JUDGMENT CODE: Rumit (4)

Start from the beginning
                                        

---

Rencana mereka mulai bergerak. Biru menghubungi kontaknya, seorang jurnalis bernama Aria, yang setuju untuk bertemu secara rahasia di lokasi netral. Sementara itu, Nares mengatur pertemuan dengan kepala unit pengawas polisi untuk menyerahkan beberapa bukti awal.

Namun, mereka tahu bahwa langkah terakhir mereka adalah yang paling berbahaya: menyusup ke server utama Raya Corp. untuk mendapatkan file digital yang akan menghubungkan semua pihak yang terlibat.

"Ini akan menjadi misi yang sulit," kata Karina. "Tapi jika kita berhasil, mereka tidak akan punya tempat untuk bersembunyi."

Malam itu, di bawah langit gelap yang penuh ancaman, kelima orang itu bersiap untuk langkah terakhir mereka. Dengan tekad yang membara, mereka tahu bahwa apa pun yang terjadi, keadilan harus ditegakkan.

---

Malam itu, di apartemen yang tersembunyi, suasana terasa begitu tegang. Juan memimpin diskusi, memetakan langkah terakhir mereka di atas meja kecil dengan peta gedung pusat Raya Corp. yang telah mereka dapatkan dari seorang informan rahasia.

"Kita punya satu kesempatan," kata Juan sambil menunjuk ke salah satu titik di peta, server utama yang berada di lantai bawah tanah gedung. "Server ini adalah kunci. Jika kita bisa mengambil data dari sini, kita punya bukti tak terbantahkan untuk menjatuhkan Andra Raynold dan jaringan kriminalnya."

"Keamanannya pasti ketat," ujar Nares sambil bersandar di kursi. "Apalagi setelah insiden tadi malam. Mereka pasti meningkatkan pengamanan."

Biru, yang sibuk dengan laptopnya, angkat bicara. "Aku sudah meretas sebagian sistem mereka tadi pagi. Aku bisa membantu membuka kunci elektronik dari jarak jauh, tapi kalian harus berada di dalam untuk mengekstrak data."

"Jadi, siapa yang masuk ke dalam?" tanya Karina dengan nada dingin, matanya menatap Juan tajam.

"Aku akan masuk," jawab Juan tanpa ragu. "Aku sudah cukup mengenal sistem pengamanan mereka. Aku tahu bagaimana cara menyelinap."

"Dan aku akan bersamamu," tambah Nares. "Kita perlu seseorang dengan pengalaman operasional jika sesuatu berjalan salah."

Bening, yang dari tadi diam, tiba-tiba berdiri. "Aku ikut. Ini bukan hanya tentang kalian. Aku juga bagian dari tim ini."

Juan menatap Bening dengan raut khawatir. "Bening, ini berbahaya. Kalau kau-"

"Aku tidak peduli," potong Bening tegas. "Aku sudah terlalu lama hanya berdiri di belakang. Aku tidak akan membiarkan kalian mengambil risiko sebesar ini sendirian."

Karina menghela napas panjang. "Baiklah. Tapi kau harus tetap di belakang Juan dan Nares. Jangan gegabah."

"Dan aku akan mengawasi dari sini," kata Biru sambil menunjukkan laptopnya. "Aku akan mengontrol kamera keamanan dan membuka jalan untuk kalian."

Pukul 2 pagi, di depan gedung Raya Corp.
Di bawah langit malam yang gelap, mobil tim berhenti di sebuah gang sempit dekat gedung. Juan, Nares, dan Bening turun, mengenakan pakaian serba hitam dan perlengkapan yang minim. Karina tetap di mobil, siap menjadi penghubung antara mereka dan Biru.

"Jalur masuk pertama ada di sisi utara," kata Biru melalui earphone mereka. "Aku sudah menonaktifkan kamera untuk 10 menit ke depan. Bergerak cepat."

Mereka menyelinap menuju pintu darurat di sisi gedung. Nares membuka pintu menggunakan alat khusus yang dibawa dari tim kepolisian. Begitu pintu terbuka, mereka masuk dengan hati-hati, menuruni tangga menuju lantai bawah tanah.

"Sejauh ini aman," lapor Juan pelan. "Biru, kau yakin sistem alarm di lantai bawah sudah mati?"

"Yakin," jawab Biru dari jarak jauh. "Tapi ada penjaga patroli di koridor utama. Kalian harus berhati-hati."

Juan memberi isyarat agar mereka berhenti. Dari ujung koridor, seorang penjaga sedang berjalan, memeriksa sekeliling. Nares bergerak cepat, menyelinap di belakang penjaga itu dan melumpuhkannya tanpa suara. Mereka menyeret tubuhnya ke sudut gelap, memastikan tidak ada yang melihat.

"Bagus," bisik Juan. "Kita hampir sampai."

Mereka tiba di depan pintu server utama. Pintu itu dilengkapi dengan kunci biometrik. "Ini butuh waktu," kata Juan sambil memasang alat pemecah kode yang dibawa Biru.

---

Sementara itu, di pusat kontrol keamanan Raya Corp.Andra Raynold duduk di kursi kulitnya, wajahnya penuh amarah setelah menerima laporan dari anak buahnya. "Mereka pasti akan mencoba sesuatu," katanya dingin. "Pastikan semua orang siap siaga. Jangan biarkan mereka keluar hidup-hidup."

Kembali di ruang server, pintu akhirnya terbuka. Mereka masuk dan menemukan server utama, deretan mesin yang berdengung dengan lampu berkedip-kedip. Bening berjaga di pintu, sementara Juan dan Nares mulai memasang perangkat untuk menyalin data.

"Ini akan memakan waktu lima menit," kata Juan sambil mengetik cepat. "Biru, pastikan tidak ada gangguan."

Namun, sebelum lima menit berlalu, suara langkah kaki mendekat. "Kita kedatangan tamu," kata Bening dengan nada waspada.

Nares segera meraih pistolnya. "Tetap tenang. Kita tidak boleh menarik perhatian lebih banyak."

Pintu terbuka, dan tiga penjaga masuk. Nares bergerak cepat, menjatuhkan satu dengan tembakan tepat, sementara Bening melumpuhkan yang lain dengan tendangan ke kepala. Juan tetap fokus pada komputer, menyalin data secepat mungkin.

"Selesai!" seru Juan. "Kita harus keluar sekarang!"

Di luar gedung, situasi semakin kacau.
Karina, yang sedang menunggu di mobil, melihat melalui monitor bahwa beberapa kendaraan mendekat. "Mereka mengirim pasukan tambahan! Kalian harus keluar sekarang juga!"

"Di jalur utama terlalu banyak penjaga," kata Biru. "Aku akan membimbing kalian ke jalan alternatif."

Mereka mengikuti instruksi Biru, menyelinap melalui lorong-lorong sempit dan keluar melalui pintu darurat lain. Namun, tepat saat mereka mencapai gang tempat mobil Karina menunggu, beberapa pria bersenjata muncul, menghadang jalan mereka.

Andra Raynold muncul di belakang mereka, dengan senyum penuh kemenangan. "Kalian benar-benar berpikir bisa mengalahkanku? Ini permainan yang salah untuk kalian mainkan."

Semua orang menegang. Karina keluar dari mobil, berdiri di samping Nares dan Bening. "Kita tidak akan mundur," katanya dengan tenang.

Andra tertawa kecil. "Kalau begitu, biar aku tunjukkan apa yang terjadi pada mereka yang berani menantangku."

Saat itu, suara sirene polisi terdengar dari kejauhan, semakin mendekat. Nares tersenyum tipis. "Kau pikir kau sudah menang? Salah besar, Andra."

































Author mau nanya dong kalian gak penasaran sama muka andra kek gimana?? Komenn yaa... Kalo kalian penasaran nanti aku spill di bab selanjutnya

Jangan lupa pencet tombol bintangnyaa...
See youu...

Judgment Code [END]Where stories live. Discover now