JUDGMENT CODE : JUDOL(6)

Start from the beginning
                                        

Saat itu, pintu ruangan terbuka, dan Nares serta Biru masuk dengan wajah penuh tekad. Karina berdiri untuk memberi jalan, dan Nares langsung menghampiri Bening.

"Bening... kau sudah pulih?" tanya Nares, suaranya lebih lembut dari biasanya.

Bening mengangguk. "Sedikit lebih baik. Tapi aku... aku merasa cemas untuk Juan."

Nares menatap Juan, kemudian mengalihkan pandangannya ke Bening. "Kami akan mencari tahu siapa yang melakukan ini. Semua ini ada kaitannya dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelumnya," kata Nares dengan penuh keyakinan.

Bening mengangguk setuju. "Aku ingin membantu. Aku merasa ada sesuatu yang lebih besar di balik semua ini. Juan pasti tahu sesuatu."

Biru, yang selama ini lebih banyak diam, tiba-tiba membuka mulut. "Bening benar. Kita harus segera mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Waktu semakin sempit."

----

Setelah Bening mengungkapkan keprihatinannya mengenai dokumen yang hilang dan dugaan adanya pihak yang mencoba menutupi sesuatu, suasana di ruang kamar Juan semakin tegang. Karina, Nares, Biru, dan Bening duduk dengan cemas, memandang satu sama lain dengan penuh kekhawatiran. Mereka tahu, semakin dalam mereka menyelidiki, semakin banyak hal yang harus mereka ungkap, dan semakin banyak pula bahaya yang mengintai.

Bening memegang selembar dokumen yang ia temukan. "Lihat ini," katanya, matanya tajam meneliti setiap kata di kertas itu. "Dokumen-dokumen ini adalah bagian dari penyelidikan yang aku lakukan bersama Juan sebelum kecelakaan itu. Namun beberapa di antaranya hilang begitu saja. Semua ini pasti ada hubungannya dengan kejadian yang kita alami, dan... dengan orang-orang yang mencoba menutupi kebenaran."

Karina melangkah maju, menatap dokumen-dokumen itu dengan seksama. "Siapa yang berusaha menutupi ini? Pihak kejaksaan?" tanyanya, sambil memandangi Nares dan Biru, yang terlihat mulai bingung.

Biru mengangguk. "Sepertinya begitu. Kami sempat melacak beberapa jejak, tetapi ada banyak hal yang membingungkan. Kami baru saja menemukan bahwa Andra Raynold diduga berada di luar negeri, tapi itu... terlalu mudah, kan? Terlalu cepat untuk bisa dipercaya."

Nares mendengus. "Itulah yang aku pikirkan. Andra Raynold tidak akan pergi begitu saja, apalagi setelah semua yang terjadi."

Bening menatap Nares, kemudian Karina, dan Biru dengan tajam. "Aku merasa ada sesuatu yang lebih besar. Seseorang dari kantor kejaksaan mungkin sedang berusaha menutupinya," katanya dengan nada yang serius.

Karina bertanya, "Lalu, siapa yang mereka coba lindungi? Apakah kamu tahu siapa orangnya?"

Bening menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu siapa, tapi ada jejak yang mengarah ke sana. Aku rasa kita harus menemukan lebih banyak informasi. Jika benar ada yang menghalangi kami, kita harus berhati-hati."

Tiba-tiba Nares teringat. "Biru, ingat nggak waktu kita menyelidiki sopir truk itu? Ada pria berjas hitam yang mengawasi kita saat itu. Tapi aku nggak bisa melihat wajahnya dengan jelas."

Biru mengerutkan kening. "Aku nggak ingat jelas juga, Nares. Yang pasti, kita waktu itu ada di hotel bintang lima, dan tidak lama setelah itu, kejadian yang menimpa Bening terjadi."

Bening mengangguk. "Jadi, kita harus memeriksa CCTV hotel itu. Ada kemungkinan mereka menyembunyikan sesuatu."

Karina, yang mendengar percakapan itu, bertanya lagi, "Apakah kalian sudah memeriksa CCTV-nya?"

Mereka semua saling berpandangan sejenak, sebelum Biru menjawab, "Tidak. Kita terburu-buru saat itu. Terlalu banyak yang harus dipikirkan dan ditangani."

Bening tampak kecewa, tetapi ia segera menenangkan dirinya. "Kita harus ke sana dan memeriksanya. Semakin cepat kita tahu, semakin baik."

Karina menepuk tangan Bening, mencoba memberikan semangat. "Kita akan mengatasi ini bersama, Bening. Jangan khawatir."

Saat suasana mulai terasa semakin tegang, seorang dokter masuk ke ruang perawatan Juan. Semua mata beralih ke dokter itu, yang segera mendekati tempat tidur Juan dengan langkah tenang, namun terlihat serius.

Bening menghela napas, merasakan beratnya situasi. "Kita akan mencari jawabannya, semuanya akan terungkap," katanya, lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada orang lain.

Dengan gerakan cepat, dokter memeriksa keadaan Juan. Ia memeriksa alat pemantau yang terhubung ke tubuh Juan, serta meninjau kondisi tubuhnya secara keseluruhan. Semua orang di ruangan itu menunggu dengan cemas. Hanya suara monitor detak jantung yang terdengar, menambah ketegangan di udara.

Setelah beberapa detik, dokter akhirnya berdiri, menghadap ke mereka semua. "Keadaannya masih kritis, tapi kami akan terus berusaha. Kami masih memantau dan memberikan pengobatan yang terbaik. Untuk sementara, saya sarankan kalian memberi ruang agar Juan bisa istirahat."

Saat itu, Bening, Nares, Karina, dan Biru bergegas membereskan dokumen-dokumen mereka, berusaha tetap tenang. Karina memberi isyarat agar mereka segera meninggalkan ruangan untuk memberi kesempatan pada dokter dan tim medis untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

"Dokter, terima kasih," kata Karina dengan suara lembut.

Dokter mengangguk dan mengizinkan mereka keluar. Mereka semua keluar dari ruangan itu, meninggalkan Juan dengan keadaan yang masih terbaring tak sadarkan diri, berharap agar kondisi Juan segera membaik.

Setelah mereka berada di luar ruangan, Bening memulai lagi percakapan, kali ini dengan suara lebih penuh tekad. "Kita akan menemukan apa yang sebenarnya terjadi. Juan harus sadar, dia harus memberi kita petunjuk."

Mereka semua saling mengangguk, siap untuk melangkah lebih jauh dalam penyelidikan, meskipun jalan yang akan mereka tempuh penuh dengan risiko dan bahaya.


















Abang juan ayooo cepetan bangunnya netizen penasaran nih... Hihihi..
Hai hai.. im back guys...
Jangan lupa pencet tombol bintangnyaa...

Judgment Code [END]Where stories live. Discover now