diganggu oleh omong kosong Elisa.
"Maaf, Al," ucap Elisa pelan. Ibu Aldrich mengusap pelan punggung Elisa. Berusaha menenangkan calon menantunya itu. Ibu Aldrich—Sivony, juga tak berani menentang putra semata wayangnya itu, karena anaknya sangat tegas dan dingin. Hanya Aldrich yang mewarisi jiwa pemimpin tegas dari mendiang mertuanya.
Makan malam berjalan dengan khidmat. Saat ingin mengambil buah anggur, pandangan Aldrich menajam saat melihat beberapa buah yang hilang dari tangkainya. Namun, ia juga mencium aroma manis yang tertinggal di buah itu.
"Gadisku mencuri,"ucapnya gemas dalam hati.
"Al," panggil Ayah Aldrich—Gomaro.
"Ya," jawab Aldrich singkat.
"Terimakasih kau sudah menggantikan Ayah," ucapnya bangga menatap anak kesayangannya. "Maaf, jika Ayah sering sakit-sakitan," lanjutnya sedih.
"Sudah kewajibanku," ucap Aldrich menatap Gomaro, "Ayah lebih baik istirahat," lanjutnya.
"Baiklah, Nak, Ayah akan ke kamar dulu."
"Ayo, sayang," ajak Aro kepada Vony.
Di meja makan tersisa Aldrich dan juga Elisa. Hawa dingin menyelimuti mereka. Tidak ada perasaan romantis dalam hubungan mereka, padahal dalam beberapa bulan lagi mereka akan menikah.
"Al," panggil Elisa berusaha mencairkan suasana.
"Sudah ku peringatkan beberapa kali padamu, jaga sopan santunmu, Putri Elisa!" ucapnya tegas, menatap gelap seorang gadis yang tengah duduk di hadapannya sekarang.
"Maaf, Yang mulia Kaisar." Elisa menunduk takut, ia mengepalkan tangannya dalam diam.
"Sialan!!Aku akan membuatmu tunduk kepadaku Al, bahkan kau akan bersujud di kakiku" ucap Elisa dalam hati.
Aldrich tersenyum remeh saat membaca pikiran Elisa, percaya diri sekali gadis itu.
Semua orang tidak tahu jika Aldrich memiliki aura putih. Karena dari Aldrich lahir, auranya sudah di tutup oleh mendiang kakeknya saat menjabat menjadi Kaisar dulu. Karena kakeknya tahu, jika tidak ditutup maka akan membahayakan cucunya itu. Karena bangsa kegelapan akan berusaha melenyapkan Aldrich. Karena mereka akan kalah jika Aura putih sudah menemukan pasangannya suatu saat nanti, dan juga akan membebaskan sang legend Naga putih yang di hukum oleh Dewa.
Dalam penjara Langit, Raja kegelapan mengetahui jika pemilik aura putih laki-laki yang ditakdirkan untuk membunuhnya telah lahir. Oleh karena itu, ia memerintahkan anak buahnya yang masih bebas di dunia bawah dan atas untuk mencari bayi tersebut. Namun, usaha mereka gagal sampai Aldrich dewasa.
Tingkatan sihir ada beberapa bagian :
1.Tingkatan Tanah/dasar.
2.Tingkatan langit.
3. Tingkatan bumi.
4.Tingkatan Semesta.
5.Tingkatan Dewa.
Aldrich berada di tingkatan Dewa, begitupun Aurora juga harus berada di tingkatan dewa suatu saat nanti. Hanya mereka berdua yang di takdirkan di generasi sekarang untuk memiliki sihir tingkatan tersebut. Aldrich berharap agar Aurora segera menguasai ilmunya sebelum raja kegelapan mengibarkan bendera perang. Karena Ia tidak mau Aurora terluka, sudah cukup lama ia menantikan gadis itu dewasa agar bisa memasuki dunia ini.
Aldrich berdiri dari kursinya,pergi meninggalkan Elisa sendiri di ruang makan.Elisa menggeram marah melihat ia diacuhkan seperti ini.
"Tunggu pembalasanku, Al!" Matanya menajam marah sehingga mengeluarkan kilatan kabut hitam yang keluar dari matanya.
Sedangkan Aldrich yang merasa ada aura hitam di belakangnya hanya tersenyum miring.
"Akan ku tunggu,"gumam Aldrich.
ESTÁS LEYENDO
I'm Aurora (End)
FantasíaWarning!! Follow dulu sebelum baca, masih dalam tahap revisi, penulisan masih acak-acakan 😭🙏 Genre : Romansa - Fantasi - Thriller Aurora Syntra Queela, satu-satunya gadis yang lahir di bawah cahaya bulan purnama merah. Sebuah kelahiran yang memba...
