Bening masih terdiam, terkejut dengan kehadiran Juan yang tiba-tiba muncul. Suaranya bergetar saat bertanya, "Kenapa kamu di sini? Bukankah kamu seharusnya masih di rumah sakit?"
Juan menatap Bening dengan tatapan serius. "Tak ada waktu untuk menjelaskan semuanya. Kita harus pergi, sekarang!" jawabnya, nada suaranya tegas, meski jelas ada kelelahan di wajahnya.
Nares, yang sudah menarik Bening yang terisak-isak, segera menuntunnya keluar. Biru, sambil membawa dokumen penting yang mereka ambil, mengikuti mereka. Tanpa menoleh ke belakang, mereka berlari sekuat tenaga, berusaha untuk keluar dari gedung tersebut.
Sesampainya di luar, Nares langsung menginjak gas, meninggalkan gedung itu dengan kecepatan tinggi, berusaha menghindari pengejaran. Namun, tak jauh dari tempat itu, sebuah pertemuan yang tak diinginkan terjadi.
Juan yang berlari sendirian, tiba-tiba terhalang oleh kehadiran Andra Raynold. Dengan senyuman sinis, Andra menghadapinya. "Apakah kamu pikir aku bisa dibodohi begitu saja?" tanyanya, suara penuh ejekan.
Juan tertawa sinis, meski tubuhnya sudah lemah. "Jika kamu lebih pintar, seharusnya kamu tahu, aku tidak akan pernah tertipu olehmu," jawabnya dengan nada angkuh, meskipun keadaannya tidak sekuat dulu.
Mata Andra menyipit marah. "Kamu pengkhianat!" serunya dengan penuh kebencian. Tanpa ragu, dia memberi perintah kepada anak buahnya untuk menangkap Juan.
Juan merasa tubuhnya semakin lelah, kondisinya tak sekuat dulu, tetapi ia tidak bisa menyerah begitu saja. Meski tubuhnya terasa hampir tumbang, ia tetap melawan, satu per satu, mencoba menghadapi para pria berbadan besar yang datang mengerubunginya.
Namun, tubuhnya akhirnya kelelahan, dan dia hampir tak mampu bergerak lagi. Saat itulah, takdir seolah berpihak padanya. Dari kejauhan, sebuah motor sport melaju kencang, berhenti tepat di dekatnya. Seorang pengendara yang mengenakan helm penuh mendekati Juan dan memberikan isyarat agar ia naik. Tanpa banyak berpikir dan meski kebingungannya membelitnya, Juan memutuskan untuk mengikuti petunjuk tersebut.
Motor itu melesat menjauh, membawa Juan pergi dari tempat tersebut, meninggalkan Andra yang berdiri dengan marah, mengumpat kasar karena mereka berhasil kabur. Andra menatapnya dengan kemarahan yang membara, menyadari bahwa meski ia telah berusaha keras, kali ini ia gagal.
---
Bening duduk di kursi penumpang dengan tatapan kosong, wajahnya masih penuh kekhawatiran akan keadaan Juan. Tangannya gemetar, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. Nares menyetir dengan cepat, sesekali melirik Bening melalui kaca spion. Biru, yang duduk di belakang dengan dokumen-dokumen berharga, membuka tasnya untuk memastikan semuanya aman.
"Kita harus menemukan tempat aman dulu," kata Nares, memecah keheningan yang berat.
Biru mengangguk sambil memeriksa dokumen-dokumen itu dengan cermat. "Aku tidak yakin kita bisa menyelidiki ini dalam kondisi seperti ini. Mereka pasti sudah tahu kita yang mengambil dokumen-dokumen ini."
Bening akhirnya bersuara, suaranya pelan namun penuh emosi. "Juan... Bagaimana dia bisa ada di sana? Apa yang sebenarnya terjadi?"
Nares menggigit bibirnya. "Itu yang ingin kita cari tahu. Tapi untuk sekarang, prioritas utama kita adalah memastikan mereka tidak bisa melacak kita."
Sementara itu, di atas motor sport yang melaju dengan kecepatan tinggi, Juan memegangi pinggang pengendara misterius itu dengan sisa tenaga. Napasnya masih tersengal setelah melawan anak buah Andra Raynold. Jalanan gelap dan kosong, hanya diterangi lampu jalan yang redup.
Juan akhirnya memberanikan diri bertanya, "Siapa kau? Kenapa kau menyelamatkanku?"
Pengendara itu tidak menjawab, hanya fokus pada jalan. Helmnya menutupi wajahnya sepenuhnya, membuat identitasnya sulit ditebak. Namun, Juan merasakan sesuatu yang familiar pada cara orang itu mengemudi—terkendali namun agresif, seperti seseorang yang terbiasa melarikan diri.
Setelah beberapa menit, mereka tiba di sebuah gudang tua di pinggiran kota. Pengendara itu memarkir motor dan turun, akhirnya membuka helmnya. Juan terbelalak saat melihat wajah di balik helm itu.
"Karina?" tanyanya dengan suara yang hampir tidak percaya.
Karina, dengan rambut hitamnya yang acak-acakan, menatap Juan dengan tajam. "Kau berhutang banyak penjelasan, Juan."
Kembali ke persembunyian tim, Nares, Bening, dan Biru tiba di sebuah apartemen kecil yang mereka gunakan sebagai tempat sementara. Mereka mengunci pintu rapat-rapat dan menutup tirai. Nares segera mengeluarkan laptopnya, menghubungkannya dengan perangkat untuk memindai dokumen yang mereka bawa.
"Kita harus bergerak cepat sebelum mereka melacak lokasi kita," ujar Nares.
Bening duduk dengan gelisah, tidak bisa mengalihkan pikirannya dari Juan. "Aku harus mencarinya. Aku tidak bisa hanya duduk di sini sementara dia mungkin sedang dalam bahaya."
"Bening, dengarkan aku," kata Biru dengan tenang namun tegas. "Kalau kau keluar sekarang, kau akan membahayakan kita semua. Juan tahu apa yang dia lakukan, dan aku yakin dia tidak ingin kau gegabah."
"Apa yang kita lakukan sekarang lebih penting," tambah Nares, tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop. "Dokumen ini bisa menjadi senjata kita untuk menghancurkan Andra Raynold dan Raya Corp. Kita hanya perlu memastikan semuanya terhubung."
Bening menghela napas panjang, menekan rasa cemasnya. "Baiklah. Tapi setelah ini selesai, aku harus tahu di mana Juan berada."
Di gudang tua, Karina menatap Juan dengan tajam sambil menyilangkan tangan di dadanya. "Jadi, apa yang sebenarnya terjadi, Juan? Bukankah kau seharusnya koma di rumah sakit?"
Juan menghela napas, mencoba menenangkan dirinya. "Itu bagian dari rencanaku. Aku tahu mereka mengawasi setiap gerakan kita. Aku harus membuat mereka berpikir aku tidak berdaya."
"Dan kau tidak berpikir untuk memberi tahu kami?" Karina membalas dengan nada dingin. "Kau membuat kami semua khawatir."
"Aku tidak punya pilihan," jawab Juan. "Aku harus menyusup ke lingkaran Andra Raynold untuk mendapatkan informasi lebih dalam. Kalau aku memberitahumu, risikonya terlalu besar."
Karina menggelengkan kepala, mencoba menahan amarahnya. "Kau selalu seperti ini, Juan. Selalu berusaha menjadi pahlawan sendiri."
Juan menunduk sejenak sebelum akhirnya berkata, "Aku tidak mencoba menjadi pahlawan. Aku hanya ingin kita menang. Andra dan Raya Corp terlalu berbahaya untuk ditangani setengah-setengah."
Karina akhirnya menghela napas, melunak sedikit. "Baiklah. Tapi kau harus tahu, Nares, Bening, dan Biru mempertaruhkan segalanya untuk membantumu. Kalau kau mau menyelesaikan ini, kita harus bekerja sama."
Juan mengangguk pelan. "Kau benar. Sekarang, apa rencanamu?"
Karina tersenyum tipis. "Kita akan menunggu sampai pagi. Setelah itu, kita bertemu dengan yang lain dan menyusun strategi terakhir untuk menjatuhkan Andra Raynold dan Raya Corp. Kita tidak punya waktu untuk kehilangan lagi."
And finally guyss setelah berlama lama aku mentok gak punya ide tapi akhirnya bisa juga ku tulis cerita ini... Terhura.. walaupun sedikit gapapa ya gess maafkan karena sempet ngalamin writer blocks...
Jangan lupa pencet tombol bintangnyaa...
See you...
YOU ARE READING
Judgment Code [END]
Mystery / ThrillerJudul: Judgment Code Genre: Thriller, Misteri, Kriminal, Drama Tema: Keadilan, Persahabatan, Konspirasi, Pengorbanan --- Sinopsis: Di balik hiruk-pikuk kota yang tampak tenang, tersembunyi rahasia kelam yang siap meledak kapan saja. Sebuah kasus pem...
![Judgment Code [END]](https://img.wattpad.com/cover/356769495-64-k525381.jpg)