Part 2

506 59 19
                                        

Terdengar suara pintu di ketuk sehingga membuat Wayu mengalihkan tatapannya dari laptop miliknya.

"Masuk" Ucap Wayu.

Seorang pria berjalan masuk ke dalam ruangannya dengan di antar oleh seorang wanita.

"Maaf mengganggu waktu tuan, saya ingin memperkenalkan sekertaris baru tuan, namanya Singto Prachaya" Ucap Wanita tersebut kepada Wayu.

Singto tersenyum manis menatap ke arah Wayu, dia tak menyangka jika dia akan menjadi sekertaris Wayu.

"Apa kamu yakin menerima orang ini sebagai sekertaris baru ku?" Ucap Wayu sehingga membuat senyum Singto memudar mendengarnya.

"Ya, tuan. Dia lulusan terbaik dari universitas X, meskipun dia tak mempunyai pengalaman kerja, aku yakin dia bisa belajar dengan baik nanti" Ucap wanita bagian HRD yang mengantar Singto.

"Baiklah, silakan keluar" Ucap Wayu.

"Apa kamu terpaksa menerima ku!?" Ucap Singto yang akhirnya mengeluarkan suaranya.

"Tidak, kemarilah" Ucap Wayu.

Singto menatap Wayu dengan tatapan tajam sehingga membuat Wayu bingung.

"Ke sini" Ucap Wayu sekali lagi.

"Aku bukan jalang, tuan!" Ucap Singto.

"Hah?" Ucap Wayu bingung.

"Aku membaca novel, seseorang yang menjadi sekertaris baru, lalu di suruh menemui atasannya, atasannya akan meraba tubuhnya, baru atasannya mau menerima dia bekerja" Ucap Singto.

"Ini bukan seperti novel yang sering kamu baca! Aku ingin memperlihatkan apa pekerjaan mu! Mengatakan apa yang harus kamu lakukan selama kamu jadi sekertaris ku!!" Ucap Wayu kesal.

Wajah Singto memerah karna malu! Ayolah ini memang kali pertama dia bekerja, Singto pikir dunia kerja sama seperti novel yang sering dia baca mengenai CEO dan sekertarisnya! Singto berjalan menghampiri Wayu dengan wajah merahnya.

Wayu mulai menjelaskan apa saja yang harus Singto kerjakan, sedangkan Singto menyimak dengan baik.

"Cukup untuk hari ini, kamu boleh pulang" Ucap Wayu setelah hampir 1 jam dia bicara dengan Singto mengenai pekerjaan Singto.

"A-apa aku di pecat?" Tanya Singto.

"Aku hanya menyuruh mu pulang, persiapkan dirimu untuk besok" Ucap Wayu.

"A-aku bukan jalang, tuan!!" Ucap Singto.

"Apa lagi sekarang!?" Ucap Wayu.

"Tuan menyuruh ku mempersiapkan diri ku untuk besok! Apa lagi jika bukan karna tuan ingin--"

"Maksud ku jaga kesehatan mu, besok jadwal kita padat, Sing!" Potong Wayu.

"O-ohh... B-baik" Ucap Singto.

"Satu lagi!" Ucap Wayu.

"Apa?" Ucap Singto.

"Berhenti membaca novel! Ku pikir pikiran mu sudah terkontaminasi oleh novel itu" Ucap Wayu.

Singto hanya mengangguk dan beranjak dari duduknya berjalan keluar dari ruangan Wayu.

Singto berjalan menelusuri koridor kantor dengan senyum manisnya, dia tak menyangka jika pada akhirnya dia akan bekerja, bukankah dulu saat mengenal Krist, Singto bahkan tidak kuliah? Ya, Singto memang kuliah di usianya 21 tahun, dia sengaja mencari kesibukan lain agar bisa melupakan Krist, setelah lulus kuliah Singto langsung melamar pekerjaan, dan ternyata dia melamar di perusahaan milik Wayu dan di terima menjadi sekertaris Wayu.

Andai Singto kuliah sejak dulu, dia mungkin bisa merengek pada Krist meminta menjadi sekertaris Krist 'kan? Singto menyesal masa mudanya di habiskan untuk hal yang tidak penting.

Tanpa sadar air mata menetes membasahi pipi Singto, dia merindukan phi Krist-nya.

Singto melajukan mobilnya ke pemakaman tempat Krist di makamkan.

"Phi Krist, aku datang lagi" Ucap Singto.

Ya, padahal 2 hari yang lalu Singto sudah ke makam Krist, tapi sekarang dia sudah datang lagi.

"Apa phi percaya aku sudah bekerja sekarang? Aku juga tak menyangka pada akhirnya aku akan bekerja seperti orang-orang, ku pikir aku akan terus menjadi pengangguran" Ucap Singto sambil terkekeh kecil.

"Phi, aku menjadi sekertaris di sebuah perusahaan X. Apa phi tahu perusahaan itu? Dan wajah atasan ku sangat mirip dengan phi Krist. Tapi phi lebih tampan, walau kalian sama-sama menyebalkan" Ucap Singto sambil menghapus air matanya.

"Aku merindukan phi Krist, aku ingin memeluk phi sekarang. Apa aku bodoh karna belum berhasil melupakan phi? Padahal sudah 5 tahun phi meninggalkan ku" Ucap Singto sambil menangis tersedu-sedu.

Singto memeluk batu nisan yang bertuliskan nama Krist di sana, dia terus menangis sambil mengusap batu nisannya.

Cuaca hari ini tak terlalu panas, dan sedikit mendung sehingga membuat Singto betah berlama-lama di kuburan Krist, Singto bahkan memejamkan matanya sekarang.

Singto tersenyum dalam tidurnya, dia bermimpi bertemu dengan Krist dan memeluk erat tubuh Krist, Singto bermimpi mereka berbicara banyak seakan Krist masih hidup, terdengar suara gemuruh membangunkan Singto dari tidurnya. Air mata mengering di pipi Singto, dia langsung mengusap matanya dan beranjak dari duduknya.

"Aku pulang dulu, phi" Ucap Singto.

Gerimis mulai turun membasahi baju Singto, namun Singto tetap berjalan lambat seakan tak takut basah.

Tiba-tiba air hujan tak lagi membasahi tubuhnya sehingga membuat Singto menatap ke atas, ada sebuah payung yang melindunginya, Singto melihat Wayu yang memegang payung itu.

"Apa yang kamu lakukan disini" Tanya Wayu yang akhirnya mengeluarkan suaranya.

Wayu memang berkunjung ke makam kekasihnya, saat dia ingin pulang, dia malah melihat Singto yang berjalan sambil melamun, itu sebabnya Wayu menghampiri Singto.

"Aku berkunjung ke makam phi Krist" Ucap Singto.

"Oh" Ucap Wayu.

Wayu hendak berjalan sedikit cepat namun Singto menahan bajunya.

"Aku basah, tuan!" Ucap Singto.

"Apa aku mengatakan mau berbagi payung dengan mu?" Ucap Wayu.

"Setidaknya antar aku ke mobil!" Ucap Singto.

"Dimana kamu memarkirkan mobil mu?" Tanya Wayu.

Singto menarik baju Wayu agar mengikuti kemana dia berjalan, mereka berbagi payung, tapi hujan turun semakin lebat sehingga membuat baju mereka tetap basah.

"Cukup sampai disini, terima kasih sudah mengantar ku ke mobil" Ucap Singto.

"Apa kamu tak mau ku antar hingga kamu masuk ke mobil mu?" Tanya Wayu.

Padahal jarak dari posisi mereka ke mobil Singto masih 20 meter, Singto akan basah jika dia berlari tanpa payung.

"Tak perlu, di novel yang sering ku baca, jika saat hujan dan basah seperti ini akan mempermudah orang untuk melakukan hal jahat" Ucap Singto.

"Apa maksud mu?" Ucap Wayu bingung.

"Bisa saja tuan kedinginan, lalu--" belum sempat Singto menyelesaikan ucapannya, Wayu lebih dulu memotong ucapan Singto.

"Terserah" Ucap Wayu kemudian dia melangkahkan kakinya pergi dari sana meninggalkan Singto.

Akhir-akhir ini Singto memang sering membaca novel, sejujurnya dia membaca novel untuk mencari kesibukan lain agar dia bisa melupakan Krist tapi sepertinya otaknya benar-benar sudah terkontaminasi oleh novel yang di bacanya.








Tbc

Same But DifferentDonde viven las historias. Descúbrelo ahora