Untuk kesekian kalinya alarm di ponsel Wayu berbunyi sehingga membuatnya terpaksa membuka matanya. Dengan rasa malas yang mendominasi Wayu beranjak dari ranjang berjalan ke kamar mandi.
Tiba di kantor Wayu berjalan sambil terus menguap, dia memang kurang tidur dan masih sangat mengantuk.
"Selamat pagi, tuan" Ucap Singto sehingga membuat Wayu menatap ke arah Singto.
"Hmm"
"Tuan terlambat 30 menit" Ucap Singto.
"Lalu?"
"Setiap aku terlambat tuan selalu memarahi ku, sekarang giliran aku yang memarahi tuan!" Ucap Singto.
"Siapa kamu berani memarahi ku, huh!?"
"Aku? Aku sekertaris tuan!" Ucap Singto.
"Bukankah sekarang sudah masuk jam kerja? Lalu, apa yang kamu lakukan disini? Apa karna aku terlambat masuk, kamu bebas keluar dari ruangan mu sesuka hati mu, huh!?" Ucap Wayu.
"Huh... Hmm, aku.. aku--" Singto berlari kecil meninggalkan Wayu, dia memang merasa bosan di ruangannya, dan jarinya sudah sangat lelah mengetik sejak tadi itu sebabnya dia memilih untuk berjalan-jalan ke sekitar kantor bermaksud ingin meregangkan pinggangnya tapi dia malah bertemu dengan atasannya.
Wayu duduk di kursinya, dia mengeluarkan laptop miliknya dan juga novel dari dalam tas kerjanya. Yeah, dia terpaksa membawa novel itu ke kantor karna sangat penasaran dengan bab selanjutnya. Alasan kenapa Wayu terlambat masuk kantor karna semalam dia begadang membaca novel yang di rekomendasikan oleh Singto. Wayu benci mengakui fakta ini, tapi dia memang tak bisa berhenti membaca karna sangat ingin tahu dengan ending novel yang sedang di bacanya itu.
Terdengar suara pintu ruangan di ketuk, setelah itu terbuka, Singto masuk dengan membawa berkas di tangannya.
"Tuan, aku membutuhkan tanda tangan tuan" Ucap Singto.
Wayu langsung menyembunyikan novel yang di pegangnya ke bawah.
"Aku sudah melihat itu. Apa itu juga penyebab tuan terlihat mengantuk?" Ucap Singto.
"Apa!?" Ucap Wayu.
"Itu novel yang kita beli semalam 'kan?" Ucap Singto sambil terkekeh kecil.
"Aku hanya terpaksa membacanya, bukankah sudah di beli? Akan mubazir jika tidak ku baca" Ucap Wayu.
Wayu menandatangani beberapa berkas yang di berikan oleh Singto, tanpa membaca berkas-berkas itu lagi.
"Silakan keluar" Ucap Wayu setelah dia menyelesaikan kegiatannya.
"Apa tuan sudah membaca hingga bagian inti?" Ucap Singto.
"Apa?" Ucap Wayu.
"Itu..." Ucap Singto ambigu.
"Huh?"
"Tidak, selamat membaca tuan" Ucap Singto sambil tersenyum kemudian dia berjalan keluar dari ruangan Wayu.
Wayu menatap aneh ke arah Singto, apa yang di maksud pria itu tadi? Kini Wayu kembali melanjutkan kegiatannya membaca novel. Wajah Wayu terasa panas saat membaca bagian seks di sana.
"Shit! Apa ini yang sering di baca oleh Singto?" Gumam Wayu.
Selama 30 tahun dia hidup, ini kali pertama Wayu membaca hal tabu seperti itu, dia memang pria yang baik, maksudnya Wayu tak pernah menonton video porno atau apapun yang menyangkut seks. Bukankah itu wajar? Saat menjalin hubungan dengan Weir, Wayu bahkan tak pernah mencium bibirnya.
Wayu menutup novelnya saat merasakan rasa yang entah apa itu, dia melepas tiga teratas kancing kemejanya, kenapa tiba-tiba gerah? Wayu menaikan suhu AC di ruangannya agar panasnya segera hilang, dia memijat keningnya yang terasa pusing, apa yang baru saja di lakukannya!? Entah kenapa Wayu malu sendiri mengingat apa yang di bacanya tadi.
Wayu merasa pikirannya benar-benar buntu, dia tak bisa berpikir jernih dan selalu mengingat setiap kalimat yang di bacanya tadi, Wayu beranjak dari duduknya berjalan keluar dari ruangannya. Wayu ke pantry kantor, bermaksud ingin membuat kopi, mungkin kopi bisa menjernihkan pikirannya, di sana dia bertemu Singto yang sedang membuat kopi.
"Tuan" sapa Singto.
"Hmm"
"Apa tuan ingin kopi?"
"Ya"
"Biar ku buatkan" Ucap Singto sembari mengambil gelas kecil untuk membuat kopi.
Wayu duduk di sebuah meja yang ada di sana, memperhatikan Singto meracik kopi untuknya, setiap pergerakan Singto tak lepas dari tatapan Wayu, dia seperti tengah melihat mangsanya sekarang. Wayu menggelengkan kepalanya membuang pikiran kotor itu, ada apa dengannya?!
"Tuan" Ucap Singto saat melihat Wayu yang hendak pergi.
"Huh?"
"Mau kemana?"
"Kembali ke ruangan ku"
"Bagaimana dengan kopinya?"
"Antar ke ruangan ku nanti" Ucap Wayu kemudian dia langsung pergi dari sana.
Wayu meremas rambutnya berusaha untuk membuang setiap kalimat jorok yang di bacanya tadi! Apa lagi yang harus di lakukannya sekarang!? Wayu benar-benar menyesal membaca novel itu. Dia merasa menjadi pria yang paling mesum di dunia ini!
Pintu ruangan terbuka, Singto masuk dengan membawa nampan berisi kopi untuk Wayu.
"Kenapa kamu yang membawanya? Apa tak ada OB?" Ucap Wayu.
"Sesekali meringankan pekerjaan mereka tak masalah kan? Lagi pula hanya membawa dua cangkir kopi" Ucap Singto.
Singto menyimpan cangkir kopi di atas meja Wayu, sekarang Wayu mengerti dengan pikiran Singto mengenai CEO dan sekertarisnya itu, mungkin novel yang di bacanya tadi yang membuat Singto selalu berpikir negatif tentangnya.
Wayu memegang tangan Singto sehingga membuat Singto menatap Wayu.
"Ada apa tuan?" Ucap Singto.
Wayu berdiri menyamakan posisi tubuh mereka, dia menatap mata Singto sekarang.
"Sing..."
"Huh?" Singto terus mundur hingga tubuhnya mengenai meja dan sekarang Wayu tepat berada di hadapannya.
"Apa seperti ini di novel yang kamu baca?" Ucap Wayu.
"A-aku sedang tak membahas Novel kan?" Ucap Singto bingung.
"Ya" Ucap Wayu.
Wayu mendekatkan wajahnya ke wajah Singto sehingga membuat Singto mengalihkan pandangannya ke sembarang arah, hampir saja bibir Wayu mendarat di bibirnya tadi.
"Tuan..."
"Aku sudah membaca novel itu" Ucap Wayu.
"Tuan, jangan..." Ucap Singto sambil menahan dada Wayu.
Seakan tak menghiraukan ucapan Singto, Wayu menyambar bibir Singto sehingga membuat mata Singto membulat karna terkejut, bibirnya benar-benar di lahap oleh Wayu sekarang!? Rasa lembab dan basah menyelimuti bibir Singto, Wayu terus melumat bibir atas dan bibir bawah Singto secara bergantian, tangan Singto meremas jas yang Wayu kenakan menyalurkan rasa entah apa itu, dia memejamkan matanya menikmati hisapan lembut dari Wayu.
Tbc.
YOU ARE READING
Same But Different
FanfictionSama tapi berbeda, Singto yang masih gagal move on karna kepergian Krist bertemu dengan seorang pria yang sangat mirip dengan Krist, akankah pria itu bisa menggantikan posisi Krist di hati Singto? *Sequel Introvert! Baca introvert dulu ya baru baca...
