"Aku tanya namamu, betina," kata ikan mackerel di hadapan Tehere sekali lagi.
"Tehere Tautoko."
"Pekerjaan?"
"Piri."
"Siapa Tiaki-mu?"
Insang Tehere melepaskan gelembung tipis. Tiga hari berlalu setelah dia menyaksikan seluruh hiu tewas, tetapi dia tak bisa menyingkirkan semua itu dari dalam kepalanya.
"Mako ...."
"Dia berkata jujur ...," kata ikan yang berada di atas Tehere, masih berenang melingkar.
"Maaf. Bisa katakan padaku apa yang temanmu di atas sana lakukan?" tanya Tehere penasaran, tetapi dia tak mendapatkan jawaban apapun.
"Tuan Maui berkata kalau kau berbicara pada Matau tentang makhluk bernama Manusia yang muncul di dalam istana dan menyerang Tuan Perdana Menteri. Apa itu benar?"
Tehere tidak langsung menjawab. Dia justru sedikit aneh mendengarkan ikan mackerel memanggil nama Maui dengan sebutan Tuan, karena memang sekarang dirinya adalah Perdana Menteri sementara, sementara itu Matau tetaplah Matau, tetaplah seekor pengawal untuk saudaranya.
"Ya, itu benar," jawab Tehere tegas.
"Dia berkata jujur."
Tehere sebenarnya berharap akan ada reaksi kecil dari para mackerel, tetapi mereka benar-benar melakukan pekerjaannya dengan baik sebagai detektor kebohongan.
"Apa kau melihat makhluk bernama Manusia ini membunuh Tuan Perdana Menteri, para orca, dan hiu Tiaki yang lain?"
"Tidak, tetapi aku melihat mereka keluar dari kamar lewat etalase."
"Aku tidak merasakan keraguan. Dia berkata jujur."
"Apa kau melihat Mako mati di luar istana?"
"Ya. Kehilangan sirip dan ekornya."
"Dia berkata jujur."
"Satu pertanyaan terakhir ...," kata mackerel itu. "Apa kau menyaksikan ada hiu yang berhasil meloloskan diri dari Solaris saat predasi para orca terjadi?"
Tehere sontak terperanjat. "Kenapa tanya begitu?"
"Jawab saja pertanyaanku, betina," tegasnya.
Dia ingin berkata ya, karena dia melihat Talis berhasil kabur, tetapi sekali lagi, untuk apa para mackerel mempertanyakan hal ini? Apa mereka masih benar-benar berpikir para hiu yang membunuh Tuan Perdana Menteri. Padahal rekannya di atas sana sudah berkata kalau Tehere berkata jujur tentang Manusia lah yang menjadi awal mula semua ini terjadi.
"Tidak. Aku tidak melihatnya," kata Tehere. Dia mendongak sedikit, menunggu mackerel itu membongkar kebohongannya.
"Aku merasakan keraguan ...."
"Apa artinya itu, Uriel?" tanya mackerel di hadapan Tehere.
"Bukan kebohongan ataupun kejujuran. Penilaian arusku adalah, subjek kita terguncang atas peristiwa tiga hari lalu. Remora selalu jadi yang paling dekat dengan hiu. Mungkin dia antara ya dan tidak, melihat ada seekor hiu yang berhasil keluar dari Solaris, atau dalam mata ikan remora, adalah menyelamatkan dirinya."
Sirip Tehere menegang. Dia tahu apa yang dilihatnya adalah nyata. Talis keluar dari Solaris dan masuk ke laut dalam. Namun, bagaimana kalau mackerel itu benar? Mungkin Tehere hanya terlalu terguncang dengan kematian puluhan ekor hiu tak bersalah di Solaris. Meski para orca yang menyerang sudah dihukum atas perbuatan mereka, tetapi Solaris benar-benar berada dalam musim duka.
Seluruh ikan, bahkan para herbivora sekalipun memprotes penyerangan tak beralasan para orca terhadap hiu. Meski sudah dijelaskan alasan tersebut adalah karena kematian Tuan Perdana Menteri, tetapi semua ikan masih marah. Menganggap para paus memanfaatkan posisi mereka sebagai apex. Saat ini tak ada hiu yang tersisa di Solaris. Entah mati, atau berhasil meloloskan diri.
"Kau bisa pergi, Tehere Tautoko," kata mackerel itu, dan Tehere berenang pergi, digantikan oleh ikan berikutnya yang akan ditanyai.
Semua ikan di Solaris akan berhadapan dengan mackerel hari ini. Tujuan sebenarnya adalah pemeriksaan silang terkait predari para orca. Mereka akan ditanya apakah melihat penyerangan dan mengetahui siapa paus orca yang menyerang tersebut. Walaupun bagi Tehere sendiri malah diberi pertanyaan yang lain.
"Hei ...," sahut sebuah suara tak lama kemudian. Tehere menarik senyum kecil setelah melihat tidak hanya Poha yang berenang ke arahnya, tetapi juga Marino. Sayangnya ia masih belum bertemu dengan Rake.
Andai saja Talis juga ada di sini, gumam Tehere.
"Jadi bagaimana ...?" tanya Poha lagi. Pagi saat mereka saling bertemu, Tehere meminta untuk berkumpul setelah mereka semua selesai diperiksa. Ikan remora itu punya sebuah rencana yang harus dilakukannya, dan berharap teman-temannya mau membantu.
"Kalian semua mau membantu, kan?" Tehere memperhatikan teman-temannya satu per satu. Seolah ia tiba-tiba menjadi mackerel dan tahu tak ada keraguan sedikitpun dari mereka. "Baiklah, ikut aku ...."
"Kita mau kemana?" tanya Marino.
"Kalau kita ingin membuktikan bahwa manusia adalah pelaku utama dari semua kejadian berdarah di Solaris, maka ikan pertama yang perlu kita temui adalah Kartikeya."
YOU ARE READING
Apex et Appendix
Adventure(3rd Place In Daily Clover Marathon 2025) Yang mereka tahu, hiu adalah predator di lautan, tetapi yang tinggal di distrik Solaris lebih tahu kalau yang teratas adalah dari kalangan orca. Spesies yang kejam dan otoriter, tak segan menghabisi setiap i...
Chapter 14
Start from the beginning
