JUDGMENT CODE: EPILOG

397 23 6
                                        

Bening berdiri di balkon gedung pengadilan, menatap Jakarta yang sibuk di bawahnya. Hiruk-pikuk kota tampak begitu kontras dengan ketenangan yang ada dalam dirinya. Keputusan vonis terhadap Andra Raynold telah disampaikan, namun sebuah perasaan yang tak bisa dijelaskan mengendap di hati Bening. Kejustice? Ya. Tapi masih ada sesuatu yang lebih besar—lebih gelap—yang menunggu mereka semua.

"Masih berpikir tentang pesan itu?" suara Juan terdengar di belakang Bening. Bening berbalik, mendapati Juan yang kini berdiri beberapa langkah di belakangnya, wajahnya lebih serius daripada biasanya.

Bening mengangguk perlahan. "Ada yang aneh, Juan. Pesan itu... datang begitu tiba-tiba, dan aku merasa ada sesuatu yang lebih dari sekadar peringatan kosong. Andra tidak akan menyerah begitu saja."

Juan mendekat, berdiri di sampingnya, menatap ke luar jendela yang mengarah ke kota. "Aku tahu kamu merasa ada sesuatu yang belum selesai, Bening. Kita sudah mengungkap banyak hal, tapi kadang, keadilan tak hanya soal apa yang terlihat di permukaan. Ada lapisan yang lebih dalam."

Bening memandang Juan sejenak, matanya penuh makna. "Tapi ini... ini seperti baru awalnya saja."

Juan tidak menjawab langsung. Ada kekhawatiran di matanya, namun ia berusaha menyembunyikannya di balik senyuman tipis. "Mungkin ada lebih banyak yang belum kita ketahui. Tapi kita akan menghadapinya bersama."

Bening menatap Juan, dan untuk sesaat, ada perasaan yang sulit dijelaskan muncul di hatinya. Apakah ini hanya soal pekerjaan? Atau ada hal lain yang lebih pribadi yang tumbuh di antara mereka?

Tiba-tiba, telepon Bening bergetar lagi. Pesan baru masuk. Kali ini, pengirimnya tidak diketahui. Bening membuka pesan itu dengan cepat, dan ketika matanya membaca isinya, darahnya serasa membeku.

"Jangan percaya pada siapapun. Bahkan pada orang yang paling dekat denganmu."

Bening dan Juan saling memandang. Dalam keheningan yang menggelisahkan itu, ada rasa tak terungkapkan yang membalut ruang di antara mereka. Siapa yang mengirim pesan ini? Dan mengapa terasa begitu personal?

Karina, yang telah mendekat, melihat ekspresi Bening yang berubah. "Pesan itu dari siapa?" tanyanya dengan nada penuh perhatian.

Bening mengangkat bahunya. "Tidak tahu. Tapi ini sudah lebih dari sekadar peringatan. Ini ancaman."

Juan melangkah maju, matanya tajam menatap Bening. "Kita harus waspada, Bening. Jangan biarkan siapa pun—termasuk aku—mengalihkan perhatianmu."

Bening memandang Juan dengan tatapan yang penuh pertanyaan. "Apa maksudmu?"

Juan menelan salivanya, mencoba mencari kata-kata yang tepat. "Kadang, musuh datang dari tempat yang tak terduga, bahkan dari orang yang kita percayai."

Bening merasa perasaan cemas itu semakin tumbuh. Mungkinkah ada yang lebih dari sekadar korupsi di balik semua ini? Dan apakah ia benar-benar bisa mempercayai orang-orang di sekitarnya, terutama Juan, yang kini tampak semakin misterius?

Keesokan Harinya:

Di sebuah ruang pertemuan yang sepi, Karina sedang menganalisis ulang dokumen yang ditemukan di server utama Raya Corp. Tiba-tiba, layar komputernya berkedip, menampilkan sebuah file yang belum pernah ia lihat sebelumnya. File tersebut tampak seperti laporan internal—laporan yang sangat rahasia. Namun, yang membuatnya terkejut adalah nama yang tertera di laporan tersebut: Nares Aryasatya Pratama.

Karina membeku. Ia tidak percaya apa yang baru saja dilihatnya. Mengapa nama Nares ada dalam dokumen itu? Apakah Nares benar-benar terlibat dalam sesuatu yang lebih besar?

Di luar ruang itu, Nares duduk di kantornya, menatap langit luar yang gelap, bertanya-tanya apakah ia bisa terus menyembunyikan rahasia yang selama ini disimpan. Ada ketegangan yang tak terucapkan dalam dirinya. Keputusan-keputusan yang diambil selama ini, apakah semuanya benar? Atau ia justru terjebak dalam permainan yang lebih besar dan lebih berbahaya?

Sementara itu, di ruang sidang, Bening mengumpulkan pikirannya, mempersiapkan diri untuk menghadapi babak baru dalam penyelidikan ini. Tidak ada yang benar-benar bisa ia percayai sekarang. Bahkan, orang yang paling ia anggap sebagai sekutu. Apakah Juan benar-benar berada di pihak yang benar? Atau justru ia merupakan bagian dari konspirasi besar yang sedang mengancamnya?

Tamat?

---


Udah tamatt dehh ceritanya...
Tapi tenang aja yukk mampir ke cerita sebelah ku di jamin seru dehh.. ini kisah 5 orang dokter yang bersahabat.. aku terinspirasi dari drakor hospital playlist hehe... Semoga suka yaa...😅😅






😅😅

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Judgment Code [END]Where stories live. Discover now