"Pemeriksaan silang? Maksudnya ... riwayat kami?" tanya hiu yang lain.

"Ya. Pemeriksaan seperti itu. Setiap ikan yang pernah berhubungan dengan kalian akan ditanya, apakah kalian pernah menyebabkan masalah kecil pada ekosistem kita? Itu akan mengurangi nilai kalian, tapi ikan-ikan seperti kalian tentu tidak akan membuat masalah besar yang dapat membuat kalian dihukum, kan?"

Talis ingin berkata ya saat itu juga, tetapi rasanya seperti ada cangkang sisa krustasea semalam yang tersangkut di tenggorokannya.

"Tapi seperti yang kubilang, apapun bisa menjadi tesnya. Kalian hanya harus bersiap, dan tentunya tetap nyanyikan harapan terbaik untuk Roh Laut."

Ketika kelas akhirnya dibubarkan, Talis buru-buru berenang pergi. Dia langsung mengirimkan gelembung pesan pada Tehere. Pasang sudah berada di titik tertinggi, seharusnya ikan remora itu sudah beristirahat dari pekerjaannya.

Talis kelewat gugup dan itu membuatnya hampir menabrak seekor ikan. "Astaga! M–Maafkan aku, Guru Kartikeya."

Dia seekor lumba-lumba yang mengajari para calon Khupu. Ikan betina yang sudah banyak melakukan petualangan panjang, melintasi berbagai ekosistem dan samudra di seluruh dunia. Kartikeya ikan yang sangat ramah, bahkan pada Talis sekalipun. Dia guru pertama yang mengajak Talis berbicara selain Taranga.

"Kau kelihatan buru-buru, Talis," kata Kartikeya.

"Maaf sekali lagi, Guru. Anda tidak apa-apa, kan?"

"Tidak apa-apa. Memangnya mau kemana berenang secepat itu? Tubuhmu agak besar, Talis. Jangan sampai kau menabrak ikan lain."

"Eh ... hanya mau bertemu teman lama. Aku harus membicarakan sesuatu," jawab Talis sambil tertawa canggung, dan perlahan-lahan berenang menjauh. "Kita ngobrol lain kali, Guru. Sekali lagi aku minta maaf."

Lalu dia berenang dengan cepat lagi, mengabaikan nasehat Kartikeya sebelumnya. Dia sudah mengirimkan pesan pada Tehere lengkap dengan koordinat pertemuannya. Talis yang tiba pertama kali dan terus menunggu dengan gelisah. Tehere baru muncul setelah beberapa kilatan. Namun, dia tidak datang sendirian.

Talis sebenarnya sudah siap menyambut sahabatnya itu dengan napas lega, tetapi seperti biasa Tehere selalu ditemani Mako, hiu putih yang bekerja sebagai Tiaki. Mako menyeringai lebar saat melihat Talis.

"Talis! Senang bertemu denganmu lagi," ungkapnya, dan Talis berusaha sebaik mungkin untuk menunjukkan gigi tajamnya meski itu sulit untuk dilakukan.

"Aku juga, Mako," ucapnya berpura-pura. Dia tidak pernah senang dengan kedatangan Mako.

"Hai, Talis. Aku sudah menerima gelembungmu," sahut Tehere. Talis bersyukur Tehere tidak menyebutkan isi pesannya di hadapan Mako.

"Baiklah, sayangku, sampai jumpa tiga hari lagi," ucap Mako menggoda Tehere, ikan remora itu tertawa, sementara Talis merasakan panas di kepalanya. Dia tahu Mako sengaja melakukannya untuk membuatnya kesal.

"Ya, Mako, sampai jumpa tiga hari lagi," balas Tehere mencoba mengabaikan kegenitan hiu putih itu.

Mata hitam Mako beralih pada Talis. "Jangan cemberut begitu, Talis. Aku dan Tehere hanya teman kerja. Aku tidak akan merebut pacarmu." Lalu dia akhirnya berenang pergi, tetapi Talis tak akan membiarkan dirinya diejek begitu saja. Dia sontak meraung.

"Tehere bukan pacarku!" balasnya, dan tentu saja Mako hanya tertawa sebelum berenang lebih jauh. Lagipula hiu dan remora tidak mungkin menjalin hubungan seperti itu. Talis sudah punya hiu betina yang dia sukai. Hanya saja dia terlalu takut untuk berbicara padanya.

Begitupun dengan Tehere. Selama ini dia meyakini hubungannya dengan hiu sebatas simbiosis semata. Malah simbiosis itu juga sebuah tugas khusus bagi ikan remora. Piri, pekerjaan untuk mendampingi para hiu yang bekerja sebagai Tiaki atau Konihi. Jika misalnya Talis menjadi Konihi nanti, dia juga akan mendapatkan Piri-nya sendiri.

"K–Kau mau kemana tiga hari lagi dengan Mako?" tanya Talis, meski dia segera menyesali itu. Dia memanggil Tehere bukan untuk membahas hiu putih kurang ajar itu.

"Perjalanan perdana menteri ke distrik lain. Sudahlah, tidak usah dibahas. Ada apa memintaku bertemu di tengah pasang begini, Talis?" tanya Tehere, dan sirip-sirip Talis kembali menegang.

"Oh, Tehere. Ini gawat. Benar-benar gawat." Lalu Talis menceritakan tentang masalah seleksi Konihi tersebut. Diikuti dengan kejadian bermusim-musim lalu yang Talis coba lupakan sekeras mungkin. Sebuah peristiwa yang benar-benar mengubah tidak hanya hidup Talis, tetapi semua teman-teman herbivoranya. Sebenarnya Talis ragu mereka semua masih temannya.

Setelah Talis memakan Anera di hari itu, semuanya benar-benar berubah. Dia berusaha melupakannya sekuat tenaga, mengabaikannya, bahkan menganggap itu semua hanya mimpi. Bahwa dia tidak pernah berteman dengan seekor ikan malaikat, atau tidak pernah ada ikan malaikat yang bernama Anera.

Namun, bukan hanya Talis sendiri. Rake tak berhenti mengatakan telah menyesal membius Anera. Berpikir dialah yang telah membunuh Anera, dan Talis hanya memakan bangkainya saja. Persahabatan mereka jadi regang, Rake mulai jarang muncul di pertemuan-pertemuan mereka, lalu kemudian Poha, dan juga Marino.

Lalu saat Talis pikir hanya tersisa dirinya dan Tehere, ikan remora itu mengambil pekerjaan sebagai Piri, dan kini dia lebih dekat dengan Mako. Itulah yang membuatnya tak menyukai hiu putih tersebut. Mako telah mengambil satu-satunya teman Talis yang tersisa.

"Aku harus bagaimana, Tehere? Pemeriksaan silang itu bisa saja dilakukan, dan bukan hanya aku akan gagal menjadi Konihi, aku bisa dihukum," kata Talis gugup.

"Tenangkan dirimu, hiu besar. Itu hanya dugaan, kan? Lagipula kalau pemeriksaan itu dilakukan dan mereka bertanya padaku, aku tidak akan mengatakan yang sebenarnya."

"Kau tidak mungkin lolos dari detektor kebohongan para mackerel. Oh, Roh Laut, tamat sudah riwayatku."

"Hei, jangan murung begitu, dong," ujar Tehere. "Dengar. Bagaimana kalau kita bicara saja pada yang lain dan mencari solusinya bersama-sama?"

"Yang lain?" tanya Talis, meski sebenarnya dia sudah tahu siapa yang Tehere maksudkan.

"Ya, teman-teman kita. Poha, Marino, Rake," kata Tehere.

Gelembung-gelembung kecil lolos dari insang Talis. "Entahlah, Tehere. Aku ragu mereka masih teman-teman kita."

"Tentu saja masih. Tidak peduli meski sirip kita berbeda, kita akan selalu berenang—"

"Berhenti membohongi dirimu sendiri, Tehere," potong Talis sedikit tegas. "Semuanya kacau setelah Anera. Setelah itu. Kita semua berpisah."

Tehere tahu Talis benar. Dia hanya terus menyangkal bahwa persahabatan mereka meregang sedikit karena mereka sudah dewasa, tetapi kenyataannya itu semua terjadi setelah Talis memakan Anera. Mereka semua ketakutan pada Talis.

Namun, Tehere tidak menyerah. Dia kembali berkata. "Setidaknya kita masih bisa bertemu dan berbicara pada mereka, tidak ada yang salah, kan?"

Talis terdiam sejenak, sebelum akhirnya mengangguk. "Pasang turun masih lama. Ayo kita temui mereka secara langsung," sambung Tehere.

"Baiklah ...."

"Jangan khawatir, kau akan baik-baik saja. Tidak akan ada yang tahu soal Anera selain kita."

Suara hati Talis juga mengharapkan itu, tetapi entah mengapa dia bisa mendengarkan suara-suara semu lain yang berkata Talis dalam masalah besar. Entah dari mana datangnya. Dia hanya berharap itu bukan nyanyian Roh Laut.

Apex et AppendixWhere stories live. Discover now