Malam mulai turun saat Nares memasuki kantor polisi. Suasana di dalam terasa sibuk seperti biasa. Beberapa petugas tampak sibuk dengan berkas-berkas yang menumpuk. Biru berjalan di belakangnya, mengikuti langkah Nares yang terlihat lebih cepat dari biasanya.
"Kasus ini kelihatannya rumit," gumam Biru sambil menyelipkan tangannya ke saku celana. "Kejadian seperti ini makin sering. Banyak orang terjerat pinjol karena judi online."
Nares mengangguk tipis, menunjukkan bahwa ia memahami situasinya. Mereka berjalan menuju ruang rapat tempat kepala kepolisian menunggu.
Begitu masuk, kepala kepolisian langsung menyambut mereka dengan raut wajah serius. "Nares, Biru, kalian harus segera memeriksa TKP bunuh diri yang terjadi pagi tadi. Korbannya adalah seorang pengusaha muda bernama Rafael Sanjaya."
Nares berhenti sejenak. "Rafael Sanjaya?"
Kepala kepolisian mengangguk. "Ya. Seorang pebisnis muda yang baru merintis bisnis di bidang teknologi. Berdasarkan hasil sementara, Rafael terlibat judi online dan memiliki banyak utang dari pinjaman online."
Biru menyandarkan tubuh ke kursi, tangannya terlipat di dada. "Pengusaha muda dengan bisnis yang sedang berkembang, tapi terjebak judi online? Ironis."
Nares mengambil berkas laporan yang disodorkan kepala kepolisian dan membacanya sekilas. Terlihat daftar transaksi dengan jumlah fantastis. "Berapa total utangnya?"
"Lebih dari 1,5 miliar rupiah. Itu belum termasuk bunga dari pinjaman online yang dia ambil untuk menutupi kekalahannya," jawab kepala kepolisian dengan nada berat.
Biru menggeleng pelan. "Astaga... Uang sebanyak itu."
"Kami menemukan Rafael di apartemennya pagi ini. Di sampingnya, ada surat wasiat yang menyebutkan permintaan maaf kepada keluarganya dan daftar utangnya," tambah kepala kepolisian.
Nares meletakkan berkas di meja. "Kita harus ke apartemen Rafael sekarang juga."
Tanpa membuang waktu, mereka berdua bergegas menuju apartemen Rafael. Ketika tiba, suasana sudah sepi. Garis polisi masih terpasang di pintu masuk. Seorang petugas berjaga dan memberi mereka akses untuk masuk ke dalam.
Di dalam kamar Rafael, suasana terasa mencekam. Meja kerjanya penuh dengan dokumen, catatan bisnis, dan laptop yang masih menyala. Sebotol obat tidur yang kosong tergeletak di samping tempat tidur.
Biru melangkah pelan, matanya menyisir ruangan. "Kau lihat ini?" tanyanya sambil menunjuk layar laptop. Nares mendekat. Di layar, terlihat situs judi online yang masih terbuka. Saldo akun tersebut kosong.
"Dia terjerat lebih dalam dari yang kita duga," ucap Nares pelan.
Biru mengambil secarik kertas dari meja kerja Rafael. "Ini daftar utang Rafael. Beberapa nama terlihat jelas. Sepertinya sebagian besar adalah peminjam online dan rentenir."
Nares mengamati daftar itu dengan seksama. "Kita harus menemui keluarga dan rekan bisnisnya. Mungkin ada petunjuk lebih lanjut di sini."
Biru menatap Nares. "Menurutmu ini benar-benar murni karena judi online, atau ada sesuatu yang lebih besar di baliknya?"
Nares terdiam sejenak, menatap layar laptop Rafael yang masih menyala. "Entahlah... Tapi aku merasa ini belum selesai."
Malam itu terasa panjang. Mereka tahu bahwa ini baru permulaan, dan potongan puzzle baru saja mulai muncul ke permukaan.
---
Keesokan paginya, Nares dan Biru berkunjung ke rumah keluarga Rafael. Rumah besar dengan arsitektur modern itu terasa hampa. Seorang wanita paruh baya, Ibu Rafael, menyambut mereka di ruang tamu dengan wajah yang tampak lelah dan sembab.
BẠN ĐANG ĐỌC
Judgment Code [END]
Bí ẩn / Giật gânJudul: Judgment Code Genre: Thriller, Misteri, Kriminal, Drama Tema: Keadilan, Persahabatan, Konspirasi, Pengorbanan --- Sinopsis: Di balik hiruk-pikuk kota yang tampak tenang, tersembunyi rahasia kelam yang siap meledak kapan saja. Sebuah kasus pem...
![Judgment Code [END]](https://img.wattpad.com/cover/356769495-64-k525381.jpg)