JUDGMENT CODE : Rumit (2)

147 25 5
                                        

Malam itu, setelah meninggalkan hotel, Nares, Bening, dan Biru berkumpul di rumah Nares. Rumahnya sederhana namun nyaman, dengan perabotan minimalis yang mencerminkan kepribadiannya yang praktis. Mereka duduk di ruang tamu, memandangi laptop yang menampilkan rekaman CCTV dari hotel.

"Pelaku itu jelas terlihat di sini," ujar Nares, menunjuk wajah pria muda di layar. "Tapi tanpa konteks lebih lanjut, rekaman ini bisa dianggap tidak relevan."

Bening menopang dagunya, matanya masih menatap layar. "Kita butuh saksi. Seseorang yang bisa menguatkan cerita ini."

Biru, yang sibuk memeriksa dokumen yang mereka bawa, menyela. "Atau bukti fisik yang tidak bisa dibantah. Misalnya, dokumen keuangan yang menunjukkan keterlibatan keluarganya dalam menutupi kasus ini."

Nares mengangguk setuju. "Raya Corp. Sepertinya kita harus menyelidiki perusahaan itu lebih jauh. Kalau mereka memang terlibat, pasti ada jejak digital atau dokumen lain yang bisa menghubungkan mereka ke kasus ini."

Bening menghela napas panjang. "Tapi bagaimana kita bisa masuk ke sana? Raya Corp bukan perusahaan kecil. Mereka pasti punya sistem keamanan yang ketat."

Biru tersenyum tipis, menatap Bening. "Kita punya keuntungan. Aku kenal seseorang yang bekerja di bagian administrasi mereka. Mungkin dia bisa membantu."

"Siapa orang itu?" tanya Nares, alisnya sedikit terangkat.

"Sahabat lama. Namanya Dini. Dia sering mengeluh tentang tekanan kerja di sana. Aku yakin dia tahu sesuatu, meski mungkin dia takut untuk bicara," jawab Biru.

Bening menatap Biru dengan antusias. "Kalau begitu, kita harus bertemu dengannya secepat mungkin. Kita butuh semua informasi yang bisa dia berikan."

Nares mengangguk. "Setuju. Tapi kita harus berhati-hati. Jika dia terlihat membantu kita, dia bisa berada dalam bahaya."

---

Biru mengatur pertemuan dengan Dini di sebuah kafe kecil di pinggir kota. Tempat itu cukup sepi, jauh dari perhatian publik. Dini, seorang wanita muda dengan rambut diikat rapi, tampak gugup saat duduk di hadapan mereka.

"Aku tidak punya banyak waktu," ujarnya dengan suara pelan. "Kalau mereka tahu aku bertemu dengan kalian, aku bisa dipecat... atau lebih buruk lagi."

"Kami mengerti, Dini," kata Biru dengan nada menenangkan. "Kami hanya butuh sedikit informasi. Kau tahu apa pun tentang keterlibatan Raya Corp dengan kasus ini?"

Dini ragu sejenak, menatap sekeliling sebelum berbisik. "Aku pernah mendengar bos besar kami, Pak Haryo, menyebut sesuatu tentang kasus ini. Dia bilang, 'Kita harus pastikan semuanya bersih sebelum media mencium bau ini.' Aku juga melihat beberapa dokumen keuangan yang aneh, seperti transfer besar ke akun anonim."

"Apakah kau masih punya akses ke dokumen itu?" tanya Bening, berharap.

Dini menggelengkan kepala. "Dokumen-dokumen itu sudah ditarik beberapa hari lalu. Tapi aku sempat mencatat beberapa nomor rekening dan nama perusahaan yang terlibat."

Dia mengeluarkan secarik kertas dari tasnya dan menyerahkannya kepada Biru. "Ini semua yang bisa aku kumpulkan. Tapi hati-hati. Mereka punya mata-mata di mana-mana."

Bening menggenggam tangan Dini dengan tulus. "Terima kasih, Dini. Kau sudah membantu kami lebih dari yang bisa kami minta."

Dini tersenyum kecil, meski masih terlihat gugup. "Semoga kalian bisa menyelesaikan ini. Aku tidak ingin ada yang terluka lagi."

Setelah pertemuan dengan Dini, mereka kembali ke rumah Nares untuk menganalisis informasi baru. Nares membuka laptopnya dan mulai mencari informasi tentang nomor rekening dan perusahaan yang disebutkan Dini.

Judgment Code [END]Where stories live. Discover now