"Berhenti bicara seolah kau tahu seperti apa hidup karnivora!" teriak Talis. Sekali lagi mereka semua jadi terdiam. Suasana jadi lebih canggung daripada sebelumnya.
Tehere melepaskan gelembung-gelembung kecil dari insangnya. Cara yang selalu ikan remora itu gunakan untuk menarik perhatian teman-temannya. "Oke, ikan-ikan, tenangkan diri kalian sejenak," ucapnya setelah mendorong Anera untuk berenang mundur.
"Ini masalah yang rumit. Hanya Talis satu-satunya karnivora di sini."-tatapan Tehere beralih pada Talis-"dan tak ada dari kita yang merupakan ikan malaikat selain Anera. Jadi aku dan lainnya tidak mengerti seperti apa musim kawin bagi kalian."
"Aku bukan ikan, dan kurasa kesalahan yang besar sudah berteman dengan kalian para ikan," ujar Marino, tetapi tak ada yang memperdulikannya.
"Dan Talis belum menjadi Konihi, dan dia karnivora. Masuk ke dalam zona herbivora saja adalah sebuah pelanggaran baginya. Memakanmu artinya dia juga akan dihabisi," sambung Tehere.
"Tehere benar! Pikirkan konsekuensinya, Anera. Kalau aku memakanmu, aku bisa saja dihukum," kata Talis dengan cepat.
"Kenapa tidak ajukan saja permohonan mati di Kementerian Lahir-Mati? Seekor hiu Konihi akan dengan senang hati memakanmu," ujar Poha.
"Aku tidak bisa! Ikan-ikan di komunitasku akan tahu aku berusaha menghindar menjadi pejantan, dan permohonan matiku akan dibatalkan." Anera Kembali menatap Talis penuh harap. "Kau satu-satunya yang bisa menolongku. Kalau aku bunuh diri, mereka akan menemukan jasadku. Kalau aku kabur, mereka masih akan tetap menemukanku. Hanya kau, Talis."
"Sebentar!" potong Rake tiba-tiba. "Kalau kau memang mau mati maka itu pilihanmu, terserah. Tapi kenapa memanggil kami semua kemari? Kenapa memanggilku kemari? Kau hanya membutuhkan Talis, kan? Kenapa kami harus tahu kau mau mati?"
Sontak yang lain menyadari perkataan Rake. Anera hanya membutuhkan Talis, kenapa harus memanggil Rake, Tehere, Marino, dan Poha? Namun, jawaban itu datang dengan cepat. Anera ingin memastikan mereka semua menyaksikan kematiannya. Anera ingin teman-temannya menjadi saksi, agar Talis tidak perlu merasa bersalah sendirian.
"Karena kita teman, kan ...?" ujar Anera. "Tidak peduli meski sirip kita berbeda, kita akan selalu berenang di arus yang sama."
Tubuh Rake menegang, seolah berusaha mengusir kekesalannya. Kalimat yang diucapkan Anera sebenarnya datang dari Rake sendiri, dia yang dulu mengatakan itu pertama kali. Sebuah kalimat yang menjadi penanda kalau persahabatan mereka akan abadi meski mereka berasal dari spesies yang berbeda.
Sekarang Rake menyesal sudah mengatakannya. Dia mungkin egois karena tak memperdulikan keinginan Anera untuk mati, tapi baginya Anera lebih egois lagi karena menginginkan semua temannya menyaksikan kematiannya.
Anera ingin semua temannya ikut bertanggung jawab.
"Kau hanya harus mengunyahku ... dan Tehere akan membersihkan sisa tubuhku."
"Berhenti mengatakan hal seperti itu!" ketus Talis dengan amarah. "Jangan berkata seolah aku di sini memang untuk membunuhmu."
"Tidak! Jangan salah paham. Aku yang memintamu. Seperti seekor Konihi, aku memintamu untuk mematikanku. Aku hanya-"
"Diamlah," potong Talis. "Aku mohon berhenti bicara, Anera."
"Talis. Ayo pergi saja. Tidak perlu dengarkan dia," ujar Rake, siap menuntun sirip Talis untuk menyingkir dari sana. Namun, Talis malah menepisnya.
"Aku akan melakukannya," kata Talis. Teman-temannya langsung terkejut, bahkan Anera juga terkejut.
"Kau serius?" tanya Tehere, insangnya hampir tak mengepak.
"Ya. Tapi aku tidak bisa melakukannya dengan Anera merasakan sakit." Talis menatap Rake di sampingnya. Hiu itu tak perlu menjelaskannya, Rake sudah mengerti apa yang Talis inginkan darinya.
Dia ingin Rake membius Anera dengan ekornya, dan sama besarnya kejamnya permintaan tersebut untuk dilakukan, Rake sangat ingin berkata tidak. Dia tidak mau ikut campur dengan urusan mematikan Anera. Namun, dia terlalu takut untuk berkata tidak. Dia tidak ingin dijauhi oleh teman-temannya. Dia tidak punya satupun teman pari saat ini, hanya mereka yang Rake miliki.
"Baiklah .... Akan kubius Anera, dan kau bisa ... memakannya."
Insang Anera menggembung dengan lega. Semua sesuai harapannya. Walaupun Talis tidak benar-benar ingin memakan sahabatnya. Dia merasa sesuatu sedang mengganjal di tenggorokannya dan tidak ada yang bisa dia lakukan untuk menghilangkan perasaan itu.
Marino mencoba untuk menutup mata dengan siripnya, tetapi dia menyisakan cela untuk memperhatikan sedikit. Poha berusaha menahan dirinya untuk tidak menggembung, dia benar-benar gugup meski dia tak punya andil selain menyaksikan kematian Anera. Tehere sudah siap memakan sisa-sisa tubuh Anera jika dibutuhkan, meski sama seperti Talis, dia tak menyukai pemikiran itu.
Rake dengan cepat menggerakkan ekornya untuk menggores tubuh Anera, memastikan ada cukup racun yang dapat membuat sahabatnya tak sadarkan diri. Anera memang terdiam, tetapi gerak sirip dan insangnya sangat jelas menandakan dia kesakitan. Bahkan selama beberapa saat terdengar erangan kesakitan. Rake benar-benar menyesal sudah membiusnya.
Namun, pada akhirnya Anera berhenti berenang, tubuh kecilnya mengambang terbalik. Sekarang giliran Talis. Dia membuka mulutnya, yang lain menyaksikan gigi-gigi tajam Talis yang berusaha mengunyah Anera, mereka berjanji tidak akan muntah saat Talis mulai mengoyak-ngoyak Anera.
Setelah jeda yang panjang dan mendebarkan, Talis mengigitnya. Tanpa dia duga kekuatannya cukup besar untuk membelah ikan itu menjadi dua bagian. Tubuh Poha sontak menggembung selebar mungkin. Marino menutup mulutnya, berusaha menahan diri untuk tidak berteriak. Insang Tehere dan Rake tertahan.
Namun, Talis berbeda. Dia merasakan hal yang baru di dalam mulutnya. Selama ini dia dan keluarganya hanya boleh memakan daging olahan yang berasal dari bangkai-bangkai olahan Kementrian Pangan Karnivora, atau plankton-plankton yang sering ditangkap oleh ayahnya.
Kali ini berbeda. Mata kecil Talis melebar saat membiarkan darah Anera melengket di lidahnya. Sebelah tubuh Anera seolah menari-nari di rongga mulutnya. Dia tak bisa menahan diri, secepat kilat dia memakan lagi sisa tubuh Anera. Tak ada sisa sedikitpun yang ditinggalkan untuk dibersihkan Tehere.
Lalu sekali lagi senyap, dan kali ini senyap yang berbeda. Talis hanya terdiam di tempat, tetapi terdengar erangan pelan darinya. Baik Marino, Poha, dan juga Rake sudah siap untuk kabur. Bahkan Tehere tak tahu harus melakukan apa.
Tetapi Talis hanya berbalik menatap mereka, lalu berkata. "Jangan pernah ceritakan ini pada siapapun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Apex et Appendix
Adventure(3rd Place In Daily Clover Marathon 2025) Yang mereka tahu, hiu adalah predator di lautan, tetapi yang tinggal di distrik Solaris lebih tahu kalau yang teratas adalah dari kalangan orca. Spesies yang kejam dan otoriter, tak segan menghabisi setiap i...
Chapter 1
Mulai dari awal
